Sdr.Golden,

terimakasih atas koreksi anda.




Hormat saya,



Xuan Tong
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Golden Horde" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "perfect_harmony2000" 
> <perfect_harmony2000@> wrote:
> >
> >Sdr.semua,
> > 
> >Saya mendapat pertanyaan dari beberapa rekan, terutama mengenai 
> >Zheng He yang disebut penjajah dan memiliki ambisi perluasan 
> >teritori kerajaan Ming.
> > 
> >Sedangkan yang diperkirakan dikutip oleh beberapa orang 
belakangan 
> >ini, menurut saya mungkin dari seminar Dr.Geoffrey Wade di 
> >Institute  of South East Asian Studies ( ISEAS ) dan dikutip oleh 
> >Straits Times  pada tanggal 11 november 2004. 
> ...................................................
> >Dan sayangnya banyak kolega beliau yang juga tidak setuju  dengan 
> >pandangannya, walau demikian beliau adalah dosen tamu di  
National 
> >University Singapore yang perlu kita hargai.
> ................................................
> >Sayangnya walau Wade mengatakan didukung dengan data yang sahih, 
> >tapi data itu tidak pernah disebutkan darimana kecuali mungkin 
> >merupakan perkiraannya saja.
> ........................deleted..............................
> 
=====================================================================
> GH.
> DR. Geoffrey Wade sebenarnya adalah sebuah nama misterius yang  
belum 
> dikenal  (nobody) dan baru muncul diantara para  peneliti dan 
> penulis  sejarah Asia Tenggara  lainnya seperti, M.C. Ricklefs, 
> Anthony Reid, Charles Coppel , D.G. Hall ,Wang Gung Wu dll. 
Geoffrey 
> Wade mengaku sebagai seorang ahli  sejarah Asia Tenggara dan  
berasal 
> dari Australia. Dia membuat kejutan, karena pandangannya mengenai 
> armada Cheng Ho  yang kontroversial dan negatif dalam sebuah 
seminar 
> yang diselenggarakan oleh ISEAS (Institute of Southeast Asian 
> Studies) di Singapura pada tahun 2004,  yaitu dalam rangka seminar 
> memperingati 600 tahun perjalanan Cheng Ho ke Asia  yang jatuh 
pada 
> tahun 2005. 
> 
> Pada kesempatan itu dia  secara langsung menuduh bahwa armada Ming 
> dan Cheng Ho itu bertujuan untuk mendirikan koloni di Asia 
Tenggara 
> dan merupakan bentuk dari "proto-colonialism, sudah tentu banyak 
> peserta dan ahli sejarah lainnya bertolak belakang dengan 
> pandangannya yang tidak historis ini. Pandangan Geoffrey Wade ini 
> bertentangan dengan kenyataan sejarah karena  tak ada negara yang 
> dijajah atau menjadi koloni Cheng Ho ketika itu. 
> 
> Yang menjadi perhatian orang-orang adalah bahwa argumen yang 
> dibawakan oleh Geoffrey Wade ini  bersifat prejudis, tendensius, 
> tidak ilmiah dan a-historis. Sifat Geoffrey Wade sendiri sangat 
> agresif, ketika menyerang secara vulgar buku Gavin Menzies (1421, 
The 
> Year China Discovered the World) dan buku Paul Chiasson (The 
Island 
> of Seven Cities: Where Chinese Settled When They Discovered North 
> America?). 
> 
> Dia menyerang kedua penulis tersebut dengan sengit dan  vulgar. 
> Kritik terhadap kedua buku tersebut lebih mirip dengan argumen 
> seorang politikus daripada seorang ilmuwan yang  lazimnya berlaku, 
> termasuk serangan terhadap penerbitnya sendiri. Dia mengaku 
sebagai 
> seorang ilmuwan sejarah tetapi argumen-argumennya bertendensi 
sarat 
> dengan muatan politik. Intinya adalah bahwa Geoffrey Wade ingin 
> mengatakan bahwa negara Asia Tenggara harus hati-hati  dan waspada 
> dengan Tiongkok sekarang, karena Tiongkok sejak jaman dahulu dalam 
> sejarahnya adalah sebuah kekuatan yang agresif yang ingin menjajah 
> atau mengkoloni negara Asia Tenggara. 
> 
> Terkesan bahwa Geoffrey Wade ini secara implisit membawa misi 
atau  
> tujuan politik terselubung  untuk kepentingan Amerika dan 
sekutunya 
> Australia yang khawatir akan perkembangan Tiongkok sekarang, 
karena 
> dengan cerdik  dia memanfaatkan momentum dan kesempatan  pada 
forum 
> pertemuan internasional ISEAS yang bergengsi di Singapura ini. 
Seolah-
> olah pandangan  atau persepsi yang mewakili golongan intelektual 
di 
> Asia Tenggara , karena  selain ISEAS yang dianggap sebagai Think 
Tank 
> studi masalah Asia Tenggara, juga dihadiri oleh para peserta 
seminar 
> dan intelektual dari mancanegara lainnya dan Asia Tenggara 
khususnya. 
> 
> Sudah tentu pandangan Geoffrey Wade ini bergema, dicetak dan 
> disiarkan  dengan cepat dalam beberapa media Barat , seperti 
> International Herald Tribune, dll. Seolah-olah pandangan Geoffrey 
> Wade ini membenarkan pandangan  Barat, CIA dan Pentagon yang 
> menganggap  bahwa kebangkitan Tiongkok  sekarang adalah sebuah 
> ancaman bagi negara-negara lainnya  dan Asia  Tenggara khususnya, 
> karena sejarahnya memang sudah imperialistik katanya. 
> 
> Pandangan politik  dari Geoffrey Wade ini juga terkesan munafik, 
> karena negaranya sendiri yaitu Australia adalah sebuah negara  
yang 
> dahulunya adalah sebuah benua (bukan benua kosong) dengan  
penduduk 
> asli Australia (Aborigin) yang dikoloni oleh orang-orang kriminal 
> Inggris (nenek moyangnya Geoffrey Wade). Kedudukan politik, sosial 
> dan ekonomi orang-orang Aborigin sampai sekarang  sangat 
tertinggal 
> dan terbelakang  dibandingkan dengan penduduk kulit putih 
Australia 
> lainnya, dan dalam sejarahnya penduduk Aborigin Australia  ini 
> mengalami genocide, tanahnya dirampas, diskriminasi sosial dan 
> budaya, sehingga populasinya menurun dari sejak kedatangan orang 
> kulit putih kesana.
> 
> Australia juga diketahui sebagai centeng  atau sheriff-nya Amerika 
di 
> kawasan Asia dan  dalam setiap peperangan agresi yang dilancarkan 
> oleh Amerika Serikat, tentara Australia sebagai junior partnernya 
> Amerika selalu mendampinginya  dengan setia  untuk mendukungnya 
> seperti dalam perang Korea, Vietnam,  Afghanistan dan Iraq. Di 
Timor 
> Leste juga bukan karena simpati kepada penderitaan rakyatnya, 
> melainkan demi kepentingannya sendiri yaitu kekayaan alamnya 
seperti 
> minyak bumi bawah laut di Timor Gap. 
> 
> Australia juga mengintervensi negara-negara  kepulauan di Pacific 
> Selatan seperti  di PNG dan Pulau Solomon. Baru-baru ini Australia 
> dan negara-negara Barat lainnya juga mengancam negara Fiji untuk 
> memboikotnya kalau tidak tunduk  dengan keinginan politik  dan 
> kepentingan  Australia serta Barat, sedangkan kudeta di Thailand, 
> Australia dan Barat reaksinya berbeda, dan kebetulan Thaksin 
> hubungannya terlalu dekat dengan Tiongkok  (Asia Times, US, China 
> square off, By Shawn W Crispin). Kalau AS menganggap negara-negara 
> Amerika Selatan sebagai halaman belakangnya, maka Australia 
> menganggap negara-negara kepulauan Pacifik Selatan juga sebagai 
> halamannya sendiri  (sphere of influence) yang setiap saat dapat  
> diintervensi, kalau sekiranya akan merugikan kepentingannya atau 
AS.
> 
> Pendapat  Geoffrey Wade yang mengatakan bahwa armada Cheng Ho dan 
> Ming adalah sebagai salah satu bentuk "proto colonialism"   dalam 
> seminar itu dibantah oleh beberapa peserta seminar lainnya, 
seperti 
> DR. Leo Suryadinata, penulis beberapa buku tentang Tionghoa di 
> Indonesia, yang juga menjabat sebagai peneliti senior  di ISEAS. 
> Dikatakan oleh DR. Leo, bahwa hubungan Tiongkok dengan beberapa 
> kerajaan di Asia Tenggara adalah sebagai bentuk 
hubungan "tributary-
> trade system", kerajaan-kerajaan ini memberi upeti ke Tiongkok 
> (Ming)  sebagai imbalan atas perlindungan militer dan keuntungan 
> perdagangan. Bukan hubungan kolonialisme seperti yang dipraktikkan 
> oleh negara Barat, seperti ketika Portugis datang dan menaklukkan 
> Malaka pada tahun 1511, demikian juga dengan negara-negara Barat 
> lainnya (Belanda, Inggris, Spanyol, Perancis) di Asia.   
> 
> Apakah Geoffrey Wade ini sebenarnya menguasai sejarah Asia 
Tenggara 
> atau  memang sengaja ingin memutarbalikkan fakta sejarah demi 
suatu 
> tujuan politik tertentu atau seorang politikus Barat yang menyamar 
> atau berkedok  sebagai  seorang ilmuwan (pseudo scientist), 
menjadi 
> tanda tanya tersendiri, karena seperti halnya dengan Malaka dan 
> Palembang. Geoffrey Wade mengatakan bahwa armada Cheng Ho telah 
> mengintervensi militer  ke Palembang, Malaka, Jawa dan Ayutthaya 
di 
> Thailand untuk mendirikan basis militer, perdagangan (hanya ini 
yang 
> benar) serta pemerintahan despotis (guanchang) disana !!
> 
> Yang ditulis  dalam buku-buku sejarah yang berbobot  seperti  "A 
> History of South-East Asia" (D.G.E.Hall), "The Cambridge History 
of 
> Southeast Asia" ( 4 volume, edited by Nicholas Tarling)dan  "A 
> History of Malaysia" (Barbara Watson Andaya and Leonard Y.Andaya)
> bertolak belakang dengan pandangannya. Disebutkan  dalam buku-buku 
> tersebut bahwa Malaka yang raja pertamanya  bernama Parameswara 
> ketika itu (namanya diganti menjadi Megat Iskandar Shah, ketika 
> memeluk Islam dikemudian harinya) meminta perlindungan dari Ming  
> karena adanya ancaman dari Ayutthaya (Thailand sekarang).
> 
> Pada tahun 1404, utusan atau duta pertama dari Malaka bersama 
dengan 
> utusan dari Samudra Pasai dan Calicut datang berkunjung ke kaisar 
> Yongle di Tiongkok dan ketiganya mendapatkan pengakuan dari 
Dinasti 
> Ming  sebagai penguasa atau kepala negara yang  diakui sah oleh 
Ming. 
> Sejak itu Malaka mendapatkan perlindungan dari Ming. Kaisar Yongle 
> juga menghadiahkan sebuah prasati yang bertuliskan tentang moral 
dan 
> filsafat politik dari Dinasti Ming yang kemudian diletakkan diatas 
> sebuah bukit di Malaka (bukit negara). Malaka  sendiri  telah 
> dikunjungi  beberapa kali oleh Cheng Ho dalam perjalanannya sampai 
> tahun 1434. 
> 
> Setelah itu, Malaka berulang kali mengirim duta-dutanya ke 
Tiongkok 
> (termasuk Parameswara sendiri) dan Cheng Ho diketahui tidak pernah 
> menginvasi dan    mendirikan basis militer atau mendirikan    
> pemerintahan boneka  yang despotis di Malaka, malahan Cheng Ho 
> memberikan kepada raja Malaka dengan hadiah cap/stempel perak, 
topi, 
> pakaian kebesaran dll.  Bertolak belakang dengan Cheng Ho, Alfonso 
de 
> Albuquerque (Gubernur Jenderal Portugis di Goa, India) yang 
merebut 
> Malaka pada tahun 1511  merampok   semua kekayaan Kesultanan 
Malaka 
> (emas, batu berharga, keramik dll, seberat 60 ton), menghancurkan 
> istananya , lalu memuatinya  kedalam  kapal "Flor de la Mar" , 
tetapi 
> karena terlalu berat muatannya dan dihantam ombak besar, maka 
kapal 
> ini berikut harta  jarahannya tenggelam di perairan dekat Aceh 
ketika 
> dalam pelayaran kembali ke Goa, sedangkan de Alburquerque sendiri 
> dapat menyelamatkan diri.
> 
> Di  Palembang, Cheng Ho datang untuk menangkap dan membasmi bajak 
> laut  terkenal yang ditakuti di perairan Selat Malaka dan Selat 
> Karimun yaitu  Chen Zhu Yi yang berasal dari Propinsi Guangdong 
lalu 
> dibawa ke Tiongkok dan dihukum mati disana. Disini Cheng Ho 
berjasa 
> memulihkan kembali  keamanan  jalur pelayaran dan perdagangan 
> internasional  di Selat Malaka. Salah satu jasa yang terbesar dari 
> armada Cheng Ho ini adalah menumpas bajak laut di berbagai 
perairan 
> internasional, seperti di Laut Tiongkok Selatan, Selat Malaka 
sampai 
> ke Teluk Oman dan Selat Hormuz, seperti yang pernah diberitakan 
> dalam  catatan sejarah Persia abad ke 15. 
> 
> Menarik untuk diperhatikan juga, bahwa tradisi bajak laut di Selat 
> Malaka yang berbasis  di  Palembang ini  sampai kini masih kadang-
> kadang terjadi di Selat Malaka.Pembajakan kapal-kapal dagang ini 
> sering dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari daerah sekitar 
> Palembang ! suatu tradisi yang hampir berumur 600 tahun yang 
dimulai 
> oleh Chen Zhu Yi  (pernah ditulis peranan orang sekitar Palembang  
> yang menjadi bajak laut dalam majalah Time)
> 
> 
=====================================================================
> >Bahkan seorang  perompak bernama Chen ZhuYi bisa mengangkangi 
> >kekuasaan Sriwijaya  terutama kekuasaan di perairan, dan 
Sriwijaya 
> >tidak bisa berbuat  apapun hingga kedatangan Zheng He bisa 
menumpas 
> >habis kekuatan Chen  yang mengganggu perdagangan internasional 
kala 
> >itu.
> .................................deleted...........................
> ===================================================================
> 
> GH.
> Tepatnya bukan Chen Zhu Yi yang merebut  atau mengangkangi 
Sriwijaya. 
> Sriwijaya pamornya sudah merosot pada saat itu, karena sudah 
> tergeser  peranannya oleh Jambi yang lokasinya lebih dekat ke 
Selat 
> Malaka melalui sungai Batanghari-nya. Jambi padaabad ke 12 sudah 
> mulai ramai dikunjungi pedagang dari mancanegara  sebagai pusat 
> perdagangan baru serta sudah sering dikunjungi oleh pedagang-
pedagang 
> dari Tiongkok pada saat itu dan telah beberapa kali mengirim 
> utusannya ke Tiongkok. 
> 
> Sriwijaya runtuh untuk selamanya  ketika  diserbu dan dihancurkan 
> oleh Majapahit pada tahun 1377. Ketika itu golongan aristokratnya 
> seperti  pangeran Parameswara melarikan diri dan tiba di   Malaka  
> sekitar tahun 1400 dan  Majapahit sendiri tidak  mengurus atau 
> mengontrol Palembang lagi  setelah dikuasainya,  sehingga timbul 
> kekosongan (vakum) kekuasaan, dan pada kesempatan ini seorang 
> Tionghoa berpengaruh yang berasal dari Guangzhou bernama Liang Tao 
> Ming, mengangkat dirinya menjadi penguasa yang baru di Palembang 
> dengan dukungan pengikutnya. 
> 
> Liang tetap membayar upeti ke Majapahit dan juga mengirim utusan 
> kaisar Ming . Pada tahun 1405, Liang Tao Ming diundang oleh kaisar 
> Ming  ke Tiongkok. Ketika Liang dalam perjalanan atau berada di 
> Tiongkok, Chen Zhu Yi merebut dan menggeser   posisi Liang Tao 
Ming  
> sebagai penguasa yang baru di Palembang, Chen juga mengirim 
puteranya 
> sebagai  utusannya ke Tiongkok  Karena ketololannya menyerang 
armada 
> Cheng Ho yang dianggap enteng dan kepercayaan dirinya yang 
> berlebihan, maka dia dibekuk dan dihabisi oleh Cheng Ho berikut 
> sarang-sarangnya.(Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and 
> Malay Peninsula, Paul M. Munoz).
> 
> 
> ============================================================== 
> >Masalah Srilanka, menurut catatan dinasti Ming, raja Alakeswara 
> >mencoba merampok isi muatan kapal-kapal ekspedisi Zheng He.
> >Hanya bermodalkan 2.000 pasukan, Zheng He berhasil menguasai kota 
> >dan menangkap raja Alakeswara dan seluruh keluarganya. Mereka 
semua 
> >dibawa ke ibukota kerajaan Ming dan diberi amnesti serta 
> >dikembalikan ke Srilanka.
> .............................deleted...............................
..
> =================================================================
> 
> GH.
> Di Srilanka sampai kini dapat dilihat  sebuah batu nisan atau 
prasati 
> peninggalan Cheng Ho yaitu prasati yang tulisannya diukir dalam 
tiga 
> bahasa yaitu  Mandarin, Tamil dan Persia. Prasasti ini tertanggal 
15 
> Februari 1409 dan  terletak di Gale, ujung selatan Srilanka. 
Prasati 
> ini adalah hadiah kaisar Yongle kepada sebuah Vihara Buddha, 
sebagai 
> tanda terima kasih atas keberhasilan ekspedisi pertamanya pada 
tahun 
> 1405-1407. 
> 
=====================================================================
=
> 
> >Perang Sino India, membuat Nehru berpaling ke Chiang Kai Sek dan
> >mengajaknya untuk bersekutu menyerbu PRC, awalnya diterima dengan
> >baik tapi kemudian ditolak Chiang, konon alasan penolakan Chiang,
> >Chiang sadar bahwa perang Sino India adalah perang masalah Maginot
> >Line dan Chiang sendiri tidak mau mengakui keabsahan Maginot Line
> >buatan Inggris pada masa kolonialisme
> ............................deleted................................
.
> 
> =================================================================
> 
> GH.
> Yang dimaksud mungkin McMahon line dan bukan Maginot Line, karena 
> Maginot Line terletak di Perancis.
> 
> Salam,
> GH.
>


Kirim email ke