Mengenai saling mempengaruhi, memamg demikianlah adanya. Yang 
substantial adalah, bahwa TAK ada agama yang tumbuh dalam ruang 
tanpa budaya, namun, budaya tumbuh juga diluar agama tanpa agama 
sebagai detrminator. Contoh: budaya Jawa tak berubah, walau agama 
pemeluknya berubah. Budaya Arabia sudah ada sebelum agama Islam 
muncul, sebaliknya agama Islam dibentuk oleh budaya Arabia (bahasa, 
sastra, senirupa, senilukis, seni bangunan).Mesjid, dalam bentuk 
klassik adalah selalu merupakan buah senibanguan budaya Arabia, 
bukan Tionghoa, bukan Eropa, bukan Jawa, bukan Jepang.

Gereja kathedral di Jakarta adalah buah senibangunan budaya Eropa, 
yakni Gotic. Meru di bali adalah buah senibangunan budaya Bali. 
Synagoga yang klassik tak pernah berbentuk klenteng.
Saling mempengaruhi antara agama dan budaya, tidaklah sekaligus 
berarti adanya dua arah penentuan yang sama.

Seperti anda katakan secara tepat: "Budaya Buddha India tidak sama 
dengan budaya Buddha Cina. Budaya Islam Indonesia tidak sama dengan 
budaya Islam di Arab... so on so on..." ini menunjukkan, bahwa agama 
tak pernah menjadi penentu utama pembentukan budaya, sebaliknya, 
budaya membentuk tatacara mengimani sebuah agama. Budaya Tiongkok 
membentuk keBuddhaan Tiongkok, bukan agama Buddha membentuk budaya 
Tiongkok.

Salam budaya

danardono






--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, greysia susilo junus 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Salam,
> Mengenai agama saling pengaruh mempengaruhi dengan budaya, itu 
adalah 99% benar menurut pendapat saya pribadi (jadi 1% saya sisakan 
untuk kesalahan manusia...hehe). saya selalu mencontohkan kepada 
mahasiswa saya ketika membahas tentang agama dan kebudayaan. Contoh, 
Gautama tidak akan terlepas dari pengaruh budaya India, dll. 
Para "pembentuk" agama seperti Muhammad SAW, Yesus Kristus, Gautama, 
dll sedikit banyak melakukan manajemen benchmarking untuk memilih 
segi budaya mana yang cocok dan unggul, dan yang mana yang harus 
dihindari dan tidak baik. Hal ini juga dikerjakan manusia sepanjang 
hidupnya. Benchmarking, yang mana yang harus dilestarikan, yang mana 
harus dibuang. 
> Begitu agama menyebar ke daerah lain selain tempat asalnya, 
benchmarking pun tetap dikerjakan oleh orang orang lokal (mungkin 
sebagian diantaranya dapat kita sebut genius locii) sehingga 
timbullah keragaman budaya dan agama... Budaya Buddha India tidak 
sama dengan budaya Buddha Cina. Budaya Islam Indonesia tidak sama 
dengan budaya Islam di Arab... so on so on. Agamanya sih tetap awet 
dan jarang mengalami perubahan... tapi budaya yang mempengaruhi dan 
dipengaruhinya yang berubah.. terutama di tatanan fisik (seperti 
alat2 sembahyang, peralatan ritual, model bangunan suci).
> 
> Kalau berbicara agama wahyu atau bukan, Samawi atau bukan, ya itu 
kita bahas di level lain dong. tidak dalam tataran pembahasan yang 
sama. Pembahasan diatas saya tidak tau tepatnya kita sebut konteks 
apa.... tapi mungkin saya pribadi cenderung mengatakan tataran 
logis. (maaf ya, saya gaptek kalo soal istilah2 filsafat) atau 
outside agama (melihat dari luar). 
> Kalo berbicara soal agama itu "diturunkan" atau "dibuat" itu saya 
rasa lebih cenderung berada pada tataran emosional. Inside agama 
(melihat dari dalam). 
> saya pernah menyaksikan Sidang Tugas Akhir (Skripsi) seorang 
mahasiswa saya di Desain interior yang membuat sebuah interior 
bangunan keagamaan dari agama non wahyu ditanya mengenai konsep 
agama wahyu dan non wahyu oleh pengujinya.... Kasihan mahasiswa 
saya. Dia bukan mahasiswa filsafat atau agama, cuma Desain Interior, 
jadi pengetahuan agamanya ya sebates membuat Desain Interior 
bangunan keagamaan... jadi ga ngerti apa maksud si dosen bahwa agama 
dari bangunan suci yang dibuatnya itu tidak melalui wahyu. Dia 
terjebak dengan diskusi emosional. akhirnya malah nangis karena ga 
bisa jawab. Reseh juga si dosen, mentang2 lebih jago, bukannya 
ngetes tentang Interior, malah ngetes pengetahuan agama....
> greysia
> 
> 
> ----- Original Message ----
> From: RM Danardono HADINOTO <[EMAIL PROTECTED]>
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Sunday, May 13, 2007 5:15:08 PM
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Aku dan Budaya
> 
> Saya kira, apa yang dituturkan sdri Theresa Gong, adalah sejalan 
> dengan para ahli sejarah, ethnolog dan sosiolog. Islam sangat 
sarat 
> budaya Arab, agama Yahudi sangat amat sarat budaya Yudaisme, dan 
> agama Kristen sangat sarat pengaruh budaya Romawi-Hellenisme. 
Buddha 
> dan Hindu sangat sarat budaya India dan Tiongkok.
> 
> Bahwa agama membentuk budaya, secara seratus persen, sulit 
> dibuktikan. Lihatlah, keIslaman di semenanjung Arab dan Di Jawa 
> maupun Sumatra sangat berbeda. Lihatlah, prosesi Garebeg Puasa, 
> dimana senjata pusaka, kereta kerajaan diiring iring dari istana 
> Jogyakarta menuju mesjid agung. Prosesi ini adalah pure 
peninggalan 
> budaya Hindu Jawa, sedangkan lafal doa serta mesjid adalah 
> manifestasi agama.
> 
> Recent Activity
>  11New Members
> Visit Your Group 
> SPONSORED LINKS
> Indonesian languages
> Dan
> Indonesian
> Indonesian language course
> Indonesian language learn
> Got Yodel?
> Best Yahoo! Yodel
> Give us your best
> yodel and win!
> Yahoo! Mail
> Get on board
> You're invited to try
> the all-new Mail Beta.
> Y! Messenger
> Group get-together
> Host a free online
> conference on IM.. 
> 
> 
> 
>  
> 
_____________________________________________________________________
_______________
> Never miss an email again!
> Yahoo! Toolbar alerts you the instant new Mail arrives.
> http://tools.search.yahoo.com/toolbar/features/mail/
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Reply via email to