Sdr. Richard yth,

saya rasa tidak ada pertentangan
substansial antara Tionghoa vs Javanese.
begitu juga antara Tionghoa vs etnis
lain. di tataran bawah, hubungan
antara keturunan Tionghoa dan etnis
lain cukup baik. terbukti, sampai
saat ini Tionghoa masih tetap bisa
exist di nusantara. ini memperlihatkan
bahwa penerimaan 'orang lokal' sangat
baik. tetapi tetap Tionghoa tidak dipandang
sebagai 'orang lokal'. ini dilema-nya.

tetapi kalangan 'pribumi' yang menolak
Tionghoa sebagai bagian dari 'orang lokal'
pun tidak bersikap negatif. hanya tidak
menerima tionghoa sbg 'orang lokal'. tidak
menghasut untuk membantai Tionghoa. tentu saja,
pandangan ini jauh lbh baik dari kalangan
rasis anti tionghoa. lebih baik dipandang
sebagai 'orang asing' dengan segala
hak dan kewajiban sebagai orang asing.
daripada jadi kambing kurban di tangan
kaum rasis imoral.

bahkan, kalangan 'pribumi' yang memandang
Tionghoa sbg 'orang asing' menyerukan
agar bangsa Tionghoa bekerja sama dengan
banga Indonesia untuk mengusir kolonial
belanda. jauh lebih baik dari pola asimilasi
Soeharto yang pada hakekatnya merupakan langkah
legal untuk membantai Tionghoa.

baru terjadi polemik ketika elite's vested
interest mengintervensi. seluruh peristiwa
kerusuhan anti-cina itu selalu dimotori
oleh sekelompok elite.

tetapi pertanyaan Sdr. Richard tentang
'sejak kapan gap' tersebut muncul adalah
pertanyaan sangat menarik.

saya sendiri tidak punya jawaban pasti.
bagi saya, kebencian terhadap Tionghoa
dimulai sejak Serikat Dagang Islam itu
berdiri. sangat diperparah pada saat
munculnya anjuran-anjuran asimilasi,
pembentukan organisasi asimilasi semacam
LPKB dan adanya hasutan-hasutan terhadap
angkatan darat untuk menggebuk Tionghoa.
puncaknya pada saat Soeharto mulai berkuasa. 

tetapi beberapa pengamat mengatakan bahwa
hal tersebut dimulai sejak Belanda menerapkan
kebijakan penggolongan atas dasar etnisitas.
dan sayangnya, muncul opini bahwa Belanda
lebih mengistimewakan golongan TIonghoa.
padahal, menurut saya hal ini tidak benar.
baiknya adalah Tionghoa bisa exist sbg
golongan. tidak dipaksa untuk melebur dan
menghilangkan identitas etnik. 

tetap saja Tionghoa sangat dipersulit dan
ditindas oleh Belanda. Tionghoa diharuskan
membayar pajak dua kali lipat kalo tidak
salah pajak kepala dan pajak kekayaan.
Tionghoa juga diperlakukan tidak lebih baik di
bidang hukum. katanya saja diletakan di level
2, di atas pribumi, padahal hak atas kepemilikan
tanah garapan pun tidak pernah dimiliki oleh
Tionghoa. jadilah, Tionghoa itu berdagang.
jadi jangan salahkan tionghoa karena tidak
bisa menggarap tanah.

adanya kapiten Cina Belanda tidak menghilangkan
kebijakan Belanda yang menindas Tionghoa.
Kong Koan itu sepenuhnya membela kepentingan
tionghoa dengan cara legal pada saat itu.
CHH itu pada dasarnya tidak pro belanda sekalipun
bermain dalam tataran legal. karena hanya
itu saja jalur resminya. tetapi bukan berarti
tidak ada kapiten cina-belanda yang benar-benar
menjilat belanda. bahkan ada kelompok cina didikan
belanda yang benar-benar jijik terhadap Tionghoa
dan pro belanda 100%.

berbeda dengan pandangan Sin Po yang orientasinya
memang Tiongkok murni. thus melawan belanda
secara terbuka.

saya menolak thesis bahwa Tionghoa dianak-emaskan
oleh Belanda. omong kosong ini hanya rekayasa
kaum rasis anti tionghoa untuk membakar kemarahan
massa terhadap Tionghoa.

sebagai bangsa Asia, Tionghoa sudah pasti
terjajah dan tidak menghendaki kolonialisme
Eropa. gerakan fisik baru muncul di awal abad
20. tetapi memang karena jumlah Tionghoa di
Nusantara ini relatif sedikit maka perjuangan
bersenjata itu tidak terlalu tampak. tetapi
bukan berarti Tionghoa itu pro-belanda.

tercatat dalam sejarah saat Tionghoa menolak
'wajib militer' yang diterapkan oleh Belanda.
lah, ini kan simbol perlawanan Tionghoa terhadap
Belanda. para pemimpin Tionghoa saat itu
berkata bahwa TIonghoa itu bukan orang Belanda.
ini jelas-jelas menentang pemerintahan kolonial.

Sub-Rosa II





--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "richardwu9"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Terima Kasih pak Juragan Café Odeon :)
>
> BTW, sedikit melenceng dari bahasan kita, sejak kapan kira2x gap
antara
> Tionghoa dan etnis Javanese mulai berkembang ? Apakah sejak jaman
penjajahan
> hindia Belanda, di mana Etnis Tionghoa dikasih berbagai kemudahan ?
>
> Semoga di Era reformasi ini rukun kembali.
>
> Best,
>
> Richard
>
>
>







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese


YAHOO! GROUPS LINKS




Reply via email to