Ya, yang dikatakan Mas Skalaras sangat benar.

Dahulu, saat memanasnya situasi politik akibat kudeta Soeharto,
terdapat gerakan pembakaran dan perebutan sekolah-sekolah swasta
yang dimiliki oleh etnik Tionghoa yang sebenarnya sudah WNI.
Alasannya adalah sekolah-sekolah itu terlibat PKI, milik `cina-
asing' yaitu PKT dan Koumintang. Sebagian gedung-gedung sekolah
milik etnik tionghoa dijadikan semacam camp konsentrasi untuk
menampung dan menyiksa mereka-mereka yang dituduh PKI.

Lantas di tahun 70-an, agaknya ada pertanyaan-pertanyaan tentang
masalah ini sampai Menteri Pendidikan mengeluarkan surat edaran yang
isinya jelas menolak pengembalian dan meluruskan informasi
masalah `sekolah-sekolah cina asing'.

Kemudian di era 80-2000 ini tampak begitu banyak univ. swasta. Bukan
hanya milik Tionghoa. mulai dari univ. amburadul sampai universitas
yang diakui kualitasnya. Dan pemerintah tetap mempersulit izin
pendirian universitas sampai sulitnya membuka fakultas-fakultas
strategis. Menurut informasi, universitas Pelita Harapan mengurus
izin fakultas kedokteran sampai 5 tahun lamanya.

Sayangnya, biaya kuliah universitas berkualitas yang dimiliki oleh
etnik Tionghoa itu pun sangat tinggi. Universitas ecek-ecek non-
tionghoa mungkin lebih terjangkau tapi kualitasnya sangat rendah dan
sebagian besar mahasiswa-nya lebih mirip preman. Saya pernah ditotok
oleh mahasiswa UBK dengan alasan dana solidaritas untuk teman
mahasiswa UBK yang ditahap polisi akibat tawuran.

Sayangnya, universitas-universitas di mana kuantitas mahasiswa
Tionghoa terlihat besar lantas terkena tudingan `ekslusif'. Mulai
dari pembatasan jumlah mahasiswa etnis Tionghoa di univ. negeri yang
berakhir pada sebuah keputusan `oke, gua gak butuh UI atau UGM'
lantas masuk univ. Binus atau Untar dan berakhir pada tudingan SARA
lagi.

Minta ampun sulitnya negeri ini,

Sub-Rosa II



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "skala selaras"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Di sekolah negeri dibatasi jumlah kuotanya, di sekolah swastapun
pemilik
> sekolah ditekan utk membuat pemerataan, sehingga sekolah swasta
yang dulu
> mayoritas diisi oleh Tionghoa (yang tak tertampung di sekolah
negeri),
> terpaksa menjatahkan 50% bangkunya utk non Tionghoa. karena non
Tionghoa
> yang bermutu sudah tertampung di Negeri, maka sekolah swasta
terpaksa
> menerima sisa2 yang tersisih. hal ini telah terjadi di bekas
almamater saya.
> tak heran mutu lulusannya semakin menurun.
>
> Karena di dalam negeri dibatasi ruang geraknya, orang tionghoapun
berusaha
> mencari jalan lain, merekapun ramai2 mengirimkan anaknya sekolah
di luar
> negeri. akibatnya, tingkat pendidikan generasi muda Tionghoa malah
meningkat
> pesat, daya saingnya malah lebih tinggi dibanding golongan etnis
lain.
> ironis bukan?
>
> ----- Original Message -----
> From: "odeon_cafe" <[EMAIL PROTECTED]>
>
> >
> > di Univ. Negeri terjadi pembatasan kuota etnis,
> > sekolah swasta yang dikelola WNI etnis Tionghoa
> > diberangus dengan alasan 'cina asing'. jadi,
> > harus kemana tionghoa-tionghoa ini bersekolah??
> >
> > tapi herannya, Tionghoa ini bisa survive.
> > entah bagaimana caranya......
>









.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke