Setuju. Saya juga tidak pernah mendengar ada yang menyebut WNI Bangsa
Tionghoa seperti itu.
Meskipun ada, masih ada kemungkinan sekedar salah maksud, mungkin
maksudnya Suku Bangsa Tionghoa.

Mohon diperjelas, organisasi apa yang dimaksud, jadi semua jelas dan
tidak saling curiga. 



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Golden Horde" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Sunny" <ambon@> wrote:
> >
> >http://www.suarapembaruan.com/News/2007/06/15/index.html
> > 
> >SUARA PEMBARUAN DAILY 
> >"WNI Bangsa Tionghoa"
> >Oleh Iskandar Jusuf 
> > 
> > 
> >Istilah "WNI bangsa Tionghoa" terasa sangat janggal. Sebab, tidak 
> >ada warga negara Indonesia (WNI) berkebangsaan Tionghoa. Semua WNI 
> >tentu bangsa Indonesia. Tetapi ada segelintir orang Tionghoa yang 
> >menggunakan istilah "kebangsaan Tionghoa Indonesia" untuk menamakan 
> >organisasi masyarakat yang mereka dirikan. 
> >................................................
> ----------------------------------------------------------------
> 
> Organisasi masyarakat Tionghoa mana yang dimaksudkan  penulis 
> menggunakan istilah "WNI bangsa Tionghoa"  atau pernah menyebutkan 
> dirinya dengan istilah ini ?   Istilah ini hampir  atau  tidak pernah 
> terdengar sebelumnya. 
> 
> Penulis (Iskandar Jusuf) di Suara Pembaharuan ini tidak 
> menyebutkannya nama organisasinya.  
> 
> Apakah mungkin  istilah  atau sebutan  yang dilontarkan ini sebuah 
> umpan  pancingan terselubung yang diharapkan ada yang menyambutnya? 
> 
> Ataukah hanya sebuah pernyataan hipotetis yang mengandung unsur 
> spekulasi dan perkiraan saja?  seperti kutipan tulisannya dibawah 
> ini :
> 
> "apabila organisasi masyarakat Tionghoa yang menggunakan nama 
> kebangsaan Tionghoa Indonesia ingin mengartikan kata bangsa dalam 
> arti suku, sebaiknya gunakan saja kata suku. Maka namanya menjadi 
> suku Tionghoa Indonesia, bukan kebangsaan Tionghoa Indonesia, atau 
> pakai istilah suku bangsa Tionghoa Indonesia". (Iskandar Jusuf, Suara 
> Pembaruan 15 Juni 2007)
> 
> Kalau menarik  sebuah kesimpulan hanya  berdasarkan kata 
> hipotetis  "apabila"  saja  yang  dituangkan  dalam sebuah suratkabar 
> yang serius seperti Suara Pembaruan tanpa  menyebutkan nama 
> organisasinya  yang kongkrit  sebagai pembuktian, maka ini hampir 
> sama juga dengan mengatakan: 
> 
> "Apabila Tante saya mempunyai "kumis", maka Oom saya "komunis" 
> 
> Salam
> GH.
>


Reply via email to