Menurut pengamatan saya sendiri sebenarnya yg disebut
aparat berbisnis itu hanya terjadi di kalangan atas
dan yang sering terjadi konflik adalah kalangan bawah
dimana mereka merasa terancam per individu dan mereka
merasa memiliki kekuasaan yang sama atas yang namanya
senjata.
Sekarang mampu tidak pemerintah Indonesia:

1.Tidak membiarkan aparat bersenjata membawa senjata
kemana mana dan membuat suatu system kontrol atas
senjata yang dibawa aparat, atau kalau memang sudah
ada system tersebut maka tinggal konsisten nya saja.
2.Pembagian wilayah dimana saat ini TNI dan Polri
tidak jelas, mereka semuanya berdiri diatas wilayah
yang sama, terutama angkatan darat.
3.Tingkat pendidikan bagi pemegang senjata ini yang
tidak pernah ter ungkap dan ter upgrade.Itu juga jelas
menjadi masalah sendiri.Dan disaat kita bicara
pendidikan atas aparat, kita harus men revolusi system
pendidikan.

Sebagai kesimpulan nya adalah 
Pemerintah harus dengan TEGAS membagi garis demarkasi
yang KUAT antara TNI dan POLRI baik itu pendidikan dan
wilayah dimana mereka seharusnya incharge.





--- Sunny <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

>
http://www.kompas.com/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.02.09.04291290&channel=2&mn=12&idx=12
> 
> 
> Kegagalan Pimpinan TNI-Polri
> Sabtu, 9 Februari 2008 | 04:29 WIB 
> Jakarta, Kompas - Konflik antara TNI dan Polri
> seperti yang terjadi di Masohi, Maluku Tengah, Sabtu
> (2/2), disebabkan oleh kegagalan pimpinan kedua
> institusi tersebut dalam membangun hubungan yang
> harmonis. Kegagalan itu sebagai salah satu akibat
> dari belum selesainya reformasi di tubuh TNI dan
> Polri.
> 
> Demikian dikemukakan peneliti Lembaga Ilmu
> Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris, Jumat
> kemarin. "Sekarang TNI belum sepenuhnya berada di
> bawah Departemen Pertahanan. Polisi juga belum
> berada di bawah Departemen Dalam Negeri, seperti
> yang biasa terjadi di negara demokratis," katanya.
> 
> Keadaan makin diperparah oleh munculnya persaingan
> baru di antara kedua lembaga. "Dahulu tentara ikut
> dalam bisnis keamanan, namun sekarang semuanya
> dikuasai oleh polisi. Keadaan ini tentunya
> menyebabkan kekecewaan atau kecemburuan di sejumlah
> pihak," ungkap Haris.
> 
> Menurut dia, agar konflik serupa tidak terulang,
> satu-satunya jalan adalah dengan menuntaskan
> reformasi di tubuh TNI dan Polri. Misalnya, dengan
> segera menuntaskan pembahasan RUU Keamanan Nasional
> dan RUU Peradilan Militer serta segera mengakhiri
> keterlibatan militer di bisnis.
> 
> Pengajar Kajian Ilmu Kepolisian Universitas
> Indonesia Bambang Widodo Umar juga menilai bentrokan
> itu menunjukkan belum tuntasnya proses pemisahan TNI
> dan Polri. "Sebagai bagian dari sistem keamanan
> nasional, TNI dan Polri masih berjalan
> sendiri-sendiri dalam melaksanakan perannya,"
> ujarnya.
> 
> Menurut dia, kecemburuan antara anggota TNI dan
> Polri di daerah pascapemisahan TNI dan Polri cukup
> tinggi. Kondisi tersebut diperparah dengan belum
> harmonisnya hubungan antara pimpinan TNI dan Polri
> di tingkat pusat. Posisi TNI dan Polri dalam sistem
> keamanan nasional belum ditempatkan sejajar.
> 
> Namun, peneliti militer dari LIPI Indria Samego
> berbeda pendapat. Menurut dia, bentrok yang terjadi
> di Masohi hanyalah kesalahan antara individu
> prajurit dan polisi. "Bukan masalah institusi TNI
> dan Polri," katanya.
> 
> Anggota Komisi I dari Fraksi PDI-P Andreas Pareira
> juga menilai bentrokan itu terjadi akibat semangat
> dan penerapan esprit de corps yang salah. Apalagi
> seringnya bentrokan terjadi disebabkan persoalan
> pribadi dan sikap indisipliner prajurit TNI yang
> bersangkutan.
> 
> Andreas meminta penyadaran serta pemahaman jiwa
> korsa yang tepat harus segera dilakukan mengingat
> dalam waktu dekat penerapan aturan UU tentang
> Peradilan Militer akan selesai direvisi dan
> diberlakukan. (DWA/NWO/MZW
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been
> removed]
> 
> 





      
____________________________________________________________________________________
Be a better friend, newshound, and 
know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.  
http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ 

Kirim email ke