Saya kira tidak tepat untuk memandang ketiga pilar utama budaya Tionghoa ini 
dng cara demikian. ketiga pemikiran ini sama sekali tak bisa dipandang sbg 
tahapan, melainkan sudut pandang dan aspek perhatian, masing2 mengambil peran 
dalam usaha mencari jawaban tentang kehidupan manusia, meeka saling melengkapi 
dan bersinergi.

Telaah anda tentang Laozi juga salah sama sekali, Laozi tak pernah bicara 
tentang dewa dewi an dunia akhirat, filsafat Tao adalah Agnotis alau tak mau 
disebut atheis! Agama Tao meski menjunjung Laozi sbg dewa sudah jauh berbeda 
dng Taoisme, lebih tepat sbg usaha "dekonstruksi".

ZFy
 
  ----- Original Message ----- 
  From: merpati_dewa 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, April 10, 2008 10:30 PM
  Subject: Balasan: [budaya_tionghua] Re: Dewa-dewa


  Hallo semuanya,

  Saya berpemahaman bahwa memahami akar dari sesuatu persoalan akan
  mudah memasuki persoalan tersebut. Seperti halnya membicarakan budaya
  Tionghua kalau kita memahami akar dari budaya Tionghua yang
  sesungguhnya maka akan mudah bagi kita untuk memilah dan mengenali
  budaya Tionghua yang sesungguhnya, jadi kalau ada diskusi ke arah akar
  budaya Tionghua mungkin akan bisa membantu kita untuk memahaminya
  bukan lagi hal yang seperti kita lihat permukaan ini.

  Menurut yang saya pahami, bahwa untuk mendidik seorang bayi kemudian
  menjadi seorang manusia yang seutuhnya perlu tingkatan ajaran yang
  berbeda, sama halnya juga manusia pada saat pertama kali berada di
  atas bumi ini tentu tidak memiliki alam pikiran sekaya yang kita
  miliki saat ini, dan lingkungan, kondisi, teknologi, daya terima,
  moralitas dll semua 100% berbeda dengan saat ini. 

  Manusia yang saat pertama muncul/terlahir diatas bumi ini jika anda
  mengatakan Dewa atau Buddha tentu dia akan bengong, apaan itu? Karena
  dalam pikirannya belum tahapnya terisi hal-hal itu. Maka perlu ada
  rentetan pematangan pemikiran untuk menuju ke arah sana.

  Dan rentetan menurut pemahaman saya pribadi, belum tentu benar,yaitu :

  1. Khong Zhi Menanamkan budi pekerti, diantaranya ada menghormati
  orang tua, menghormati arwah orang tua yang telah meninggal,
  menghormati Langit(Tian), menurut pemahaman saya karena manusia saat
  itu tidak mengerti caranya menghormat itu gimana sih? maka diberi
  contoh dengan cara memberikan persembahan, memberi makanan untuk
  disembahkan itulah pertanda hormat(sebuah aksi yang menggiring dia
  mengerti makna suatu kata hormat), ini tahap awal untuk memupuk suatu
  pemahaman akan hormat atau memberi hormat dan seterusnya dan
  seterusnya seperti tradisi Konghucu yang dilakoni kita saat ini.

  2. Lao Zhi mengajari manusia mengenali Dewa-dewa, surga & neraka dan
  cara untuk menjadi Dewa atau kembali ke asal. Ajaran Khong Zhi berupa
  budi pekerti, hormat dll sebagai dasar pematangan pikiran awal untuk
  menggiring manusia memahami ajaran Lao Zhi.

  3. Buddha Sakyamuni mengajari Fa Buddhanya, diantaranya berupa
  pemahaman akan makna Budha, hukum karma/reinkarnasi yang mengajari
  manusia bahwa manusia itu setelah meninggalkan rohnya akan terlahir
  kembali ke alam yang sesuai dengan karma perbuatannya dan cara menuju
  Budha(tingkatan yang lebih tinggi dari Dewa) Makanya kita tidak
  melihat para bhiksu menjalani ritual sembahyang orang tuanya yang
  telah meninggal, disamping mereka telah melepas keterikatan duniawi
  secara formal, mereka juga telah memahami ajaran reinkarnasi. 

  Ajaran Lao Zhi sebagai pematangan lanjutan untuk menggiring manusia
  memahami ajaran Budha Sakyamuni. Seperti anak tk yang diberi
  pelajaran SMU ya ngggak bisa dia terima kan?

  4. Saat manusia sudah matang dan mulai membusuk seperti saat ini,
  mungkinkah ada Sang Sadar dari tingkat yang lebih tinggi datang
  menyelamatkannya?

  Semua ini mungkin ada pengaturan dari Yang Maha Kuasa.

  Ini hanya pemahaman yang bersifat pribadi untuk sharing-sharing aja,
  kalau ada kata2 yang tidak berkenan mohon maaf dan juga mohon dikoreksi.

  Salam,

  A TI

  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "RM Danardono HADINOTO"
  <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Flora Anggraini 
  > <floraanggraini@> wrote:
  > 
  > Prinsipnya agama Buddha mengakui kalo Dewa itu emang ada alamnya, 
  > maksudnya Buddhis mengakui juga keberadaan Dewa-Dewa dalam tradisi 
  > lain kayak KHC, Taoisme, Hindu, Yunani,dll. Tapi memang pembagian 
  > alamnya yang beda........
  > 
  > 
  > *** Wahh mohon hati hati mbak Flora. Keberadaan dewa dewa dalam 
  > ajaran lain, seperti KHC, Tao, Hindu dan Yunani adalah totally 
  > different. Dalam KHC dan Tao mereka adalah sosok yang dihormati, dan 
  > didewakan, mirip dengan para santo dan santa dalam agama Katholik 
  > Roma. Dalam Hindu dan Yunani, mereka adalah sosok ilahi (deity), 
  > diatas manusia.
  > 
  > Mungkin "alam dewa" dalam Buddhisme lebih mirip dengan sebutan "alam 
  > roh" dalam agama agama Ibrahim (Yahudi, Kristiani dan Islam). Mereka 
  > adalah sosok yang exist didunia lain, bukan di alam manusia, tak 
  > pernah dilahirkan (seperti malaekat dalam agama Ibrahim). Tak ada 
  > nama bagi satu dewapun dalam agama Buddha, mereka tunduk pada hukum 
  > kharma (dalam pantheon Hindu para dewa tidak tunduk pada hukum 
  > kharma).
  > 
  > Kwankong, misalnya, dalam tradisi KHC pernah hidup menjadi manusia, 
  > kemudian dihormati sebagai dewa, mirip dengan santo Kristoforus dalam 
  > agama katholik, yang juga pernah hidup. Tetapi dewa Indra, tak pernah 
  > menjadi manusia, dan merupakan bagian dari alam ilahi. Dalam ajaran 
  > Buddha, seperti juga "alam roh" dalam agama agama Ibrahim, tak ada 
  > satupun penghuni alam dewa yang dikenal namanya, apalagi dipuja dalam 
  > doa. Mereka juga tidak lebih tinggi daripada manusia.
  > 
  > 
  > Mohon pencerahan tambahan dari para pakar.
  > 
  > Salam
  > 
  > Danardono
  > 
  > >
  > > Sorry kalo tabelnya gak jelas, soalnya saya copy paste malah jadi 
  > berantakan. Nih kalo mau liat tabelnya klik aja 
  > http://www.nshi.org/Buddhisme/Indonesia%20Buddhisme/Tabel-Alam-
  > Kehidupan.htm dan penjelasannya ada di 
  > http://www.nshi.org/Buddhisme/Indonesia%20Buddhisme/31-Alam-
  > Kehidupan.htm
  > > Saya juga coba attach filenya buka aja. Thanks
  > > Flora Anggraini <floraanggraini@> wrote: Saya cuma mau 
  > coba share aja dari sisi Buddhis walaupun masih sangat terbatas.Kalo 
  > setau saya, Di Buddhis itu dewa-dewa ada pembagiannya menurut 
  > tingkatan alam mulai dari yang paling rendah Catumaharajjika 
  > (biasanya ada di sekeliling kita) sampe yang tinggi. Jadi gak ada 
  > kayak yang Dewa yang khusus-khusus banget (kayak Dewa Wisnu Hindu, 
  > KwanKung,dll), pokoknya semua makhluk walaupun dia bukan penganut 
  > Buddhis kalo emang karma baiknya berbuah untuk jadi Dewa pada saat 
  > meninggal maka dia akan terlahir di alam Dewa.Prinsipnya agama Buddha 
  > mengakui kalo Dewa itu emang ada alamnya, maksudnya Buddhis mengakui 
  > juga keberadaan Dewa-Dewa dalam tradisi lain kayak KHC, Taoisme, 
  > Hindu, Yunani,dll. Tapi memang pembagian alamnya yang beda. 
  > > 
  > > Ini ada tabel 31 alam kehidupan menurut pandangan Buddhis, anda 
  > bisa liat posisi tingkatan Dewa juga. Kalo Arahat sudah tidak 
  > terlahir lagi di 31 alam ini
  > > 
  > > ALAM - ALAM KEHIDUPAN 
  > > Batas Umur 
  > > 4 - ARUPA LOKA
  > > (Alam Tanpa Bentuk)
  > > 4. N'eva Saññã N'ãsaññãyatana
  > > 3. Akiñcaññãyatana
  > > 2. Viññãnañcãyatana
  > > 1. Ãfkãsãnañcãyatana 
  > > 84.000 M.K.
  > > 60.000 M.K.
  > > 40.000 M.K.
  > > 20.000 M.K.
  > > 16 - RUPALOKA
  > > (Alam Bentuk)
  > > Catuttha Jhãna Bhümi
  > > Alam Jhãna IV 
  > > Suddhavassa >>
  > > Akanittha 
  > > Sudassi 
  > > Sudassa 
  > > Atappa 
  > > Aviha 
  > > Asaññasatta 
  > > Vehapphala 
  > > 16.000 M.K.
  > > 8.000 M.K.
  > > 4.000 M.K.
  > > 2.000 M.K.
  > > 1.000 M.K.
  > > 500 M.K.
  > > 500 M.K.
  > > Tatiya Jhãna Bhümi
  > > Alam Jhãna III
  > > 
  > > Subhakinha 
  > > Appamãnasubha 
  > > Parittasubha
  > > 64 M.K.
  > > 32 M.K.
  > > 16 M.K.
  > > Dutiya Jhãna Bhümi
  > > Alam Jhãna II
  > > 
  > > Abhassara 
  > > Appamãnabha 
  > > Parittabha
  > > 1 A.K.
  > > 1/2 A.K.
  > > 1/3 A.K.
  > > 11 - KÃfMALOKA
  > > (Alam Nafsu)
  > > 7 - Sugati
  > > (Alam Bahagia)
  > > 6 - Devaloka >>
  > > (Alam Surga)
  > > Paranimmitavasavatti 
  > > Nimmãnarati 
  > > Tusita 
  > > Yãma 
  > > Tãvatimsa 
  > > Cãtummahãrãjika
  > > 16.000 T.S.
  > > 8.000 T.S.
  > > 4.000 T.S.
  > > 2.000 T.S.
  > > 1.000 T.S.
  > > 500 T.S
  > > Manussa - Alam Manusia 
  > > Tak Terbatas
  > > 4 - Dugati (Alam Menderita) >>
  > > Asurayoni 
  > > Petayoni 
  > > Tiracchãnayoni 
  > > Niraya
  > > Tak Terbatas
  > > Tak Terbatas
  > > Tak Terbatas
  > > Tak Terbatas
  > > 
  > > Keterangan : 
  > > M.K. = Mahã Kappa 
  > > A.K. = Asangkheyya Kappa 
  > > T.S. = Tahun Surgawi 
  > > 
  > > Untuk penjelasan tabel lebih detail silahkan buka 
  > http://www.nshi.org/Buddhisme/Indonesia%20Buddhisme/31-Alam-
  > Kehidupan.htm secara garis besar terbagi atas:
  > > 1. Empat Alam Kemerosotan (apâyabhûmi),
  > > 2. Satu Alam Manusia (manussabhûmi), 
  > > 3. Enam Alam Dewa (devabhûmi), 
  > > 4. Enam Belas Alam Brahma Berbentuk (rûpabhûmi), dan 
  > > 5. Empat Alam Brahma Nirbentuk (arûpabhûmi)
  > > 
  > > Ini aja penjelasan sederhana dan terbatas dari saya. Semoga 
  > bermanfaat. Terima kasih.
  > > 
  > > prometheus_promise <prometheus_promise@> wrote:
  > > Jadi teringat dengan paragraf terkenal dari Xenophanes, filsuf 
  > > yunani, yang isinya sbb:
  > > 
  > > " The Ethiops say that their gods are flat-nosed and black,
  > > While the Thracians say that theirs have blue eyes and red hair.
  > > Yet if cattle or horses or lions had hands and could draw,
  > > 
  > > And could sculpture like men, then the horses would draw their gods
  > > Like horses, and cattle like cattle; and each they would shape
  > > Bodies of gods in the likeness, each kind, of their own. "
  > > 
  > > BTW, apakah di dalam daojia, atau rujia/KHC, atau budhism, ada 
  > > pembagian/pembedaan tingkat antara dewa dengan orang suci/heroes ?
  > > 
  > > Sepengetahuan saya, dewa-dewa dalam dao, berbeda dengan yang di 
  > KHC, 
  > > juga dengan yang di budhism. Apakah memang demikian ? Apa saja 
  > > perbedaannya ? 
  > > 
  > > Maaf, kalau topik seputar dewa, pertanyaannya jadi banyak :) 
  > > 
  > > Prometheus
  > > 
  > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Skalaras" <skalaras@> 
  > > wrote:
  > > >
  > > > Saya setuju pendapat Sdr Yongde, seperti dalam budaya yunani, 
  > dewa 
  > > dewi dalam budaya Tionghoa dibuat sesuai dng citra manusia dan 
  > sesuai 
  > > dng tatanan masyarakat di bumi. Bahkan, banyak dewa yang di sembah 
  > > dalam klenteng sebenarnya adalah tokoh manusia yang pernah hidup 
  > > beneran, karena jasa atau ketokohannya diangakat menjadi dewa.
  > > > 
  > > 
  > > ---------------------------------
  > > Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di 
  > Yahoo! Answers
  > > 
  > > [Non-text portions of this message have been removed]
  > > 
  > > 
  > > 
  > > 
  > > 
  > > 
  > > 
  > > 
  > > ---------------------------------
  > > Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di 
  > Yahoo! Answers
  > > 
  > > [Non-text portions of this message have been removed]
  > >
  >



   


------------------------------------------------------------------------------


  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG. 
  Version: 7.5.519 / Virus Database: 269.22.12/1372 - Release Date: 10/04/2008 
17:36




[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to