Bapak-bapak moderator yang budiman,

 

Pada hari saptu yang baru lalu saya mengirim e-mail ini, tetapi setahu saya
belum dimuat di milis-milis anda. Belakangan ini saya terasa agak ada
kesulitan dalam pengiriman e-mail, seperti yang dikatakan oleh sdr. Swan
Liong Be. Saya juga menerima e-mail yang mengatakan bahwa pengirimin yang
saya kirim tidak dapat disampaikan (failure).

Entah bagaimana pendapat bapak-bapak, dan mohon maaf kalau ini adalah
kesalahan difihak saya sendiri

 

Salam,

 

Han Hwie-Song

 

Van: Han Hwie Song [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Verzonden: zaterdag, maart 2007 15:33
Aan: HKSIS; Jonathan Goeij; Nasional-list; Tionghoa-net; Budaya Tionghua;
komunitas-tionghoa
Onderwerp: Re:Pertemuan dengan masyarakat Tionghoa di Hotel Mandarin (III)–
Pertemuan yang mengesankan

 

Sewaktu saya menulis artikel ini pada tanggal 15 Maret, hawa udara sangat
indah. Angin tidak besar dan matahari dengan sepenuhnya menerangi bumi
Belanda. Karena temperatur beberapa minggu diantara 12-15 derajad Celsius
membuat negeri ini ramai dan sibuk. Sibuk, banyak orang sedang mengerjakan
kebun dan orang yang berpergian, dan tidak sedikit yang pergi ke tuincentra
(rumah-rumah penjualan tanaman kebun). Atau banyak orang-orang
berjalan-jalan di route-route untuk jalan-jalan. Bunga-bunga terutama bunga
tulp berbunga dengan segarnya dan bermulticolour dengan Keukenhof sebagi
crown jewelsnya. 

Tanggal 21 maret Keukenhof akan dibuka dan pada tahun ini akan dibuka oleh
putri kerajaan Swedia, Royal Princess Victoria. Dan sehari kemudian rakyat
dapat berkunjung ke flowershow yang terkenal didunia ini.

Pertemuan dengan masyarakat Tionghoa di Hotel Mandarin (III)– Pertemuan yang
mengesankan

 

Sebulan sebelum kami berangkat ke Indonesia saya mendapatkan undangan dari
bapak moderator Tionghoa Net Pak John Towel untuk menghadiri reuni anggota
Tionghoa net pada tanggal 24-25 februari di daerah pegunungan Ciater, Jawa
Barat. Undangan yang simpatik ini tentunya tidak saya lalukan, dan saya
trima dengan gembira. Saya hubungan japri dengan pak John dan saya senang
sekali kalau kami bisa bertemu nanti di Bandung. Pak John Towel saya kenal
sebagai orang intelektuil yang sopan santun dan bicara halus.

Pada hari saptu tanggal 20 Januari, Pak Yap Hong Gie menilpon saya untuk
bertemu dengan saya, saya berkata pada beliau bahwa saya itu waktu berada di
Hotel Mandarin. Di hotel ini kami sudah berjanji untuk bertemu dengan bapak
Benny Setiawan dan Dr. Lie juga anggota INTI dan bekerja sebgai kepala
surgery dari hospital Husada dahulu Rumah Sakit Yang Seng Ie Jakarta, dan
pembicaraan kami selesai kira-kira pada jam 14.00 . 

Pak Yap berkata pada saya apakah bisa kiranya kami bertemu sesudah itu.
Tentu undangan yang baik itu saya sambut dengan gembira pertemuan ini beliau
berkata juga akan dihadiri oleh beberapa amggota dari Tionghoa Net.

Pada hari tersebut kami diantar oleh keponakan saya Iwan Kesuma, lulusan
ekonomi USA, bekerja di perusahaan Coca Cola di Jakarta. Istri saya dan Fei,
istri dari Iwan ikut serta, tetapi mereka akan mengunjungi Ie-ienya (tante,
adik dari ibu mertua saya). Mengingat waktu yang sudah dekat dengan waktu
yang dijanjikan, Iwan  akan mengantar saya ke pertemuan di mandarin Hotel
dahulu, lalu beliau pergi mengantar istri saya dan Fei ke rumah tante.
Kemudian Iwan datang lagi menemui saya.

Kira-kira jam duabelas siang kami sampai di hotel Mandarin, saya turun mobil
dan langsung saya menuju ke restoran Shin Hua di Mandarin Hotel. Ternyata
pak Benny sudah berada disitu dan kami menunggu kedatangan tamu yang
lainnya. Mereka datang kira kira setengah jam kemudian, kami saling
berkenalan dan ternyata Dr. Lie lulusan Jerman, dua lainnya adalah pemuda,
dokter yang bekerja dibawah beliau dan mungkin sedang mendapatkan pendidikan
spesialisme. Dr. Lie tidak saja bekerja sebagai dokter spesialis di hospital
Husada, tetapi mempunyai kepedulian yang tinggi pada kesehatan masyarakat
Indonesia. Saya sangat gembira bisa berkenalan dengan beliau.

Kami sambil menikmati Dim Sum yang dipesan oleh pak Benny, membicarakan
kemungkinan kerja sama dengan Universitas Erasmus Rotterdam, Belanda. Saya
katakan pada kawan-kawan dari INTI bahwa Prof. Dr. Jeekel, surgeon atas
inisiatif saya akan datang ke Indonesia dan maksud saya sebisanya
dimanfaatkan juga untuk membantu Rumah Sakit Yang Seng Ie. Prof. Dr. Jeekel
baru saja dipensiun dan sekarang menjabat di bagian hubungan internasional
dari Erasmus University. 

Rumah sakit Yang Seng Ie setahu saya pada Tempo Doeloe sampai dengan periode
Orde Lama, bekerja banyak dokter-dokter yang kenamaan, banyak diantara
mereka menjabat sebagi guru besar di Universitas Indonesia (dahulu
Universiteit van Indonesië). Sayang rumah sakit-rumah Sakit privat yang
didirikan oleh golongan Tionghoa karena kurangnya dokter spesialis Tionghoa,
banyak dokter yang bekerja disitu adalah consulen, mereka berfungsi tetap di
rumah sakit negara.

Pada dasarnya mereka setuju dengan kerja sama ini, dan Dr. Lie masih
mengatakan pada saya, bahwa beliau akan meminta agar kepala bagian radiology
nanti menghubungi saya sebelum saya ke Solo. Saya trimakasih pada Pak Benny
bahwa beliau sudah mengenalkan saya dengan Dr. Lie dan saya harepkan agar
hubungan kami bisa berjalan lancar. Sewaktu saya bekerja sebagai secretaris
fakultas kedokteran dan kedokteran gigi universitas Res Publica saya ada
hubungan dengan rumah sakit Yang Seng Ie, meskipun belum rapat karena
fakultas kedokteran Res Publica ituwaktu masih dalam periode preklinis.
Karena hubungan historis ini saya akan senang apabila saya bisa membantu
kemajuan keilmuan dari RS. Yang Seng Ie.

Kira-kira jam 14.00 pertemuan selesai dan kami saling berpisahan. Kami
masing masing sebagai kehormatan berjabatan tangan dan saya dan Iwan
mengucapkan trimakasih atas kenikmatan dari Dim Sum dan diskusi ini dan saya
mengatakan menunggu berkenalan dengan kepala bagian radiology.

Sayang sekali sebelum kami meninggalkan Jakarta, kollega dari bagian
radiology tidak menilpon kami demi kelanjutan dsikusi ini. Saya berharep
agar hubungan ini bisa membuahkan satu kerja sama yang baik. Saya harepkan
pula jangan sampai seperti kunjungan saya yang terdahulu dengan rumah
sakit-rumah sakit yang lainnya, dan fakultas Kekedokteran cukup sampai
pertemuan itu saja tidak ada kelanjutannya. 

Dari pengalamam kami bertahun tahun kontak dengan rumah-rumah sakit di
Indonesia kelanjutan dan perkembangan kerja sama biasanya tidak berhasil,
karena kurangnya kesungguan, apalagi kalau tidak ada dukungan dari fihak
pimipinan. Saya ,tunggu kelanjutannya.

Kami, Iwan dan saya keluar dari restoran dan langsung di papak oleh pak Yap
Hong Gie, seorang pemuda yang gaga dan berfisik atletis. Kami dikenalkan
dengan beberapa teman dari Tionghoa-Net yang sudah menunggu kedatangan kami.
Mereka duduk di Sofa. Disitu sudah ada beberapa kawan dan ternyata mereka
adalah Sdr. Martin, Sdr. Hansen dan Hendy Lie tidak lama kemudian datanglah
bu Eva Julianti yang cantik dan berpakean necis. 

Pak Yap Hong Gie menawarkan pada saya, mau minum  apa, saya jawab saya mau
Cappuccino, disampingnya itu oleh Pak Yap dipesankan makanan kecil. Pada
permulaan kami bicara dengan hati-hati, karena baru kenal, saling melihat
situasi. Tetapi tidak lama kami sudah berasa seperti teman lama, tampak
dengan jelas muka-muka yang berseri, mencerminkan kegembiraan dan semangat
setiakawan. 

Sambil minum kopi yang dibuat secara Italia, kami bicara-bicara dengan
santai-santai, terbuka dan jujur. Tema terutama ialah mengenai pengenalan
masing-masing, keluarga, pekerjaan dan juga tentang Tionghoa Net. Dan
tentunya juga isi tulisan masing-masing, seperti transparansi, direkt,
berani dari beberapa kawan-kawan.  

Yang sangat intersan bagi kami ialah sifat-sifat yang kami masing-masing
sekarang dapat , ternyata tidak sama dengan ide yang kita dapat dari tulisan
kawan-kawan di milis Tionghoa Net dan kenyataan dalam pertemuan ini.
Perkenalan dengan pertemuan muka memang lebih jelas, dinamis dan lebih
mendalam, tidak terlupakan. Umpama Bu Eva yang halus hatinya dan selalu
ketawa dan humoristis, tetapi tulisannya direk dan to the point. Juga Pak
Martin seorang yang selalu ketawa dan bicara dengan tenang dan ketawa. Kalau
Pak Yap memang seperti ayahnya tegas, berani berkata apa yang beliau anggap
tidak benar, tertapi tetap sopan santun.

Pak Hansen berbaik budi dan bersedia minta bantuan kawannya untuk mapak
saya, kalau saya nanti ke Surabaya tidak ada yang mapak. Saya trimakasih
atas kesedian beliau karena saya akan dipapak oleh keponakan saya Kuo-Xiong.
Saya tahu bahwa Pak Hansen dan Pak Hendy Lie keduanya ahli computer. Pak
Hendy saya rasa seorang yang pandai, tetapi pendiam.

Mungkin mereka mempunyai ide bahwa saya yang senior dan mempunyai sakit
cancer, tentunya kurus, lemah dan banyak keraguan. Juga mereka tidak akan
heran bahwa kepala saya ini gundul, karena sudah biasa orang yang baru
mendapatkan kemoterapi gundul. Tetapi gundul ini baru ini kali saja,
sebelumnya sama sekali tidak gundul. Tetapi saya tidak tahu apa impressi
mereka terhadap saya. Yang saya katakan diatas adalah ide saya mengenai
kemungkinan pendapat saudara-sdaudara dari Tionghoa-Net! Bisa sebagian betul
dan sebagian tidak cocok dengan ide mereka.

Saya gembira sekali bisa berkenalan dengan kawan-kawan Tionghoa-Net yang
sudi membuang tempo bisa datang pada pertemuan ini yang saya anggap sebagi
”reuni mini di Hotel Mandarin.” Mereka menanyakan tentang kesehatan saya,
yang mencerminkan atensi, kepedulian mereka pada kesejahteraan jiwa dan
badan saya. Kita saling memperkenalkan keadaan masing-masing untuk
memperdalam persahabatan kami. Pembicaraan terutama banyak dilakukan dari
Pak Yap, pak Martin dan bu Eva.  Pertemuan yang sangat mengesankan, karena
lebih hidup dan dinamis dari pada perkenalan di dunia milis! Trimakasih pak
Yap Hong Gie yang sudah bersedia untuk mengorganisir ”reuni mini di Hotel
Mandarin” yang berkesan dalam di hati saya.

 

 

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke