Perjalanan seorang senior ke RRT untuk kerja sama intelektuil (Bagian delapan)

 

Kami makan siang dengan Pak Pao dan ibu Ma, mereka mengusulkan apakah  kami ini 
kali mau makan fondue ? Kami setuju atas usul mereka dan kami diajak pergi  ke 
restaurant chusus fundue dan dipesankan fondue terdiri dari daging kambing, 
daging sapi, dan sayuran serta champignon.  Dua piring penuh tumpukan daging 
kambing di iris sangat tipis-tipis, dan juga sama banyaknya dan tipisnya daging 
sapi, dua piring penuh. Pula bermacam-macam champignon dan satu piring besar 
sayuran. Kalau dagingnya sudah dimasukkan dalam air panas lalu di makan dengan 
saus, mungkin campuran dari kecap asin, minyak wijen, dan bumbu-bumbu ala 
Tiongkok, apa isinya saya tidak jelas. 

Detengah-tengah meja ada panji yang besar sudah diisih dengan kuwa bouillon. 
Panci ini dipanasi melalui saluran listrik. Kami makan sambil 
berkongkou-kongkou mengenai segala yang ada, dari politik sampai penghidupan di 
Tiongkok sekarang. Sesudah selesai setiap orang diberi satu kepiting rajungan 
yang besar, hanya godokan saja.

Sampai sekarang setiap kali restoran yang kami kunjungi selalu bergantian, 
tidak pernah mengunjungi satu restaurant untuk kedua kalinya. Yang sama hanya 
menunya kepiting sampai hari ini tidak pernah ketinggalan, disuguhkan sesudah 
kami selesai makan fondue. Fondue sebagai gantian memang enak, apalagi achir 
kuanya diminum sangat manis sekali atau dimakan dengan bakmi atau nasi. 
Berhubung banyaknya daging, sauran dan champignon maka sausnya tidak ada yang 
makan dengan mi atau nasi.

Kepiting yang di pesan bisa kepiting yang berambut atau kepiting yang semasa 
saya di Indonesia di Surabaya dinamakan rajungan. Kepiting yang berambut lebih 
mahal dari pada rajungan, tetapi rajungan lebih mudah dimakan dari pada yang 
berambut. Artinya bagi saya dagingnya lebih mudah diambil dan kalau gemuk lebih 
enak, mungkin karena besar dan tebalnya daging. Kepiting berambut adalah 
kenikmatan bagi orang Tiongkok, chususnya bagi orang Shanghai dan sekitarnya 
dan Hongkong. Kepiting ini lebih kecil, kulitnya lebih keras, sukar untuk 
dimakan. Karena itu bagi kami rajungan lebih enak dari pada kepiting berambut. 
Orang Tionghoa mengatakan daging kepiting berambut lebih enak, karena lebih 
menyolok rasanya.

Sore hari saya minta dengan mobil berputar-putar di kota Yan Tai,  sebetulnya 
tiga tahun yang lalu, kami sudah pernah berputar-putar, saya ingin tahu 
perubahan dari kota ini. Kota Yan Tai sekarang diperbesar dan lebih banyak 
bangunan yang besar dan tinggi-tinggi, tetapi tidak begitu luar biasa 
dinamikanya kalau dibanding dengan Beijing, Shanghai etc. etc. 

Pemandangan kota dipinggir lautan indah ada gunung dan lautan dengan perumahan 
yang modern. Menarik para turis, chusus untuk Hua Kiauw yang tinggal di Korea 
Selatan dan orang-orang Korea. Letaknya Yantai tidak jauh dari Korea Selatan, 
kira-kira satu jam naik kapal udara, mereka sudah bervakansi keluar negeri; 
penghidupan di RRT lebih murah dari vakansi di negaranya sendiri. Tetapi 
menurut saya pemandangan lautan masih bisa diperindah lagi, untuk menarik turis 
dalam dan luar negeri.

Pemandangan yang menarik bagai kota Yan tai berpusat dipinggir lautan, Disini 
dibangun dua hotel yang berklas yaitu hotel Golden Gulf dan Hotel Marina. 
Disampingnya dibangun hospital yang kedua besarnya di Yantai dengan gedungnya 
yang tinngi dan modern. Boulevarnya lebar dan jalan-jalan disitu sangat 
menyenangkan, lalu duduk melihat lautan dengan ombaknya dan dari kejauhan 
kelihatan gunung-gunung. Daerah dipinggir lautan ada daerah-daerah dengan 
perumahan orang-orang yang berada duit, karena kalau mau belanja jauh, harus 
punya mobil. Harganya rumah-rumah ini juga sudah dua kali lipat dari tiga empat 
tahun yang lalu; sekarang harganya antara 2-3 ratus ribu euro, apalagi 
rumah-rumah yang berada dibukit dipinggir lautan dapat melihat pemandangan 
lebih indah lagi, harganya tentunya lebih mahal. Kalau pasisir laut dibangun 
lebih baik saya rasa tidak kalah dengan Riviera dari Perancis dan Italia.

Di boulevar banyak orang-orang yang hobbynya mancing ikan. Dibukit ditepi 
lautan yang mancing kurangan, tetapi ada nelayan yang mencari ikan untuk 
penghidupan, mereka naik dengan sepeda montor dan mencari kepiting. Kalau 
mereka bisa mendapatkan sepuluh ekor kepiting, sudah bisa hidup beberapa hari, 
bahkan sampai satu minggu. Di restuarant satu kepiting harganyan tergantung 
dari besar-kecilnya antara € 50 – 60. 

Saya rasa tidak lama lagi Yan Tai bisa menjadi kota yang akan menarik turis 
berdatangan. Di RRT sekarang ini semua perdagangan dan kesehatan diserahkan 
pada pasaran bebas. Orang mengatakan bahwa RRT adalah komunis, tetapi dalam 
prakteknya ialah social demokrat dengan ciri-ciri Tiongkok dan memakai bendera 
komunis. Tidak ada pelajaran politik di pekerjaan seperti masa saya tinggal di 
RRT periode Mao. 

Sekarang para dokter atau ilmuwan lainnya mementingkan belajar vaknya untuk 
mempertinggi keilmuannya. Tiada ada lagi perjuangan kelas, bahkan orang yang 
kaya bisa mendapatkan kehormatan, karena toko-toko memerlukan mereka. Memang 
harus diakui bahwa dalam hal tata negara masih agak tidak bebas seperti di 
Eropa, tetapi politik negara seperti ini umumnya kami lihat di Singapore, 
Malaisia, Thailand etc. etc. 

Kebebasan perseorangan jauh lebih baik dari pada umumnya negara-negara komunis 
yang dulu kami lihat dan mengalami. Mereka bisa mengritik pimpinan negara 
angsalkan tidak ngawur tanpa alesan. Restoran-restoran dan toko-toko kepunyaan 
perorangan, karena banyaknya restoran maka tidak heran ada yang bangkrut dan 
dibuka lagi oleh pengusaha yang baru. Hampir setiap dokter sekarang mempunyai 
mobil, meskipun kebanyakan keluaran RRT. 

Saya berasa senang bahwa saya meskipun sudah berumur 74 tahun masih bisa 
mengerjakan sesuatu demi negara leluhur, chucusnya dalam bidang kedokteran. 
Kami gembira kami masih bisa menikmati kehidupan duniawi dan bepergian bahkan 
ke tempat yang jauh dari rumah kami. Sedikitnya kami setiap tahun satu kali ke 
Indonesia dan satu kali ke RRT, dan sering dua kali ke Indonesia. Kami masih 
berusaha mengerjakan sesuatu untuk memajukan ilmu kedoteran Indonesia, dan akan 
kami bicarakan nanti tahun 2007.

Malam hari kami diundang makan (sebetulnya oleh RS. Yuhuangding) dan ini kali 
pakai namanya Dr. Li, kepala bagian kedokteran nuklir. Kami sudah kenal beliau 
sejak tiga tahun yang lalu. Dr. Li adalah seorang yang spontan banyak bicara, 
aktive dan merendahkan diri. Dari hubungan kami saya dapat mengatakan bahwa 
beliau suka belajar, dan mempunyai keinginan untuk maju dan menguasahi vaknya. 
Orang tionghoa sekarang sukah sekali minum alkohol sedikitnya minum bir, dan 
setiap bicara lalu mengajak kami menghabiskan alkohol yang ada digelas Ad 
fundum, atau buttom up!

Beliau mengatakan pada saya bahwa beliau ada dua persoalan scintigram yang 
ingin dibicarakan dengan saya , apakah saya sedia untuk datang besok ke 
bagiannya. Tentu saya tidak keberatan untuk membantunya. Saya katakan besok 
pagi saya akan ke Yuhuangding hospital. Percakpan yang menyenangkan desertai 
dengan makanan yang cukup delisius dan bervariasi. Lalu kami berpisah dan kami 
diantar pulang ke hotel.

 

Dr. Han Hwie-Song

Breda, 10 novembar 2006

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke