In a message dated 6/10/2007 6:52:21 A.M. Pacific Daylight Time,  
[EMAIL PROTECTED] writes:




Republik Pertama di Nusantara -  Republik Lan Fang  Disadur kembali oleh: 
Dr.Irawan/Dr.Frits  Hong
Lan Fang Republic (summary from the book Hakka people - Jews of  the Orient 
by Kao Chung Xi) 
Republik Lan Fang , demikian namanya  yang pernah di bentuk oleh orang orang 
Hakka dari Kwangtung pada akhir abad  ke-18. Republik ini berlangsung selama 
107 tahun lamanya dan mencatat 10  presiden yang pernah memimpin di republik 
yang berlokasi di Kalimantan Barat  ini.
Presiden pertamanya adalah Lo Fang Pak beliau dilahirkan tahun  1738 di 
Kwangtung , Mei Hsien, Shih Pik Pao pada tahun ke-3 Dynasty Ching saat  Raja 
Chien 
Long berkuasa. Beliau pernah mempunyai anak dari perkawinannya,  namun pada 
zaman itu tradisi Hakka tidak membawa isteri keluar  negeri.
Hijrah ke Kalimantan Barat
Lo Fang Pak mulai  bertualang pada usia 34 tahun beliau pergi merantau ke 
Kalimantan Barat saat  ramainya orang mencari emas (Gold Rush). Beliau 
menyusuri 
Han Jiang menuju  Shantao, sepanjang pesisir Vietnam, dan akhirnya berlabuh di 
Kalimantan Barat.  Ketika itu Sultan Panembahan  yang percaya bahwa orang 
Tionghoa adalah  pekerja keras membawa 20 pekerja Tionghoa dari Brunei. Sultan 
Omar di  Singkawang juga mendengar tentang ketekunan orang Tionghoa 
memanfaatkannya  melalui sistem kontrak lahan kepada orang Tionghoa guna 
membuka 
kawasannya  
Ketika Lo Fang Pak sampai di Kalimantan Barat, Belanda belum secara  agresif 
merambah ke Kalimantan. Dipesisiran banyak didiami orang Jawa dan  Bugis, yang 
mana daerah ini dikuasai oleh Sultan, dan bagian pedalaman didiami  oleh 
orang Dayak, kendati batas teritorialnya tidak jelas.
Lan Fang  Kongsi
Pada permulaan tahun 1740, jumlah orang Tionghoa hanya  beberapa puluh saja 
disana. Pada tahun 1770 orang Tionghoa disana sudah  mencapai 20.000 orang. 
Mereka berdatangan berdasarkan pertalian saudara,  sekampung halaman , atau 
sesama kumpulan. Kelompok Tionghoa ini membentuk  Kongsi (perusahaan) untuk 
melindungi mereka. Lo Fang Pak diangkat menjadi  ketua. 
Pada tahun 1776, 14 Kongsi di satukan membentuk He Soon 14  Kongsi guna 
menjaga kesatuan dari ancaman persengketaan antar kumpulan, daerah  asal, dan 
darah. Pada saat itu Lo Fang Pak mendirikan Lan Fang Kongsi,  kemudian 
menyatukan 
semua orang golongan Hakka di daerah yang dinamakan San  Shin Cing Fu (danau 
gunung berhati emas), dan mendirikan kota Mem-Tau-Er  sebagai markas besar dari 
group perusahaannya. 
Berdirinya Republik  Lan Fang
Lo Fang Pak mendirikan pemerintahan, dengan mengambil nama  dari 
perusahaannya. Pada tahun 1777 berdirilah Republik Lan Fang, 10 tahun  lebih 
awal dari 
Amerika Serikat (1787). Ketika itu banyak orang meminta Lo  Fang Pak menjadi 
Sultan (monarchi), tapi beliau menolak dan tetap menempatkan  dirinya sebagai 
Presiden dalam pemerintahan yang bersistem republik, dan  presidensil.
Zaman keemasan
Lo Fang Pak dalam masa  pemerintahannya telah menjalankan system perpajakan, 
dan mempunyai kitab  undang undang hukum, menyelenggarakan system pertanian 
dan pertambangan yang  terarah, membangun jaringan transportasi, dan 
mengusahakan ketahan ekonomi  berdikari lengkap dengan perbankannya. Sistem 
pendidikan 
tetap diperhatikan  bahkan semakin dikembangkan, seperti diketahui bahwa Lo 
Fang 
Pak sendiri  asalnya memang seorang guru. 
Republik Lan Fang bukan hanya disegani  kekuatan militernya tapi juga 
keahlian mereka dalam mengusir buaya di kawasan  muara kapuas. Ini membuat para 
bumiputera dan hoakiau menaruh hormat kepada  Presiden Lo Fang Pak.
Kun Tien atau lazimnya disebut Pontianak  sekarang yang mana terletak di 
muara sungai Kapuas merupakan daerah niaga yang  di kuasai oleh Sultan 
Abdulrachman. Sedangkan hulu sungai Kapuas di pegang  oleh Kelompok Dayak. 
Kesultanan 
yang berbatasan dengan Kun Tien adalah  Mempawah. Sultan Kun Tien mencoba 
membangun istana agak ke hulu sungai yang  mana dekat dengan perbatasan 
Kesultanan 
Mempawah dan ini  memicu perang  antara kedua kesultanan. Dalam perang ini 
(1794) Sultan Kun Tien dibantu oleh  Lan Fang Kongsi karena kedekatan diantara 
mereka.  
Sultan  Mempawah kalah dalam perang lalu bergabung dengan Dayak dan melakukan 
serangan  balasan. Lo Fang Pak kembali mematahkan kekuatan Sultan Mempawah, 
malah kali  ini Sultan Mempawah  didesak terus ke utara sampai Singkawang, 
kemudian  berakhir dengan Sultan Singkawang dan Sultan Mempawah menandatangani  
perjanjian perdamaian dengan Lo Fang Pak. Segera setelah kejadian itu  
popularitas Lo Fang Pak melesat dramatis, ketika itu beliau berusia 57  tahun.
Setelah itu, rakyat, dan orang Tionghoa didaerah itu  bergabung dengan Lo 
Fang Pak untuk mencari perlindungan, dan Sultan Kun Tien  menyadari bahwa dia 
tidak sanggup melawan kekuatan militer Lo Fang Pak, maka  Sultan sendiri 
meminta 
perlindungan dari Lo Fang Pak. Presiden Lo Fang Pak  wafat pada tahun 1795, 
beliau sempat tinggal di Borneo selama lebih dari 20  tahun.
Tahun tahun terakhir Lan Fang
Pada saat republik  Lan Fang berusia 47 tahun semasa kekuasaan president yang 
ke-5, Liew tai Er,  Belanda mulai menjalankan ekspansinya di Indonesia dan 
mulai masuk ke Tenggara  Borneo. Lama kelamaan Lan Fang kehilangan hak 
otonomi-nya, dan mulai menjadi  bagian dari Hindia Belanda.
Kemudian Belanda membuka kantor  kolonialnya di Kun Tien dan mencampuri 
urusan Republik Lan Fang. Pada tahun  1884, Singkawang yang menolak dijajah 
oleh 
Belanda, mendapat serangan dari  Belanda dan Belanda akhirnya menduduki Lan 
fang 
Kongsi (1885). Lan Fang sempat  bertahan dan melawan selama 4 tahun, namun 
berakhir dengan kekalahan dan orang  orangnya melarikan diri ke Sumatra.
Takut akan reaksi keras dari  pemerintahan Ching di Tiongkok, menyebabkan 
Belanda tidak pernah menyatakan  menguasai Lan Fang, maka dibiarkan salah satu 
dari keturunan Lan Fang menjadi  pemimpin disana. Baru setelah terbentuknya 
Republik of China (Cung Hwa Ming  Kuok) 1911, maka pada tahun 1912 Belanda 
secara 
resmi menyatakan menguasai  daerah itu.  

Orang orang Lan Fang yang lari ke  Sumatra bergabung lagi di Medan. Dari sana 
mereka menyebar ke Kuala Lumpur dan  Singapura. Salah seorang dari 
keturunannya adalah Lee Kuan Yew. Hakka adalah  kelompok minoritas di 
Singapura, namun 
orang Hakka memainkan peran penting  dalam mendirikan Lan Fang Kongsi yang 
kedua di Singapura.
Rekaman  sejarah
Dari catatan sejarah Ching Dynasty, tercatat sbb: “ ada  suatu tempat dimana 
orang Ka Yin (dari daerah Mei Hsien), menambang emas,  membangun jalan, 
mendirikan negaranya, setiap tahun kapal-kapal niaga-nya  berlabuh di Guang 
Zhou dan 
Chao Zhou. Dari catatan sejarah Lan Fang Kongsi  diketahui mereka setiap 
tahunnya melakukan kunjungan kehormatan dengan armada  dagangnya kepada Dinasti 
Ching, seperti yang dilakukan juga oleh Annan  (Vietnam)”.
Ibu kotanya adalah Che Wan Li. Presiden The Ta Tang  (Chon Chang) terpilih 
melalui pemilu. Kedua presiden dan wakilnya dari Hakka  dari Ka Yin dan daerah 
Ta Pu. Benderanya empat persegi panjang berwarna kuning  dengan lambang dan 
kata kata Lan Fang Ta Tong Chi. Panji kepresidenan  berbentuk segi tiga 
berwarna 
kuning dengan kata Chuao (Jenderal). Pejabat  tingginya berpakaian ala 
Tiongkok kuno, sedangkan yang berpangkat lebih rendah  mengenakan pakaian ala 
barat. 
Kabarnya di Pontianak ada prasasti  kenangan yang dibuat untuk beliau , Juga 
di Mei Shien Tiongkok ada prasasti  sejenis disebuah sekolah yang dinamakan 
San Mei Pei Cung  Shueh.



Terimaksih telah menemukan kembali artikel ini, saya sendiri sudah lupa  
kapan nulisnya, mungkin ada 4 tahun yang lalu.
 
salam,
Dr.Irawan. 



************************************** See what's free at http://www.aol.com.


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke