Sobron Aidit : S U R A U - B E D U G dan PAK S E N E N Surau di kampung kami yang paling pokok memang buat urusan ibadah agama. Tetapi bisa juga buat urusan semua kehidupan penduduk yang tergabung dalam surau itu. Misalnya di suraulah menentukan kapan sebaiknya kita mengadakan "maras tahun". Maras tahun adalah selamatan seluruh kampung karena merayakan hasil panen tahun itu. Biasanya akan diadakan setahun sekali. Yang menentukan kapan harinya dan dimana akan dilangsungkan, akan dimusyawarahkan di surau. Bagaimana cara memanggil orang-orang dan penduduk sekitar kampung surau itu? Yang pokok dengan bedug - bedug dipukul bertalu-talu seperti pada waktu hari lebaran. Dan yang bertugas memukul-bunyikan bedug ini - adalah Pak Senen - nama aslinya Isnin. Pak Senen bertugas dan bertanggungjawab atas bunyi bedug di kampung kami. Dialah yang membunyikan bedug setiap waktu mau sembahyang, Jadi dia harus bertugas memukul bedug 5 kali dalam satu hari - sama dengan waktu orang sembahyang. Pak Senen tinggalnya di surau itu juga. Ada bangunan kecil dan sederhana di belakang bangunan surau itu. Kehidupannya didapat dari belaskasihan orang dan mengemis. Ini istilah kami di kampung Pangkallalang waktu itu. Harap dibedakan, Pak Senen samasekali bukan pengemis - tetapi pada harihari tertentu dia mengemis. Caranya yalah, dia datang ke setiap rumah orang di kampung kami. Mula-mula dia akan berseru yang menyatakan dia datang, dengan ucapan "assalamualaikum....",- Lalu yang punya rumah menjawab...."mualaikumsalam...",- Dan Pak Senen langsung duduk di tangga dan mengucapkan doa - agar penghuni rumah selamat sejahtera. Dan penghuni rumah menyediakan beras sebanyak satu kaleng susu-cap-nona, tanda memberikan atas ucapan doanya, Beras itu oleh Pak Senen dituangkan dalam karung yang memang buat beras dari setiap orang. Adakalnya karung itu penuh dan sudah agak berat - sebab rumah penduduk sekitar kampung yang ber-surau-kan di mana Pak Senen yang menjadi penanggungkawabnya - cukup banyak. Beras yang sudah penuh dalam karungnya dibawanya pulang dulu. Di rumah kecilnya di bagian surau itu, dituangkannya dalam pendaringan - tempat beras. Sudah itu Pak Senen datang lagi ke rumah-rumah yang belum didatanginya. Inilah cara kehidupan Pak Senen dalam mencari uang dan ongkos kehidupannya. Dan ini sudah atas persetujuan semua penduduk di kampung kami yang berfokuskan surau itu tadi. Saya tidak tahu apakah ada hubungan antara bunyi konsonannya - sebab hari Kemis adalah hari buat mengemis bagi buat Pak Senen. Tetapi semua kami sudah tahu - pabila hari Kemis - kami sudah menyediakan beras buat Pak Senen - dan ini buat semua penduduk di sekitar surau. Pendapatan lainnya - selain beras yang terkadang dijual juga oleh Pak Senen, karena berlebih - ada-ada saja orang memberikan sekedar uang - bahan makanan baik yang sudah matang maupun bahan makanan buat dimasak Pak Senen. Saya pernah juga mengantarkan beberapa bahan pakaian kain - dan sarung buat Pak Senen, Emak saya menyuruh saya mengantarkan semua itu buat Pal Senen. Ada orang yang mengatakan apa itu arti Islam bagi kewajiban Pak Senen dalam membunyikan bedugnya. Katanya I itu dari Isa - sembahyang Isa. Dan S itu dari kata Subuh dan L dari kata Lohor, dan A dari kata Asar, sedangkan M dari kata Magrib. Ini kata orang kampung kami - saya tidak menyelidiki kebenarannya, Tetapi bagi Pak Senen - ya, ketika orang mau sholat dengan waktu lima kali satu hari, dengan pedoman inilah Pak Senen harus selalu siap - dan sekali-kali tidak boleh lupa membunyikan bedug, sebab semua bunyi bedug itu tanda semua orang harus sudah siap buat sholat. Sudah tentu sekali-sekali dan sangat - sangat jarang bedug itu terlambat dipukul. Misalnya terlambat beberepa menit dan puluh menit. Tetapi orang-orang memakluminya dan memaafkannya - sebab pastilah bukan karena kesengajaan Pak Senen. Ada suatu hari bedug tak berbunyi beberapa kali waktu sholat. Dan orang-orang datang ke surau kami. Ternyata Pak Senen sedang sakit berat dan tak dapat bangun. Oleh beberapa orang yang tinggalnya dekat surau - Pak Senen dibawa ke rumah sakit. Dan diopname di RS selama beberapa hari. Biasanya begitu ada bunyi bedug orang akan ingat Pak Senen - sudah tentu lebih mengingat Tuhan karena bunyi bedug itu adalah panggilan buat menghadap Tuhan dan sholat dengan tekun. Pernah terjadi, beberapa kali bdug tidak berbunyi - bahkan lebih dari dua hari. Kami semua penduduk kampung - sangat merasa sedih dan kehilangan. Sebab Pak Senen meninggal di rumahnya - yang masih dalam satu bangunan dengan surau kami. Dan hari itu betapa ramainya orang yang mengantarkan jenazah Pak Senen menuju ke penguburannya. Banyak orang tidak menyangka bahwa Pak Senen dengan badannya yang ringkih dan termasuk orang yang selalu tidak punya - begitu sangat dihormati penduduk di kampung kami - Pamgkallalang - Tanjungpandan - Belitung, Ini terjadi pada tahun 1940.- saya baru masuk sekolah SR atau SD Belanda - HIS,- ------------------------------------------------------- Holland,- 26 Agustus 06,-
--------------------------------- Why keep checking for Mail? The all-new Yahoo! Mail shows you when there are new messages. [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/