Saya ingin memberikan sesuatu yg uniek mengenai parlemen dinegara jajahan belanda - Suriname. Namanya pak Iding Sumita [alm]. Dia adalah orang yg pertama masuk parlemen dan memang berpendidikan belanda yg cukup tetapi dia selalu dipandang rendah karena dia tidak pernah atau tidak mengerti bah. latin yg sering dipakai member parlemen lain karena pendidikan sebagai lawyer mereka. Dia memang bersifat jawa - menerima terus keadaan ini - sampai dia kewalahan dan agak marah. Dia mulai berbicara didalam bah. Jawa didalam parlemen dan tentu saja pendengar tidak ada satu yg mengerti. Ketua parlemen protest - dan memaksa untuk memakai bah. belanda. Jawabannya loh kog kolega2 dapat memakai bah. asing - latin - kenapa saya tidak bisa. Nah disini sifat jawanya keluar meskipun berpendidikan belanda. Dia harus hidup sebagai parlementarier londo tetapi dia tidak lupa kejawa-annya. Inilah sifat perseorangan yg selfesteemnya sudah cukup tinggi. Andreas
richardwu9 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Wong jowo ngomong: kae dadi luwih londo seko wong londo. Best, Richard Saya setuju dengan opini dari Bung ini, Memang saat ini banyak orang-orang Tionghoa yg sudah meninggalkan budayanya.. Padahal pendidikan etika yg luhur itu sangat tertanam sekali didlm tradisi Tionghoa... Banyak sisi positip yg dapat kita lihat dari kebudayaan dan tradisi tersebut... Cuma kadangkala kecepatan adaptasi yg berlebihan itulah yg menyebabkan kadangkala orang Tionghoa yg secara tdk langsung menganut faham barat bahkan menjadi lebih barat dari orang barat itu sendiri.... Orang Tionghoa yg baru menjadi Islampun kadang menjadi lebih Islam dari yg lain, Orang Tionghoa yg baru menjadi Kristenpun kadang kala bahkan lebih Kristen dr asal agama itu sendiri... Sampai disini dulu opini saya...yg rada ngaco..tapi jujur saya lebih suka kalau kita dapat bersatu...demi kemajuan kita semua... Salam, anton [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]