Hehehe........ lucu juga. Orang ngasih kabar dibilang ngurusin kejadian HAM 
di luar negeri. Saya kira siapapun diberi kebebasan untuk mewartakan kejadian 
baik di dalam maupun luar negeri. Wajar saja jika di media massa pun ada berita 
atau rubrik khusus soal kejadian di luar negeri. Bukan berarti mereka mengurusi 
kejadian di luar negeri itu, tapi sekedar memberikan informasi atas peristiwa 
yang terjadi di negeri lain. Kalau tidak ada info tersebut, mana kita bisa tahu 
ada kejadian di dunia. Bagaimana kita bs tahu situasi keadaan rakyat Irak pasca 
perang, tanpa kita mendapatkan berita tersebut dari media massa?
   
  Saya setuju bahwa banyak persoalan di dalam negeri yang harus mendapat 
perhatian dari kita, itu adalah tanggungjawab kita sebagai warga negara yg 
baik. Tapi kepedulian kita terhadap sesama adalah bersifat universal, siapa pun 
bisa mengungkapkannya. Sebagai jurnalis, saya pun merasa memiliki tanggung 
jawab moral untuk menyebarkan berita atau peristiwa yang menurut saya perlu 
diketahui orang. Entah itu kejadian di dalam ataupun di luar negeri. Soal siapa 
yang akan mengurusi kejadian atau ketidakadilan itu, itu terserah orang 
menyikapinya. Saya pun tidak mengurusi, cuma memberikan kabar berita saja. 
Karena peran saya hanya bisa sampai sebatas itu, dan itu profesi saya.
   
  salam damai
   
   
   
   
   
  

PK Lim <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          Maaf berkomentar dikit. Kalu saya sih, lebih efektif kalu kita 
ngurusin dan peduli urusan dihalaman kita sendiri. Masih banyak PR domestik 
yang harus dikerjakan. Ngapain repot2 ngurusin kejadian HAM diluar negeri ? 
Contoh, baru saja disebutkan DPR menolak penyelidikan lebih lanjut kasus 
tragedi Trisakti dan Semanggi. Belum lagi Tanjung Priok. Apakah ini bukan 
masalah HAM ? Kalu memang tujuannya mem broadcast agar dunia tahu pelanggaran2 
HAM, kenapa tidak pelanggaran2 di tanah air kita yang di fokuskan. Agar duania 
tahu, katanya. Dan yang mendapat manfaat saudara2 kita yang telah manjadi 
korban disini, bukan di negeri orang.

Salam,
PK Lim

ananta darma <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Hello Bung Budi Kurniadi,

Saya merasa perlu berkomentar atas pernyataan Anda. Saya kira siapapun berhak 
untuk menyampaikan kabar, entah itu kabar baik maupun buruk. Apa yang saya 
sampaikan adalah hanya menunjukan berita yang sudah dimuat di sebuah media. 
Paling tidak biar masyarakat kita mengetahui ada versi fakta yang seperti itu. 
Sebuah pelanggaran HAM yang masih terjadi di China hingga sekarang. Kalaupun 
Anda mau mempertanyakan kebenaran berita tersebut, bisa ditanyakan kepada media 
yang bersangkutan. Kita secara pribadi bebas menilainya.

Bagi saya pribadi, hak asasi manusia itu bersifat universal. Sebagai manusia 
kita perlu menjunjung tinggi HAM. Dimana saja, kapan saja, siapa saja yang 
melakukan pelanggaran itu (yang berarti jg mencederai demokrasi), kita 
berkewajiban untuk membelanya tanpa memandang suku, ras, agama atau 
kepercayaan. Itulah indahnya kita hidup dalam komunitas internasional, saling 
mengingatkan. Karena itu sangat wajar jika kaum muslim kita memprotes tindakan 
Amerika di Irak dan Afganistan, begitu juga sebaliknya warga AS memprotes 
kerusuhan Mei 2008 di Indonesia yang bebau SARA. Bukankah ini bagian dari 
solidaritas kemanusiaan.

Saya setuju pendapat Anda bahwa kita juga harus memikirkan keadaan negara kita 
sendiri yang masih banyak kekurangan. Sebagai warga negara yang baik, tentu 
kita harus memiliki tanggungjawab moral dan sosial untuk memperbaiki negeri 
kita ke arah yang lebih baik. Sekecil appapun sumbangan yang bisa kita berikan, 
adalah sangat berarti. Tapi, itu bukan berarti kita juga harus menutup mata 
atas masalah kemanusiaan yang terjadi di negeri orang, solidaritas kita tetap 
dibutuhkan. Memang tidak semua orang harus dituntut untuk melakukan itu, 
minimal yang memiliki kemampuan salah satunya menyebarkan informasi fakta yang 
sebenarnya terjadi entah di China atau di negara manapun, saya kira itu sudah 
cukup.

Kritik terhadap negara kita, atau negara lain, saya kira harus dilihat secara 
proporsional. Kalau itu demi kebaikan bangsa atau negara bersangkutan untuk 
lebih menghargai HAM, untuk lebih bersikap plural dan demokratis, itu adalah 
hal yang mulia. Selagi kritik itu dilakukan secara damai, tidak ada unsur 
paksaan, saya kira tidak masalah. Dan, orang lain pun bebas menilai kritikan 
kita.

salam damai

ANDREAS MIHARDJA <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
budi kurniadi menulis:
Sekarang kalau anda berani mengkritik sebuah negara, apakah dinegara kita 
sendiri sudah terjadi demokrasi (keadilan).
Saya rasa dinegara kita saja tidak menentu keadaannya (malah lebih parah dari 
negara lain), lagimana anda membicarakan negara lain tentunya anda tidak pernah 
mengintropeksi negara kita sendiri dan mungkin keluarga serta diri sendiri.
Jika anda sudah berkeluarga bagaimana anda membuat keputusan dengan melibatkan 
keluarga anda secara keseluruhan, termasuk istri, anak, dll (yang terkait 
didlmnya).
Lagipula anda merasa bagian dari orang-orang yang ada dinegara Tiongkok, tapi 
orang-orang dinegara Tiongkok tidak pernah menganggap orang-orangnya yang sudah 
keluar dari negaranya dan tidak lagi tercatat sebagai penduduk negaranya, maka 
kita sudah tidak dianggap bukan bagian dari orang-orang Tiongkok tapi statusnya 
sebagai orang perantauan.
Padahal orang-orang perantau ini tersebar di seluruh dunia dan mereka selalu 
menerima hinaan dari warga negara asli negara tsb.
Saya mengetahui keadaan ini karena Saya bekerja dengan orang asing (orang-orang 
dari negara Tiongkok).

====================================

Menurut analisa sdr bermaksud dgn negara kita sendiri - adalah Indonesia

Indonesia belum kenal demokrasi secara Barat - EU atau USA atau berdasarkan 
aliran agama kristen. Indonesia mengenal system dimana yg berkuasa is boss and 
only boss. Disini lebih cendeng kealah diktatur dari pada ke arah demokrasi.
Didalam suatu community selalu harus ada pemimpinnya dan biasanya pemimpin 
selalu mendengar suara dari anggota dari community tsb. Jikalau community ini 
sangat besar maka ada pemimpin dan dewan pemimpin yg kita sebut innercircle.
Caranya memilih peimimpin biasanya yg kurang lebih menentukan system apa yg 
kita pakai. Dijaman purwo atau didalam masyarakat mahluk2 rendahan biasanya yg 
menjadi pemimpin adalah yg terkuat secara physik. Jaman sekarang diantara umat 
manusia yg dipilih adalah yg paling pintar atau intelligent - jadi menurut 
system otak. Jikalau ada masyarakat yg memilih pemimpin berdasarkan kekuatan 
physik saya kira ini sudah tertinggal jaman.[militer diktatur]
Didalam system demokrasi yg dapat memilih pemimpin adalah setiap member dari 
masyarakat tsb. Didalam system diktatur hanya innercircle yg memilih pemimpin2 
mereka- malah didalam yg super ini berdasarkan keturunan darah.[North Korea, 
dulu Taiwan ROC]

Berdasearkan uraian diatas ini kamu dgn menganalisa keadaan sdr didalam 
masyarakat bekerja sdr. Memang perusahan dimana sdr bekerja berasal dari China 
tetapi diseluruh dunia perusahan2 apapun akan memakai system kepemimpinan yg 
sama. Yg menjadi pemimpin didalam suatu perusahan selalu innercircle. Yg bukan 
innercircle meskipun super pintar tidak mungkin masuk dgn mudah - mungkin 
karena itu mereka merasa mendapat diskriminasi. System demokrasi diberikan 
kedlm perusahan melalui shareholders meeting - tanpa ini tidak ada demokrasi.
Didalam persoalan perusahan yg berasal dari China untuk menjadi pemimpin adalah 
family relationship, disusul dgn county relationship dan kemudian disusul dgn 
country relationship etc. Ini berdasarkan selfperservation thinking pemilik 
perusahan tsb. [jadi bukan perusahan dgn stockholders]
Keadaan ini juga kan juga dapat dilihat didalam perusahan multi billion 
Indonesia - raja2 tembako. Kan yg jadi pemimpin2 atau manager2 biasanya adalah 
mereka yg terikat keluarga secara jauh atau dekat. Yg menjadi manager second 
tier biasanya sesama suku atau daerah dan lower management etc.

Andreas

[Non-text portions of this message have been removed]

---------------------------------
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!

[Non-text portions of this message have been removed]

---------------------------------
Bored stiff? Loosen up...
Download and play hundreds of games for free on Yahoo! Games.

[Non-text portions of this message have been removed]



         

                
---------------------------------
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! mempunyai perlindungan terbaik terhadap spam. 
 http://id.mail.yahoo.com/

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke