Analisa Feng Shui: Mengapa Singapura Lebih Maju Dari Indonesia?
Oleh : Suhana Lim 

09-Apr-2007, 17:37:11 WIB - [www.kabarindonesia.com] 

 
KabarIndonesia - Tahun lalu di salah satu milis saya membaca artikel 
mengenai feng shui jalan Sudirman dan Thamrin yang dikaitkan dengan 
nasib negara Indonesia. Beberapa hari lalu, seorang kawan SMA yang 
sekarang berprofesi sebagai partner pada salah satu perusahaan 
akuntan publik besar, meng email artikel yang sama untuk saya. Ia 
menanyakan apa komentar saya mengenai tulisan tersebut. Rupanya 
artikel tersebut cukup menarik minat dan disimak banyak kalangan. 

Bagi yang belum pernah membacanya, artikel tadi intinya mengkaitkan 
ruas jalan protokol Sudirman dan Thamrin dengan keadaan Indonesia. 
Untuk jelasnya, berikut ini adalah cuplikan dari artikel tersebut:  

"Menurut dia, siapa pun yang mendesain Jalan Sudirman dan Thamrin 
sangat mengerti ilmu feng shui. Dan ia sangat kagum. Jalan Sudirman 
dan Thamrin, menurut dia, adalah sebuah naga besar. Kepalanya 
menghadap selatan. Yaitu arah mata angin yang paling dinamis. 
Sedangkan ekor menghadap utara. 

Kepala sang naga, menurut dia, ada di bundaran Ratu Plaza, juga yang 
ditandai oleh patung orang mengusung api. Ini pintu api dalam feng 
shui. Ekor sang naga berada di bundaran air mancur di depan Gedung 
Bank Indonesia. Dan air mancur ini menandai gerbang air. 

Agar sang naga bebas bergerak, sengaja di sepanjang Jalan Sudirman 
dan Thamrin dibuat empat putaran: di Ratu Plaza, Semanggi, di depan 
Hotel Indonesia, dan putaran di depan Gedung Bank Indonesia. Empat 
putaran inilah yang menjamin sang naga bisa bergerak sangat dinamis 
Sehingga peredaran energi bisa berjalan dengan sempurna, menciptakan 
sebuah situasi yang harmonis. 

Uniknya, sang naga didesain menghadap selatan, dengan memperhatikan 
situasi lanskap kota Jakarta. Jalan Sudirman dan Thamrin sendiri 
memiliki lanskap peruntungan yang mirip dengan istana kaisar Cina di 
Beijing, yang terkenal dengan sebutan The Forbidden City. Yaitu 
sungai di depan dan gunung di belakang. 

Di antara perbatasan Jalan Thamrin dan Sudirman juga dibelah oleh 
sebuah sungai. Konon, zaman dahulu, di daerah selatan, Kebayoran Baru 
dan sekitarnya, ada sebuah bukit kecil. Tak mengherankan, hingga 
sekarang pun masih tersisa Kelurahan Gunung di Kebayoran Baru. 

Ekor sang naga konon juga ditandai dua simbol penting. Yaitu simbol 
harta karun atau kemakmuran. Di satu sisi ada Monas dan di sisi lain 
ada Bank Indonesia. Entah ini disengaja atau tidak, tapi memang 
rupanya Jalan Sudirman-Thamrin memiliki energi feng shui sangat 
positif. Menurut teman Mpu Peniti itu, jarang sekali ada jalan utama 
bisnis di sebuah kota didesain sangat sensitif menurut kaidah feng 
shui. 

Sayang, menurut sang pakar feng shui itu, energi yang sangat positif 
ini kemudian dirusak dengan pembangunan yang tumpang tindih. Entah 
kenapa, dibangun sebuah patung Arjuna dengan sejumlah kuda, pas di 
ekor sang naga, yaitu di depan Gedung Indosat. Ini energi negatif. 

Sebab posisi Arjuna menghadap sang ekor naga dan tampak memanah ke 
arah ekor itu. Kini ekor naga terpanah sehingga tidak lagi bebas 
bergerak. Tak mengherankan apabila rupiah tidak mau stabil-stabil. 
Begitu analisis sang pakar feng shui. 

Energi negatif lain, ketika patung Arjuna itu direnovasi belum lama 
ini, beberapa patung kuda direnovasi dengan gaya transparan. 
Munculnya "kuda-kuda setan" yang agresif dan berbahaya ini sangat 
mengganggu keharmonisan energi sang naga. 

Hal lain yang juga mengkhawatirkan adalah bangunan-bangunan baru yang 
didirikan tanpa memperhatikan keserasian lingkungan. Kebanyakan 
bangunan baru ini semata-mata dibangun dengan keserakahan luar biasa, 
tanpa memperhatikan gedung-gedung lama yang telah berdiri sehingga 
perpaduannya menjadi rancu. Pergerakan sang naga pun menjadi 
terganggu." 
Catatan: dikutip dari artikel berjudul Harmoni oleh Kafi Kurnia. 

Analisa feng shui mengenai jalan Sudirman dan Thamrin diartikel tadi 
ada benarnya. Tanpa perencanaan yang baik dan seimbang, suatu 
bangunan, ruas jalan, atau kawasan akan "rusak." Situasi dan kondisi 
yang semrawut sudah tentu akan merusak keseimbangan aliran qi 
(energi), yang artinya tidak sesuai dengan kaidah feng shui. 

Tetapi menghubungkan nasib suatu kota apalagi negara dengan kondisi 
ruas jalan tidak tepat. Diperlukan analisa yang lebih dari sekedar 
melihat ruas jalan protokol saja. 

Mari kita ambil contoh antara Indonesia dan Singapura. Ditinjau dari 
faktor thian atau heaven, jelas Indonesia unggul dari Singapura. Luas 
kawasan, kekayaan flora fauna, kandungan tambang dan mineral yang 
berlimpah, kesuburan tanah dan sebagainya jelas Indonesia menang 
jauh. Luas wilayah Singapura yang hanya "satu titik" di peta dunia, 
terbatas sumber daya alami, bahkan untuk membangun dan memperluas 
kawasannya, Singapura harus tergantung dari pasir yang dibeli dari 
Indonesia. Pasokan air bersih harus disupplai dari Malaysia. 
Singkatnya kalau melihat faktor thian (langit), Singapura tidak ada 
apa-apanya dibandingkan dengan NKRI. 

Selanjutnya kita analisa faktor di atau bumi (baca: feng shui), 
faktor yang tidak kalah penting dan menentukan. Dalam faktor ini, 
jelas Singapura lebih unggul. Meski keadaan wilayahnya terbatas, 
tetapi dikelola dengan baik, teratur dan seimbang. Pengelolaan 
lingkungan yang terencana dan seimbang akan menghasilkan kawasan yang 
baik, yang artinya baik pula secara feng shui. Dengan terciptanya 
kondisi kawasan yang baik, bersih dan sehat maka kualitas hidup 
otomatis akan baik. Tingkat harapan hidup juga akan meningkat. 
Sebaliknya di Indonesia, potensi alam yang begitu besar terbuang 
percuma karena tidak ada rencana yang baik dan benar. Hutan-hutan 
secara sadar dirambah, kawasan hijau dialihkan peruntukkannya tanpa 
memikirkan keseimbangan, pengembangan daerah pemukiman, usaha dan 
industri tidak terarah, manajemen pembuangan sampah yang kacau balau, 
kekayaan di darat dan di laut dikuras habis dan sebagainya. Tidak 
aneh kalau berbagai masalah (banjir, longsor, sampah, polusi dan 
lainnya) senantiasa dialami oleh Indonesia. Memang ada faktor alam 
yang menjadi penyebabnya, tetapi harus diakui sebagian besar bencana 
tadi karena mismanagement lingkungan. Akibatnya kondisi kualitas 
hidup menjadi menurun dan merugikan semua orang. Dalam kaidah feng 
shui disebutkan bahwa kondisi rumah dan lingkungan pasti akan 
mempengaruhi kualitas hidup penghuninya. 

Faktor utama dan menentukan lainnya, dalam kondisi seseorang atau 
suatu negara, ialah faktor ren (manusia). Ini menyangkut bagaimana 
karakter, semangat, kerajinan dan semuanya mengenai penduduk suatu 
kawasan atau negara. 

Etos kerja yang professional dan ulet, ikut memiliki, rajin, tertib, 
taat hukum dan semua sifat positif pasti akan bermanfaat bukan hanya 
bagi individu tetapi negara secara keseluruhan. Dalam masalah ini 
harus diakui Singapura melebihi Indonesia. 

Dari tinjauan diatas, jelas sudah mengapa Singapura bisa mencapai 
tingkat kesejahteraan dan kemakmuran yang lebih dibanding Indonesia. 
Secara logika, dengan kekayaan alam yang berlimpah, seharusnya 
Indonesia lah yang akan menang. Amat disayangkan, faktanya malah 
terbalik. 

Dengan pengelolaan lingkungan yang baik, benar dan seimbang (prinsip-
prinsip dalam feng shui) ditambah dengan memaksimalkan faktor ren 
(manusia) maka banyak potensi dapat diraih dalam kehidupan seseorang 
dan suatu bangsa. 

Seseorang atau suatu negara dengan faktor thian (langit) yang bagus 
bukan jaminan hidupnya akan baik tanpa dibantu dengan faktor di (feng 
shui) yang benar dan tepat serta memaksimalkan faktor ren (manusia). 

Sebaliknya, meski faktor thian (langit) seseorang atau suatu negara 
kurang baik, dengan bantuan faktor di (feng shui) dan meningkatkan 
faktor ren (manusia) dapat dipastikan bahwa banyak hal dapat dicapai 
dan kehidupannya akan baik. 

*penulis adalah praktisi feng shui, ngo cho kun / five ancestors kung 
fu dan Reiki Tummo." 
 
 

 


Reply via email to