SUARA PEMBARUAN DAILY

--------------------------------------------------------------------------------

TAJUK RENCANA I

Makassar Belajar dari Pengalaman
ota Makassar dalam dua hari lalu menjadi tegang, karena reaksi massa atas kasus pembunuhan seorang pembantu rumah tangga. Berita pembunuhan itu menyebar dengan cepat ke masyarakat, dan ada dugaan kuat berita yang menyebar sudah diberi tambahan sentimen etnis. Terhadap perkembangan itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla merasa perlu segera meresponsnya untuk mencegah dampak negatif yang lebih besar. Kekhawatiran akan dampak itu memang sangat beralasan, karena kota ini setidaknya sudah dua kali dilanda kerusuhan yang dilatarbelakangi sentimen etnis, yaitu pada 1982 dan 1997 yang meng- akibatkan lumpuhnya aktivitas di sana.

Kalau kita menengok pada kerusuhan yang ditimpali sentimen SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan), hampir selalu bermula dari kasus yang sebenarnya pribadi atau kelompok kecil. Konfliknya meluas dan tak terkontrol, justru karena masalah tersebut ditarik dalam bingkai SARA. Korban menjadi lebih banyak, kerugian menjadi sangat besar, dan menyisakan luka yang tidak mudah dipulihkan. Hal ini juga terjadi di banyak daerah.

Kalau kita mau belajar dari kasus masa lalu, kerusuhan serupa semestinya tidak terjadi, bahkan tidak boleh dibiarkan menjadi laten. Masalah serupa pernah terjadi di Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Maluku, dan Maluku Utara beberapa tahun lalu, bahkan sampai sekarang belum bisa dipulihkan dan masih segar dalam ingatan masyarakat.

Oleh karena itu, kita berharap ketegangan yang terjadi di Makassar segera reda. Aparat perlu terus berusaha sekuat tenaga untuk mencegah terjadinya kerusuhan. Kasus kriminal yang menewaskan Hasniati, secepatnya diproses berdasarkan hukum dan keadilan. Dan, sejauh ini kita bersyukur bahwa upaya tersebut masih bisa meredakan situasi.

Namun, tindakan pemerintah dan aparat keamanan jangan hanya berhenti sampai di situ. Ada persoalan serius yang harus segera diselesaikan, termasuk konflik laten. Sentimen atas dasar SARA ternyata masih hidup, dan ada yang terus berupaya menghidup-hidupkan. Tanda-tanda masalah laten ini sangat terlihat dari cepatnya berita tersebut menyebar ke masyarakat. Informasi itu juga "dibumbui" sentimen etnis yang mencerminkan adanya kesengajaan kasus pembunuhan itu sebagai percikan api untuk "membakar" masyarakat yang dalam kondisi seperti rumput kering. Demikian juga dengan cepatnya massa berkumpul di sekitar tempat kejadian.

Adanya sentimen etnis dapat dilihat dengan adanya sweeping terhadap warga dari etnis tertentu oleh sebagian massa. Bahkan, ada beberapa orang yang dikabarkan disandera. Dan, yang mengkhawatirkan adalah, sekalipun berita pembunuhan tersebut sudah dijelaskan dan diketahui masyarakat, serta kasusnya diproses aparat keamanan, hingga Rabu kemarin kerumunan massa masih terjadi. Fenomena ini mencerminkan bahwa kasus pembunuhan itu dimanfaatkan oleh orang yang hendak menciptakan kerusuhan. Di sisi lain, masyarakat kita masih begitu rentan dalam menghadapi masalah yang berbau SARA.

Kita berharap pemerintah di sana menghilangkan masalah laten ini. Dan, benteng yang paling utama adalah dengan menumbuhkan kesadaran di kalangan masyarakat agar semakin kritis dalam menerima informasi. Harus dicek dengan benar apakah informasi itu benar atau hanya ulah provokator. Sebab, jika kerusuhan terjadi korbannya adalah masyarakat Makassar sendiri. Kerugian terbesar, secara sosial maupun ekonomi, di tanggung oleh masyarakat di sana. Sudah terlalu banyak kasus serupa mengajari kita, dan kita harus yakin bahwa kita cukup dewasa untuk belajar dari kasus-kasus itu.

Persoalan yang dihadapi di Makassar itu tentunya juga menjadi pelajaran yang berarti bagi seluruh bangsa Indonesia. Bukannya tidak mungkin hal serupa bisa terjadi di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, kita berharap semua pihak selalu waspada dan tidak mudah terprovokasi dan dimanfaatkan oleh orang- orang yang tidak bertanggung jawab. Rasanya sudah terlalu penat kita dibebani persoalan ekonomi saat ini, jangan sampai semakin diperberat dengan persoalan yang sebenarnya bisa diselesaikan oleh aparat pemerintah.



--------------------------------------------------------------------------------

Last modified: 10/5/06

SUARA PEMBARUAN DAILY
--------------------------------------------------------------------------------

Forum Umat Beragama Ingatkan, Tragedi Makassar Jangan Terulang


Jalan Gunung Latimojong yang setiap hari padat, tampak lengang lantaran dua ruas jalan di depan tempat kejadian peristiwa (TKP) tewasnya pembantu rumah tangga di Makassar, itu diblokir petugas. [Pembaruan/M Kiblat Said]

[MAKASSAR] Kasus tewasnya Hasniati (20), pembantu rumah tangga yang diduga dibunuh oleh majikannya di Jalan Gunung Latimojong 8 A, Makassar adalah kasus kriminal murni. Penanganan kasus itu menjadi tanggung jawab aparat penegak hukum dan tidak boleh ada pihak yang menyelesaikan dengan cara lain hingga mengorbankan pihak yang tidak tahu menahu persoalan.

"Kasus tersebut kriminal murni, untuk itu percayakan kepada pihak berwajib dan jangan lagi tragedi Makassar terulang sebab hal itu akan merugikan kita semua," ujar Prof DR Hamka Haq, Ketua Forum Umat Beragama Sulawesi Selatan kepada wartawan, Rabu (10/5) saat memimpin pertemuan pemuka agama dengan keluarga korban di rumah makan Megah Kuring, Makassar untuk menyampaikan belasungkawa atas musibah itu.

Hamka mengingatkan agar tragedi Makassar tahun 1997 tidak terulang sebab itu menjadi lembaran hitam yang menghancurkan perekonomian di pusat provinsi tersebut.

Untuk itu ia minta masyarakat menahan diri dan jangan gampang terpancing oleh isu yang tidak jelas. Pertemuan pemuka agama dan keluarga korban itu dihadiri Wakil Kepala Kepolisian Wilayah Kota Besar (Wakapolwiltabes) Makassar, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Budi S, dan Wakil Wali Kota Makassar, Andi Herry Iskandar.

Saksi korban Nurbaya (18) ikut dalam pertemuan itu bersama ibunya Haramiah serta kakaknya Tamin, sedangkan keluarga almarhum Hasniati diwakili ibunya, Suka dan beberapa keluarga lainnya. Mereka didampingi Andi Rudiyanto Asapa, Bupati Sinjai, daerah asal kedua korban. Sejak kasus itu merebak, Rudiyanto harus bekerja keras menenangkan warganya yang hendak melakukan aksi ke rumah pelaku di Makassar.

Seluruh pemuka agama yang tergabung dalam Forum Umat Beragama di Provinsi Sulawesi Selatan, mengecam peristiwa itu dan meminta aparat untuk mengusut tuntas serta menghukum pelakunya. "Kita serahkan penegak hukum yang menyelesaikan, dan persoalan keamanan di Makassar menjadi tanggung jawab kita semua," jelasnya.

Ketua Forum Komunikasi Kesatuan Bangsa (FKKB) Sulsel, Anthon Obey, tokoh warga keturunan Tionghoa di Makassar mengutuk tindakan pelaku. Dia juga berharap masyarakat tidak terpancing dengan isu yang berkembang karena akan menghancurkan persaudaraan yang telah terbangun di Makassar.

Kepada keluarga korban, Anton menyalami satu persatu dan menyampaikan turut belasungkawa. Ia juga menyesalkan kejadian itu dan meminta penegak hukum untuk memproses tersangka pelaku sesuai hukum yang berlaku.


Melempar

Sementara itu, ribuan mahasiswa yang tergabung dari berbagai perguruan tinggi di Makassar mendatangi markas Polwiltabes Makassar di Jalan Jenderal Ahmad Yani. Mereka menyampaikan tuntutan agar polisi mengusut kasus itu.

Setelah berorasi sekitar dua jam lebih, rombongan mahasiswa melakukan konvoi kendaraan dengan membagi dua arah. Ratusan mahasiswa memasuki kawasan Somba Opu, pusat perdagangan perhiasan emas terbesar di Makassar. Sepanjang jalan beberapa mahasiswa melakukan pelemparan toko namun dicegat oleh rekannya.

Mereka juga mendatangi Stasiun TVRI Makassar dan meminta TVRI meliput pembacaan pernyataannya untuk disiarkan. Rabu siang, toko-toko di sepanjang Pecinaan dan kawasan perdagangan yang setiap hari dipadati warga, sepi. Sekelompok orang berjaga-jaga di emper toko untuk mengantisipasi kedatangan mahasiswa.

Wakil Kepala Kepolisian Wilayah Kota Besar (Wakapolwiltabes) Makassar, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Budi S, mengatakan, semua tempat yang dianggap rawan telah ditempatkan pasukan. "Tidak kurang 2.000 personil gabungan dikerahkan, jumlah itu lebih banyak dibanding Selasa kemarin", katanya.

Di halaman markas Polwiltabes masih terlihat pasukan Brimob disiagakan bersama kendaraan Bara Kuda dan Water Canon.

Kondisi Makassar mulai berangsur-angsur kondusif, kendati ruas jalan di depan tempat kejadian peristiwa (TKP) Jalan Gunung Latimojong masih tampak lengang karena jalur dua arah itu diblokir petugas. [148]



--------------------------------------------------------------------------------
Last modified: 10/5/06

[Non-text portions of this message have been removed]





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese


YAHOO! GROUPS LINKS




Reply via email to