http://hendratri.multiply.com/journal/item/9/PEMALAKAN_DI_IMIGRASI


Banyak oknum pejabat instansi pemerintahan saat ini kondisinya memang sudah 
parah, terutama di kampung halaman saya, Medan, Sumatera Utara.
Minggu lalu istri saya mengurus Akte kelahiran anak, padahal sebelum 60 hari 
sejak kelahirannya, tarif resminya adalah 5000 rupiah (sesuai yang saya baca di 
http://www.kependudukancapil.go.id), dengan kutipan yang sudah bilingual (Indo 
dan English) serta satu hari jadi. tapi istri saya dikenakan tarif 150 ribu 
karena yang urus bukan ayahnya langsung. setelah itu ada tambahan 60 ribu  
untuk mentranslate dengan blangko yang sudah English. bukan satu hari seperti 
yang dikatakan pak sabar, tapi lima hari.

Hari ini lebih parah, saat akan mengurus passport anak di imigrasi Medan. 
Awalnya saya minta uruskan rekan yang ada di travel dan biasa urus passport, 
betapa kagetnya saya ketika istri disodorkan tarif 1,65 juta rupiah alasannya 
anak kecil gak punya KTP. Akhirnya cancel dan langsung menuju imigrasi untuk 
urus sendiri (sesuai himbaun mereka di web nya). Sesampainya di sana, istri 
langsung menanyakan masalah tarif dan mereka tidak mau menjawab. hanya di suruh 
nyiapin persyaratan. Saat istri saya kembali menanyakan tarif, mereka minta 
supaya blangko dan segala berkas di siapkan dan nanti bisa langsung photo. 
Tetapi istri bersikeras dan tetap menanyakan tarif tersebut. Akhirnya mereka 
memberikan tarif 1,5 juta. Fantastics.....ini hampir 6x lipat dari tarif 
aslinya (270 ribu untuk 48 halaman, sesuai di website 
http://www.imigrasi.go.id). Istri minta perinciannya apa saja, tetapi pihak 
imigrasi tidak mau memberikannya dengan alasan yang tidak jelas. Kembali mereka 
katakan, karena masih bayi dan tidak ada KTP (jadi harus nunggu 17 tahun ya 
sampai ada KTP) Aneh lagi...

Dua kasus diatas menunjukkan betapa bobroknya para oknum pemerintahan tersebut, 
ketika pemerintah tidak memperhatikan mereka (dengan banyaknya uang rakyat di 
makan), eh mereka ikut-ikutan mencari uang rakyat yang lain dengan caranya 
sendiri. ini sih namanya "PEMALAKAN".

saya jadi teringat petikan sebuah lagu lama... "KEMANA KU MENGADU.........."
akhirnya saya isi pengaduan dan buku tamu di kedua web tersebut, tapi sampai 
saat ini tidak ada tanggapan sama sekali


http://hendratri.multiply.com/journal/item/10


Akhirnya... gak jadi bayar 1,5 juta. Lumayan buat beli susunya si Dzakiy, 
hehehehe...

Sambungan ceritanya...
Saya akhirnya menyuruh istri mencancel pengurusan passport karena harganya yang 
sangat mahal, dan mencari alternatif lain. Diputuskan membuat passport di 
Tanjung Balai (kebetulan rumah ortu di kabupaten itu). Istri juga berusaha 
mencari relasi yang bisa uruskan passport, ternyata dari temen abang ipar istri 
saya adalah agen yang biasa ngurus passport, dan dia hanya bisa kasih harga 
minimum 800 ribu untuk passport bayi. Akhirnya ya sudahlah, segitu gak masalah, 
walaupun itu hampir 3 kali lipat harga asli nya.

Esok hari, istri saya dan abangnya (ipar saya) pergi bersama agen tersebut 
untuk buat passport melalui bantuan dia. Setelah isi berkas dan buat form 
permohonan, dan disuruh tunggu untuk panggilan photo. Tetapi pada saat 
menunggu, datang petugas imigrasi tersebut ke istri saya dan mengatakan bahwa 
tidak bisa diurus lagi karena sudah dia masukkan (saya tau ini cuma akal2an 
dia, karena istri saya tidak jadi buat permohonan, tetapi memeng berkas ada di 
dia). Akhirnya abang ipar saya emosi dan mau mukul tuh si petugas imigrasi 
sambil mencengkram kerah bajunya, membentaknya sambil bilang kalo dia gak 
kasihan dengan anak saya (yang masih belum berusia sebulan) 2 hari ke imigrasi 
terus sampai lama2.

Istri saya juga menyebutkan perincian pengurusan passport yang memang sudah 
diprint dari www.imigrasi.go.id, dan petugas tersebut mengiyakan. tapi dia 
bilang uang tersebut untuk orang dalam. Akhirnya teman yang agen bilang 
ngurusnya sekarang sama si petugas itu karena sudah sama dia, tetapi harganya 
tetap 800 ribu gak bisa dikurangi.

Akhirnya hari itu juga photo dan passport bisa di ambil setelah 2 hari. wah.....

Dari apa yang kami alami ini semakin menunjukkan bahwa sebenarnya banyak sekali 
oknum pejabat pemerintahan yang seharusnya melayani rakyat, ini malah 
menyusahkan rakyat.

Kalo membandingkan moral bangsa ini dengan bangsa lain, terutama para pejabat 
pemerintahan, wah.... malu rasanya...




[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to