India punya 16 Bahasa Nasional (Hindi, Gujarat, Tamil, dst).. wakakak... Bahasa Nasional... bukan bahasa suku.. dan semuanya ada representasinya dalam uang cetak mereka. Teman India saya (dengan bangga pula) bahkan bercerita ada salah satu Perdana Menterinya yang terpaksa berpidato dalam bahasa Inggris karena tidak bisa berbahasa Hindi yang merupakan bahasa dengan pengguna terbanyak.
Sumpah Pemuda tahun 1928 tidak memaksa 'berbahasa satu' tetapi "menjunjung bahasa persatuan". Bahasa sendiri tujuannya adalah mengungkapkan ide untuk dipahami orang lain. Ada kesamaan makna di antara kata2 tiap bahasa tetapi ada juga keunggulan pada masing-masing Bahasa. Bahasa Inggris yang merupakan bahasa Internasional saja, hingga kini masih menyerap kata-kata dari bahasa lain (seperti wiki dari bahasa hawaii). Mengoreksi GSuryana (bukan mengoreksi sih.. cuma menambah catatan kecil), tidak semua bahasa daerah hilang. Misalnya, Bahasa Parsi tidak hilang walau 'dijajah' Arab pada abad 7-8 Masehi. Mereka punya kebanggaan identitas dan karena itu, walaupun kini hurufnya mengikuti huruf Arab tapi bahasa yang digunakan Iran tetap Parsi sementara bahasa2 lain di dunia Arab (seperti Aramaik, atau mungkin juga Mesir) perlahan mulai hilang. Sementara, bahasa internasional ada yang hilang. Semua pasti ingat bahasa Latin yang pernah menyebar luas di Eropa dari masa Romawi hingga Renaissance. Sekarang, hanya beberapa orang yang benar-benar bisa berbahasa latin. Namun seperti halnya Sansekerta (yang juga sudah punah), beberapa katanya masih membekas dan diserap oleh bahasa-bahasa baru. (pelajaran: bahasa yang lagi populer bukan berarti akan bertahan selamanya). Orang Jawa sendiri, walau mereka juga khawatir bahasa mereka punah, diam-diam sering menyelipkan kosakata dan gaya bahasa mereka dalam percakapan berbahasa Indonesia (dan sering meremehkan padanan melayu-nya, seperti yang dilakukan ayahku :D ) Kalau khawatir, coba aja selipkan satu-dua kata dalam percakapan normal.. Nanti kalau ada yang tidak mengerti, kan pasti pada bertanya artinya. On 11/16/07, gsuryana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pada akhirnya negara yang memiliki bahasa Nasional lah yang eksis, > sedang > bahasa bahasa daerah secara sedikit demi sedikit ( sekarang lebih cepat > sih, > karena cepatnya perkembangan teknologi informasi ) akan punah. > > Untuk ini bisa dibilang bahasa Mandarin yang juga memiliki banyak sub > bahasa > daerah sedikit demi sedikit akan berkurang jumlahnya. > > Solusinya, pelajari saja bahasa Nasional dan bahasa Internasional yang > umum > di terima oleh masyarakat global. > > Bila bahasa daerah menjadi hilang bukanlah sebuah hal yang memalukan, > karena > didalam kenyataannya sudah cukup banyak bahasa yang punah ( Indian, Mesir > ), > dan semua kembali kepada siapa yang bisa bertahan maka dialah pemenangnya. > > sur. > ----- Original Message ----- > From: "g ice" <[EMAIL PROTECTED] <gice_lt3%40yahoo.co.id>> > > Kalo membaca tulisan dari kompas di bawah ini, aku berpikir untuk WNI > Keturunan Thionghua, memang benar bahasa mandarin dan atau bahasa dari > subsuku bangsa thionghua telah menampakkan gejala2 lenyap di permukaan. > Contohnya diriku sendiri tidak tahu baca-tulis-dengar. > > kira2 solusinya apa? padahal aku ingin bisa juga baca-tulis-dengar pake > bahasa mandarin (umumnya) > > malu juga, ditanya apa bacanya ini, atau coba ngomong tentang itu atau > coba > artiin ini (semuanya mengunakan huruf2 dalam kosakata mandarin misalnya). > > Benarkah sudah mentok solusinya? > > 726 Bahasa Daerah Terancam Punah (2007) > > > -- help thy brother, just or unjust [Non-text portions of this message have been removed]