Saya ingin tambah: Suku Hakka menurut sejarah bukan penduduk China selatan asli. Menurut info yg saya dpt dari keluarga saya, mereka jaman dulu berasal dari utara dan merupakan suku immigrant diselatan dimana suku Punti dan hokkian dominan. Suku hakka biasanya banyak yg keturunan tentara dari emperor dan sering diberikan nama keluarga dari emperor karena berbakti dan berjasa didalam kesejahteraan atau peperangan. Banyak yg merupakan keturunan dari suku2 Siungnu [ingr. Hun]. Saya kira disini asalnya berita bahwa mereka keturunan bangsawan. Untuk yg memperhatikan physical features dari suku hakka dibandingkan dgn suku lain diselatan - selain kaki besar mereka banyak yg sifatnya seperti north chinese - jauh labih besar dari suku2 selatan. Sewaktu mereka migrate keselatan biasanya mereka sering tidak diterima oleh penduduk setempat dan karena itu mereka terpaksa hanya dapt bertani didaerah pegunungan yg kurang subur [dibandingkan dgn didataran dimana sawah ada banyak [makmur] Mereka pun selain berbeda secara bahasa - berbeda secara culture. Wanita2 hakka disebut kaki besar sebab mereka tidak mengikat kaki menjadi kecil mungil - tanda makmur. Wanita hakka sering disebut bossy karena mereka bekerja sama beratnya dgn suami - maklum hidup berat. Suku hakka oleh karena merupakan suku migrant dan tidak terlalu terikat oleh tradisi dari Kungtze memang merupakan perantau international. Karena itu dibanyak tempat diseluruh dunia bahasa hakka dapat dipakai antara penduduk cina setempat [sebelum mandarin jadi dominan] Utk Indonesia suku hakka banyak yg tinggal di Nederlands West Indie dan sampai kini bah. hakka di west indie [caribean] adalah bahasa communicatie utama. Juga didaerah kepulauan pacific suku hakka dominant. Bahwa dr Sun orang Hakka saya kira tidak cocok. Dia lahir didaerah dekat Auwmen [Macau] dimana suku punti dominant. Dia dapat bantuan dari immigrant China di Hawaii, SF-Bayarea karena disini duku Punti Taysan dominant [suku dr Sun] -tradisi sesama suku utk saling bantu membantu. Andreas
liang u <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Orang Hakka, yang dalam Mandarin lazim disebut Kejia-ren, karena kalau disebut Keren saja bisa keliru dengan keren yang berarti tamu, meskipun memang sebenarnya Hakka berarti keluarga tamu atau Kejia. Dalam dialek Hokkian disebut Kheqlang, yang maksudnya hurufnya sama dengan dengan Hakka. Orang Hakka ini terutama bermukim di propinsi Guangdong, Guangxi, Fujian, Taiwan, Jiangxi, Hunan, dan Sichuan sebanyak 7 propinsi, tersebar di 200 lebih kabupaten. Kabupaten yang dulu (sekarang penduduk bisa berpindah ke mana saja) hanya bermukim orang Hakka adalah: Meixian, Wilayah kota Meijiang, Xingning, Wuhua, Dapu, Pingyuan dan Jiaoling. Ada 10 kabupaten yang penduduknya 91% ke atas orang Hakka, dan ada 7 kabupaten yang penduduk Hakkanya di atas 51% sampai 90%. Pusat orang Hakka ada di Meixian dulu, yang sekarang menjadi dua yaitu kabupaten Meixian, dan wilayah ibu kota protektorat Meizhou yang bernama Meijiang. Dialek Hakka yang dominan dan dianggap standar adalah logat Meixian, tapi ada ahli yang berpendapat logat Changding di propinsi Fujian yang merupakan standar. Di Indonesia, tak ada data sensus yang akurat, tapi data pada zaman Belanda, orang Hakka merupakan kelompok kedua setelah orang Hokkian, bahkan di daerah-daerah tertentu orang Hakka yang dominan. Meskipun sama-sama merupakan sub-etnis dari orang Han, orang Hakka banyak mempunyai budaya yang khusus, sehingga merupakan kelompok khusus dalam bangsa Han. Orang Hakka banyak yang berhasil dalam politik, di antaranya Marsekal Ye Jianying, Deng Xiaoping, bahkan kabarnya Dr. Sun Yat-sen bapak revolusi Tiongkok yang menumbangkan dinasti Qing (Tjeng). Orang Kheq yang diam di daerah pedalaman, terutama menyembah leluhur, sedang orang Hokkian yang bermukim di tepi laut, yang hidupnya banyak tergantung kepada hasil laut, banyak yang menyembah dewa-dewa terutama dewa yang dianggap mengusai laut, dengan demikian diharapkan selamat dalam amukan badai di tengah laut. Dewa yang paling dihormati adalah seorang Dewi yang dikenal dengan sebutan Macoupo atau nenek Macu di Indonesia, atau Macou Nionio di Tiongkok. Dalam Mandarin disebu Mazu Niangniang. Kelenteng Mazu Niangniang yang paling kenamaan adalah kelenteng pertama yang didirikan untuk menghormati Mazu Niangniang. Tiap tahun ratusan ribu peziarah dari Tiongkok dan Taiwan datang untuk bersembahyang. Dialek Hakka dengan mudah dapat dibedakan karena banyak bunyi ny yang dalam dialek Hokkian/Tiociu, maupun Konghu tak ada. Demikian juga bunyi oi yang dalam Mandarin kebanyakan dibaca ai. Amoi, yang dalam Mandarin Amei adalah panggilan kepada gadis kecil. Ngai adalah saya. Demikian sekedar tambahan pengetahuan. Liang U __________________________________________________________ Be a better sports nut! Let your teams follow you with Yahoo Mobile. Try it now. http://mobile.yahoo.com/sports;_ylt=At9_qDKvtAbMuh1G1SQtBI7ntAcJ [Non-text portions of this message have been removed]