Numpang Tanya. 
 
Bobot kepahlawanan macam apa yang dianggap cukup layak untuk didongkrak
jadi pahlawan?
 
Seorang pahlawan apa harus mati dulu baru bisa jadi pahlawan?
 
Sahibul hikayat komodor Yos belum sempat bikin tindakan kepahlawanan
tapi waktu diterjunkan udah keburu gugur duluan, hehehe.
Kalau ngga salah baca di buku SUHARTO tuh, duh bukunya dipinjem sapa neh
jadi ga bisa recheck.
Dan katanya lagi pokoknya waktu itu butuh pahlawan untuk pembebasan
Irian barat, jadi didongkraklah komodor Yos ini.
 
Pahlawan tionghoa, bukannya sudah ada tuh pahlawan reformasi yang
ketembak di trisakti itu.
Udah diresmikan jadi pahlawan belum si?
 
 
 
 
-----Original Message-----
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Akhmad Bukhari
Saleh
Sent: Tuesday, November 14, 2006 11:33 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Fw: DISKRIMINASI DALAM PENGANGKATAN
PAHLAWAN NASIONAL
 
----- Original Message ----- 
From: hadi_pranoto2001
To: budaya_tionghua@ <mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com>
yahoogroups.com
Sent: Tuesday, November 14, 2006 11:31 AM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Fw: DISKRIMINASI DALAM PENGANGKATAN
PAHLAWAN 
NASIONAL

Komentar tepat!
Tetapi esensi dari diskusi pada thread ini adalah mempertanyakan mengapa

belum diajukan usulan untuk menetapkan pahlawan dari suku Tionghoa, dan 
dengan demikian lalu nampak seolah-olah ada diskriminasi.

Ini tentu persepsi yang tidak betul. Pahlawan itu tidak ditetapkan atas 
dasar jatah, baik jatah kesukuan, jatah geografis, jatah agama, jatah
bidang 
profesi, jatah era/jaman/generasi, jatah gender, dsb. melainkan atas
dasar 
tindak kepahlawanan yang berbobot dari seseorang, tanpa melihat latar 
belakangnya.
Mengusulkan penetapan pahlawan menurut persepsi penjatahan, yang
didasarkan 
pada pengelompokan seperti tersebut, sebetulnya me-marginal-kan, 
mengkerdilkan kelompok ybs.!

<skip>
Contoh lain adalah Laksda Jahja Daniel Darma, yang sebelumnya dikenal 
sebagai John Lie. Beliau pelaut sangat ulung, dan tidak kurang beliaulah

guru saya berolahraga layar, 50 tahun lalu, di Perkumpulan Olahraga
Layar 
"Pulau Seribu", Tanjung Priok. Tetapi secara jernih saya harus
mengatakan 
bahwa di kalangan Angk. Laut beliau bukanlah tokoh satu-satunya, dan
tentu 
juga bukan yang paling pahlawan (Komodor Yosaphat Sudarso jelas lebih
besar 
bobot kepahlawanannya). Begitu juga, dalam urusan menyelundupkan senjata

dari Singapore di jaman Perang Kemerdekaan, beliau bukan satu-satunya
tokoh 
pelakunya, masih banyak tokoh-tokoh pelaku lainnya dalam urusan ini 
(salahsatunya bahkan adalah Tong Djoe). Lantas apakah karena kebetulan 
berjasa, yang notabene setara dengan jasa banyak orang lainnya, namun
toh 
dia harus ditetapkan sebagai pahlawan nasional karena dia suku Tionghoa
dan 
suku Tionghoa belum ada yang ditetapkan jadi pahlawan? Tentu tidak.
Sekali 
lagi, kepahlawanan bukan jatah-jatahan, termasuk bukan jatah kesukuan...

Tetapi usaha untuk menggali data-data kesejarahan tentang para pahlawan
kita 
tentulah tetap perlu. Marilah usaha itu kita teruskan. Dan tidak ada 
salahnya memfokuskan pencarian data-data itu hanya di sekitar kita,
hanya di 
lingkungan kita, itu suatu pragmatisme yang wajar. Dan kalau karena itu 
kemudian kita dapat data-data tentang kepahlawanan seorang tokoh yang
hebat 
bobot kepahlawanananya, mari kita usulkan untuk ditetapkan sebagai
pahlawan 
nasional, terlepas dari fakta apakah dia kebetulan suku Tionghoa atau 
bukan...

Wasalam. 
 


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke