Pelanggaran HAM atas nama Agama 


Kita memiliki banyak sejarah gelap agamawi, entah itu dari kalangan gereja 
Protestan maupun gereja Katolik, entah dari aliran lainnya. Bahwa kadang justru 
dengan simbol agamawi, kita melupakan kasih, yaitu kasih yang menjadi 'atribut' 
Tuhan kita Yesus Kristus. Hal-hal ini dicatat dalam buku sejarah dan beberapa 
kali kisah-kisah tentang kekejaman gereja difilmkan. Salah satu contohnya dalam 
film The Scarlet Letter, film tentang hyprocricy Gereja Potestan yang 
'menghakimi' seorang pezinah dan kelompok-kelompok yang dianggap bidat, adalagi 
film The Magdalene Sisters, juga film A Song for A Raggy Boy, The Headman, The 
Name of The Rose, dan masih banyak lainnya. Kini, telah hadir film yang lumayan 
baru, yang diproduksi oleh Saul Zaentz dan disutradarai oleh Milos Forman, dua 
nama ini cukup memberi jaminan bahwa film yang dibuat mereka selalu bagus yaitu 
film GOYA's GOST. 

Mungkin saja film GOYA's GOST ini akan membuat 'marah' sebagian kelompok, namun 
apa yang dikemukakan oleh Zaentz dan Forman, sebagaimana kekejaman "Inkuisisi" 
telah tercatat dalam sejarah hitam Gereja. Kisah-kisah kekejamannya juga 
terekam dalam lukisan-lukisan karya Seniman Spanyol Francisco Goya (1746-1828 
), yang menjadi tokoh sentral dari film GOYA's GOST ini. 

Kita telah mengenal banyak sekelompok manusia dengan atribut agama, berlindung 
dalam lembaga agama, mereka justru melakukan kejahatan kemanusiaan (crimes 
against humanity) entah itu Kristen, Islam atau agama apapun. Atas nama 'agama 
yang suci' mereka melakukan 'pelecehan yang tidak suci' kepada sesamanya 
manusia. Akhir abad 20 atau awal abad 21, akhir-akhir ini kita disuguhi 
sajian-sajian berita akan kebobrokan manusia yang beragama melanggar hak asasi 
manusia, misalnya kelompok Al-Qaeda dan sejenisnya menteror dengan bom, dan 
olehnya mungkin sebagian dari kita telah prejudice menempatkan orang-orang 
Muslim di sekitar kita sama jahatnya dengan kelompok 'Al-Qaeda'. Di sisi lain 
Amerika Serikat (AS) sebagai 'polisi dunia' sering memakai 'isu terorisme yang 
dilakukan Al-Qaeda' untuk melancarkan macam-macam agendanya. Invasi AS ke Iraq, 
penyerangan ke Afganistan dan negara-negara lain yang disinyalir 'ada 
terorisnya'. Namun kehadiran pasukan AS dan sekutunya di Iraq tidak berdampak 
baik, mungkin pada awalnya terlihat AS dengan sejatanya yang super-canggih 
menguasai Iraq dalam sekejap, namun pasukan mereka babak-belur dalam 
'perang-kota', ini mengingatkan kembali sejarah buruk, dimana mereka juga kalah 
dalam perang gerilya di Vietnam. Kegagalan pasukan AS mendapat kecaman dari 
dalam negeri, bahkan sekutunya, Inggris misalnya. Tekanan-tekanan ini membuat 
PM Inggris Tony Blair memilih mengakhiri karirnya sebelum waktunya baru-baru 
ini. Karena ia berada dalam posisi yang sulit : menuruti tuntutan dalam negeri 
ataukah menuruti tuan Bush. 

Memang kita akui banyak kebrutalan yang dilakukan oleh para teroris kalangan 
Islam Fundamentalis, contoh Bom Bali dan sejenisnya di seluruh dunia. Tapi 
tidak menutup kemungkinan Presiden Amerika Serikat, George Bush adalah juga 
seorang 'Fundamenalis' dalam 'Agama' yang dianutnya, karena gaya Bush yang 
sering 'secara implisit' terbaca dimana ia menempakan dirinya sebagai penganut 
Kristiani yang memerangi terorisme dari para teroris Muslim Fundamentalis. 
Tentu saja apa-apa yang mengandung "fundamentalis" entah itu Islam/ Kristen/ 
agama yang lain, bermakna tidak baik. 

Sebelumnya, ditengah-tengah 'isu anti terorisme (Islam)', sutradara Inggris, 
Ridley Scott memproduksi film The Kingdom of Heaven, barangkali bisa juga 
digunakan untuk menyindir Presiden Bush yang sering menggunakan kata "crusades" 
dalam pidatonya. Film The Kingdom of Heaven adalah sebuah 'otokritik' bagi 
Kekristenan, dan sajian 'ironisme' dari ajaran Kristus yang penuh kasih. Bahwa 
perang Salib yang telah terjadi selama 4 abad itu bukanlah suatu kesaksian yang 
baik, tetapi lebih merupakan sejarah hitam. 

Dibawah ini review dari sebuah film, tentang kejahatan dibawah payung Agama, 
bukan berniat melecehkan suatu Agama/ Aliran tertentu, melainkan sebagai 
perenungan apakah perlakuan seseorang melawan/menindas orang lain yang tidak 
'seagama' itu tujuannya membela Allah? membela tradisi? membela doktrin, 
ataukah membela diri sendiri? 



Movie Review : 
GOYA's GHOST 


 


Cast : 
Javier Bardem ... Brother Lorenzo 
Natalie Portman ... Inés/Alicia 
Stellan Skarsgård ... Francisco Goya 
Randy Quaid ... King Carlos IV 
Blanca Portillo ... Queen María Luisa 
Michael Lonsdale ... Father Gregorio 
José Luis Gómez ... Tomás Bilbatúa 

Director ... Milos Forman 
Music ... Varhan Bauer 


Sebelum membahas kisah di film ini, baiklah kita ketahui dahulu apa itu 
"Inkuisisi" : 
Inkuisisi adalah pengadilan Gereja abad pertengahan yang ditunjuk untuk 
mengusut bidat, yang disebut demikian karena menentang doktrin dan tradisi 
Gereja Roma. Nama yang tidak terkenal ini digunakan dalam arti lembaga itu 
sendiri, yang adalah episkopal (diperintah oleh uskup atau uskup-uskup) atau 
Paus, secara regional atau lokal; anggota pengadilan; dan cara kerja 
pengadilan. Film GOYA's GOST ini berceritera dengan latar belakang Inkuisisi di 
Spanyol, dimana Inkuisisi ini adalah Inkuisisi terburuk dan yang paling 
kejam.Telah mengukum mati 339-ribu orang, belum termasuk orang-orang yang mati 
dalam tahanan/penjara bawah tanah karena disiksa, sakit, dll. Tepatnya berapa 
banyak lagi orang yang mati dalam inkuisisi mungkin hanya diketahui di Surga 
pada Hari Penghakiman nanti. 

Tujuannya Inkuisisi ini sebenarnya jelas, yaitu untuk membela iman, tetapi 
dalam perlakuannya justru merupakan benih-benih racun yang menghancurkan 
kekristenan itu sendiri. Tindakan tidak manusiawi ini membuktikan tidak ada 
perbedaan dasariah antara orang Kristen dan non-Kristen, tidak ada moral yang 
patut dibanggakan dari praktek-praktek Inkuisisi ini. Pengajaran Kristus tidak 
menjadi dasar, tetapi judgement dari tiap individu yang berkuasa dalam 
Inkuisisi itu yang pada akhirnya menjadi otoritas tertinggi. 
Alkitab kita telah lebih dulu memberi peringatan dan kecaman akan suatu 
gereja/jemaat yang begitu semangat membasmi bidat namun meninggalkan kasih 
semula (lihat, Wahyu 2:1-7). 

 


Film ini diawali sebuah adegan rapat para rohaniawan di "Holy Office of The 
Inquisition" di Madrid, Spanyol, pada tahun 1792. Mereka membahas sebuah 
cetakan lukisan 'hantu dalam gereja' yang dilukis oleh Francisco Goya (Stellan 
Skarsgård). Namun Goya bukan orang sembarangan, karena ia adalah pelukis 
keluarga Kerajaan Spanyol "King Carlos IV", membuatnya dalam posisi terhormat 
yang membuat Gereja segan dan mengadakan 'perkecualian', disamping itu Goya 
bersahabat dengan anggota inkuisisi tersebut, yaitu Brother Lorenzo (Javier 
Bardem), seorang rohaniawan cerdas yang haus akan kekuasaan. 
 

Brother Lorenzo, diberi tugas untuk memberikan khotbah-khotbah anti 
bidat/heresy. Ia menyatakan kepada semua umat Gereja agar setiap orang mau 
setia kepada Gereja, dan melaporkan siapa saja yang disinyalir mempraktekkan 
ajaran selain ajaran Gereja Katolik Roma. Mereka yang dimaksud adalah pengikut 
Yudaisme, kaum Protestan dan 'agama-agama' lain yang tidak sepaham dengan 
ajaran Gereja Roma. Ia menunjuk kepada ciri-ciri orang-orang non-Kristen, 
misalnya apabila ada orang yang kencing sambil menutup kemaluannya, maka ia 
adalah seorang pengikut Yudaisme karena ia disunat. Maka, ia harus dilaporkan 
kepada "Holy Office of The Inquisition" untuk diinterogasi. Orang-orang yang 
disuruh melapor ini tentu saja tidak diberi-tahu apa akibatnya, mereka juga 
tidak pernah membayangkan akibat laporan itu adalah sebuah 'vonis penganiayaan 
atau hukuman mati'. 

  

Ada seorang gadis cantik berumur kira-kira 15 atau 16 tahun yang bernama Inés 
(Natalie Portman), ia anak seorang pedagang kaya keturunan Yahudi, Tomás 
Bilbatúa. Gadis ini menjadi model lukisan Goya. Goya pun mungkin telah 
jatuh-cinta pada 'model'-nya ini. Suatu hari, Inés bersama kedua saudaranya 
laki-laki pergi ke sebuah rumah makan. Di rumah makan tersebut terdapat hiburan 
tari-tarian, dan suguhan 'babi panggang', disana ada mata-mata dari Gereja yang 
ikut makan dalam ruangan itu, mereka memperhatikan Inés yang menolak hidangan 
babi panggang itu. Inés tidak pernah menyadari bahwa hal ini 'diterjemahkan' 
oleh mata-mata itu bahwa ia adalah pengikut bidat yang harus dibasmi. 

Besok harinya, Ayah Inés mendapat surat dari "Holy Office of The Inquisition", 
isinya adalah pemanggilan agar Inés mau datang untuk tanya-jawab dengan pejabat 
Gereja. Ayah Inés tidak menyangka bahwa kehadiran surat pemanggilan itu 
bermakna "hukuman" bagi Inés, ia berpikir bahwa mungkin saja Inés diperlukan 
sebagai saksi saja dalam suatu peristiwa. Maka dengan rela ia mengantar anak 
gadisnya itu memasuki bangunan "Holy Office of The Inquisition". Ia menunggui 
anak gadisnya tidak pernah keluar dari gedung itu, bahkan sampai berhari-hari 
sehingga ia menjadi sangat kawatir. 

  

Inés, gadis belia dan naif itu kini berada didepan "jaksa-jaksa gerejawi". 
Mereka menanya-nanyai Inés perihal kehidupan agamanya, Inés mengaku bahwa ia 
seorang pengikut Gereja Roma yang setia. Namun jawaban Inés rupanya tidak 
berdampak apa-apa, meskipun saat itu ia masih dalam tahap 'ditanya-tanyai', 
namun vonis hukuman sudah ada ditangan jaksa penuntut itu. Bahwa penolakan Inés 
untuk makan sajian 'daging babi' di rumah makan itu sudah cukup melabeli Inés 
sebagai pengikut Yudaisme yang dilarang Gereja Roma. Dan oleh karenanya Inés 
pasti dihukum. 

Inés kemudian memasuki interogasi yang lebih lanjut, ia ditelanjangi dan 
disiksa untuk dipaksa mengaku bahwa ia adalah pengikut bidat yang dimaksud oleh 
pihak Gereja. Dalam keadaan disakiti/ didera siapapun bisa mengaku apa yang 
tidak dilakukannya dengan harapan akan dilepaskan dari penyiksaan. Namun dalam 
hal ini 'pengakuan' menjadi legitimasi lembaga Inkuisisi itu untuk melakukan 
hukuman kepada kepada setiap orang yang mengakui dengan hukuman yang lebih 
lanjut. 

Inés tak pernah mengerti duduk masalahnya mengapa ia dihukum. Demikian juga 
orang-orang lain yang dituduh oleh Inkuisisi tidak pernah diizinkan untuk 
mengetahui nama penuduh mereka. Pembelaan di depan Inkuisisi hampir tidak ada 
gunanya karena tuduhan yang dikenakan pada mereka itulah sebagai dasar vonis, 
dan tidak ada opsi pembelaan sama sekali. 

Ayah Inés kawatir sekali menunggu anak gadisnya yang tidak kunjung keluar dari 
"Holy Office" itu. Kemudian ia meminta tolong kepada Goya untuk 
menghubungkannya kepada Brother Lorenzo dengan harapan anak gadisnya bisa 
pulang dari Inkuisisi. Brother Lorenzo tidak mengetahui kalau si gadis cantik 
itu kini ditahan dalam penjara bawah tanah dari Inkuisisi. Maka ia mengunjungi 
Inés. Sama seperti tahanan-tahanan lain, Inés ditawan dengan keadaan telanjang. 
Brother Lorenzo, berbicara kepada Inés, dan memberikan kata-kata penghiburan. 
Kehadiran Brother Lorenzo dirasakan lain oleh Inés, sebab selama ini ia hanya 
berhadapan dengan orang-orang yang 'menakutkan' dan menyiksanya. Inés menaruh 
harapan Brother Lorenzo dapat mengeluarkannya dari penjara itu. Namun Brother 
Lorenzo sebenarnya tidak bisa memberikan harapan itu sebab setiap keputusan 
Inkuisisi adalah final dan tidak bisa diganggu-gugat. Disisi lain Brother 
Lorenzo, rahib yang bersumpah 'tidak kawin' ini tergoda dengan keelokan 
tubuhnya, ia menyalurkan hasratnya di penjara bawah tanah itu tidak hanya 
sekali. 

Brother Lorenzo menerima undangan makan malam dari ayah Inés, ia meminta agar 
pihak Gereja mau melepaskan Inés, ia menawarkan sejumlah besar uang dengan 
harapan Inés bisa bebas. Brother Lorenzo mengatakan bahwa hal itu sulit sebab 
Inés sudah mengakui perbuatannya bahwa ia adalah pengikut bidat. Ayah Inés 
marah, karena ia yakin bahwa Inés hanyalah gadis biasa, bukan pengikut bidat, 
ia berpendapat bahwa pengakuan Inés yang telah mengaku bahwa ia adalah pengikut 
bidat adalah karena ia dibawah penyiksaan. 
Orang yang disiksa akan mengakui apa saja walaupun ia tidak berbuat. Kemudian 
ayah Inés bersama kedua anak lelakinya "menyiksa" Brother Lorenzo untuk mau 
menandatangani pernyataan : "I, Lorenzo Casamares, hereby confess that, 
contrary to my human appereance, I am in fact the bastard son of a chimpanzee 
and an orangutan. And I have schemed to joint the Church in order to do harm to 
the Holy Office". Dibawah ancaman dan siksaan itu Brother Lorenzo 
menandatanginya. Dan pernyataannya itu dibuat sebagai bukti bahwa orang bisa 
mengaku apa saja dibawah tekanan. Pernyataan yang sudah ditanda-tangani itu 
disimpan oleh ayah Inés sebagai jaminan agar Brother Lorenzo mau meperjuangkan 
pembebasan anak gadisnya dari Inkuisisi. 

Dengan terpaksa Brother Lorenzo mengutarakan permintaan pembebasan Inés dengan 
tambahan satu peti penuh uang emas di depan dewan Inkuisisi. Meski uangnya 
diterima dengan senang hati, namun permintaan pembebasan itu ditolak. Ketika 
usaha ini gagal ayah Inés membawa surat pernyataan yang ditandatangani Brother 
Lorenzo di hadapan raja, untuk meminta keadilan bagi anak gadisnya, bahwa 
Kerajaan sudah memberi wewenang terlalu besar kepada Gereja. Dari situ Gereja 
bisa menjerat siapa saja yang dituduh bidat dibawah ancaman dan siksaan. Namun 
Kerajaan tidak mau berbuat banyak akan permintaan pencabutan wewenang terhadap 
Gereja. Dengan demikian sudah final suatu kenyataan pahit bahwa Inés tidak akan 
pernah kembali pulang ke rumahnya. Ia akan selamanya menjadi tawanan Inkuisisi. 
Di lain pihak, Gereja merasa malu atas skandal surat pernyataan itu, kemudian 
Gereja secara resmi "mengasingkan" Brother Lorenzo dan mengancam pembunuhan 
kepadanya. Brother Lorenzo berhasil lari keluar dari Spanyol. 

Kemudian adegan dilanjutkan 15tahun berselang setelah kejadian itu. Setelah 
Revolusi Perancis dan Napoleon Bonaparte menjadi penguasa di Perancis. Pasukan 
Perancis juga menguasai Spanyol. Napoleon menempatkan saudaranya, Joseph 
Bonaparte, menjadi penguasa di Spanyol. Pada saat ini "Holy Office of The 
Inquisition" ditutup dan Brother Lorenzo yang dulu menjadi buron dari "The Holy 
Office" kini menjadi pejabat di Rezim Napoleon. Pasukan Perancis membongkar 
penjara bawah tanah Inkuisisi, dan para tawanan yang masih hidup termasuk Inés 
dibebaskan. Goya mendapati Inés tak lagi cantik seperti dulu, keadaannya 
menyedihkan sekali, juga dalam keadaan hilang ingatan/ mengalami gangguan jiwa. 
Goya sangat terpukul melihat kenyataan seorang gadis yang dikenalnya "cantik 
dan innocent" itu menjadi sedemikian hancur akibat penganiayaan Gereja. Terkuak 
juga suatu kisah pilu bahwa Inés melahirkan anak di penjara bawah tanah itu, 
suatu ironi ternyata para rahib yang bersemangat menghalau segala jenis 
dosa-dosa bidat, mereka melakukan dosa yang lain, pelanggaran HAM dan dosa-dosa 
asusila. Francisco Goya dikenal melalui lukisan-lukisannya yang merekam 
kejadian-kejadian tersebut semasa ia hidup. 

 

Dalam sejarah Gereja, tercatat skandal-skandal yang menyedihkan di mana usaha 
pembelaan iman dengan pengahaluan besar-besaran terhadap bidat itu yang justru 
menjadi bumerang yang mencoreng muka sendiri dan melukai diri sendiri. GOYA's 
GOST adalah sajian kisah yang ekstrim, masih ada hal-hal lain yang tidak 
tercatat, betapa banyak rohaniawan yang berlindung dibawah payung "Agama" pada 
saat yang sama melakukan pelanggaran HAM atas nama Agama. 

Ada banyak orang yang beragama menjadi pimpinan agama/ Gereja dan menamakan 
dirinya Kristen namun 'mengkorupsi' ajaran Kristus. Itulah salah satu sebab 
Mahatma Gandhi (1869-1948) guru bangsa India itu menolak disebut "beragama 
(Kristen)". Meskipun ia dengan jujur mengatakan bahwa "ahimsa dan satyagraha" 
yang dicanangkan dalam perjuangannya itu terinspirasi ajaran Yesus Kristus 
'Khotbah di Bukit'. Karena ia terlalu banyak melihat orang-orang 'beragama' 
Kristen yang justru miskin kasih, ia berkata "agama" terlalu banyak dikorupsi 
manusia. 

Ada baiknya kita bertanya kepada diri sendiri. Apakah kehidupan beragama kita 
mampu menumbuhkan moralitas?, sebab agama tanpa moralitas, hanyalah tong kosong 
yang nyaring bunyinya. Orang jahat ada yang beragama Kristen, ada yg beragama 
Islam. Tentunya ada orang baik yg beragama Kristen, Islam, Hindu, Budha dst. 
Namun apa yang seharusnya menjadi pembeda seorang Murid Kristus yang sebenarnya 
dengan orang-orang lain? Murid Kristus yang sesungguhnya penuh dengan kasih : 

Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; 
sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling 
mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah 
murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:34-35). 

Marilah kita saling mengasihi, itu adalah perintah agung Tuhan Kita Yesus 
Kristus. Kasih yang sesungguhnya tidak akan melanggar hak hidup, hak 
kemerdekaan sesama kita. Sudah cukuplah catatan buruk yang dilakukan manusia 
atas nama agama 


Amin. 


Blessings in Christ, 
Bagus Pramono 
June 6, 2007 

_________________ 
I put no stock in religion. By the word "religion" I've seen the lunacy of 
fanatics of every denomination be called 'the will of God'.


http://forum.sarapanpagi.org/pelanggaran-ham-atas-nama-agama-t22.html







[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke