Bung GH yb,

 

Saya terkesan sekali dengan artikel anda. Ada beberapa bagian yang ingin
saya tanyakan dan komentari sebagai berikut

 

Salam,

Min Hui

 

  _____  

From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Golden Horde
Sent: Monday, December 18, 2006 4:08 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Komunitas Tionghoa dan Aceh setelah Pilkada

Hubungan sejarah Aceh dan Tiongkok

Catatan sejarah tertua dan pertama-tama mengenai kerajaan-kerajaan 
di Aceh, didapati dari sumber-sumber tulisan sejarah Tiongkok. Dalam 
catatan sejarah dinasti Liang (506-556), disebutkan adanya suatu 
kerajaan yang terletak di Sumatra Utara pada abad ke-6 yang 
dinamakan Po-Li dan beragama Budha. 

[MH]

Baru2 ini saya melakukan perjalanan lewat darat hingga ke Sibolga, pantai
barat Sumatera. Di kecamatan Sei Rampah Serdang Bedagei, memang ada satu
daerah yang dinamakan Mata Pao. Menurut kisahnya bahwa daerah tersebut
dulunya adalah kerajaan Cina. Pada suatu ketika, terjadilah peperangan
dengan satu kerajaan Melayu (?) dan dalam peperangan itu mata Raja Cina Pao
tercungkil keluar dan daerah tersebut dinamakan Mata Pao. Sedangkan kuda
putih yang bertempur dengan Raja Pao juga mati kelelahan dan diabadikan
warga setempat dalam satu kuil kecil bercat putih dan mempunyai patung kuda
putih. Biasanya kalau orang yang melewati kuil ini selalu melemparkan uang
logam untuk maksud agar mendapat keselamatan. Apakah Mata Pao ini adalah
kerajaan Po-Li?

====



Tsunami 

Pada peristiwa tsunami tahun 2004, banyak warga Tionghoa Aceh yang 
menjadi korbannya dan meninggal. Sekitar 6000 orang Tionghoa telah 
mengungsi ke Medan dan ditampung di kamp Metal. Di kamp pengungsian 
Medan ini bukan hanya warga Tionghoa saja yang ditampung untuk 
mendapatkan akomodasi dan perawatan, warga dari etnis lainpun 
ditampung di kamp-kamp pengungsian tersebut, tanpa perbedaan..



[MH]

Sebetulnya bukan kamp, namun ditampung di sebuah yayasan sosial STM (Serikat
Tolong Menolong). Yayasan ini memang berada di Jalan Metal, tempat basis
orang tionghoa-aceh yang terusir dari Aceh saat jaman Orba. Selain ditampung
di yayasan STM, juga ditampung di rumah-rumah penduduk sekitar karena
jumlahnya yang sangat besar. Organisasi2 tionghoa yang berada di Medan
secara spontan langsung mendukung dan menjadikan STM Metal sebagai posko
pengungsian. Benar sekali, selain etnis tionghoa, banyak juga dari etnis
lain yang dibantu tanpa perbedaan sama sekali.

 

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke