Ya betul, TUA HA.

Tapi sedihnya terutama di Jakarta. Tradisi tata cara
berpakaian sudah jarang diikuti. Biro2 3 tahun, 3 hr
belum tentu diikutin. Umumnya masih diperboleh/
beraksesoris emas sekalian anak kandung. Alas kaki
saja masih bisa berwarna merah walaupun sedikit.

Khususnya untuk aliran tertentu, Hio juga sudah jarang
diperhatikan, biasanya anak-cucu harus menggunakan hio
kaki hijau selama 100 hari dan diluar itu pelayat or
saudra2 gunakan hio kaki merah. Apakah di Jakarta
masih menjalankan tradisi ini ???    

Belum lagi urutan "tiam hio" dimana anak kandung laki
duluan disertakan menantu perempuan, menantu
laki-laki, anak kandung perempuan, cucu laki2 dalam,
cucu perempuan dalam, cucu laki2 luar, cucu perempuan
luar dst secara ber-urutan. Heran-nya kadang kadand
pelayat yang berebutan tiam hio duluan daripada anak
dan saudara dari yang meninggal.   
--- Ulysee <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Menarik, nih menarik. 
>  
> Dulu emang sebagai anak cucu melakukan yang namanya
> TUA HA 
> alias pake baju belacu kalau ada yang meninggal
> sampai 100 hari. 
> terus sesudah itu pake baju putih dengan kain hitam
> di lengan sampai
> 1000 hari.
> Jaman sekarang gue jarang melihat yang masih
> melanjutkan adat tersebut, 
> padahal katanya kalau sanggup Tua Ha sampai 1000
> hari itu baru namanya
> anak berbakti. 
>  
> Sekarang setahu gue ritual perkabungan yang namanya
> TUA HA ini sudah
> dipersingkat. 
> paling tidak sampai hari ke 3 masih Tua Ha, 
> lalu mempertahankan pakai baju putih dan kain hitam
> di lengan paling
> sampai hari ke 49 
> itu pun udah nggak wajib pake baju blacu, asal
> warnanya putih atau hitam
> aja cukup lah.
>  
> Malahan ada lagi yang tidak mau TUA HA, 
> jadi pada hari ke 3 dan hari ke 7 dia pake baju
> putih yang ada
> merah-merahnya, 
> tandanya tidak akan melakukan Tua Ha, dan bebas dari
> kewajiban pakai
> baju putih itu.
>  
> Tapi gue nggak tahu, TUA HA itu bahasa apa ya? dan
> artinya apa?
> Kenapa sih kalau perkabungan itu sampai 1000 hari?
> dasarnya apa?
>  
> Terus mengenai upacara menangis itu pernah jadi
> kasus besar di kalangan
> penganut Konghucu Indonesia, 
> lupa tahun berapa, tapi kemudian diputuskan adat
> perkabungan nggak pake
> nangis-nangis sepanjang jalan dari tempat duka
> sampai ke pekuburan.
> Kalau nangis sehari tiga kali dibahas nggak ya....
> ntar buka buku
> dulu.......
>  
>  
>  
>  
> 
> -----Original Message-----
> From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf
> Of Isone
> Sent: Wednesday, April 16, 2008 12:11 PM
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Tata cara sembayang
> orang baru meninggal
> ( adat tionghoa)
> 
> 
> 
> Mungkin ini hanya sebagai tambahan informasi saja.
> Ataupun lain daerah lain adat istiadatnya.
> 
> Seingat saya sewaktu ayah saya meninggal di tahun
> 1974, tata cara sembahyang masih lebih detail dari
> hari pertama meninggal s/d 3 tahun meninggal.
> Kami sebagai anak cucup wajib mentaati segala
> peraturan yang ada. Berikut ini adalah segaian
> kegiatan yang masih saya ingat (maklum waktu itu
> saya
> masih umur 10th).
> 
> Hari 1 s/d 7
> 
> - Sebelum tutup peti, anak cucu wajib membakar gin
> cua
> di ujung kaki almarhum.
> - Detik terakhir sebelum dimasukan ke peti, anak
> cucu
> memberikan makanan berupa nasi & sayur kepada
> almarhum
> dengan meletakkan barang 1-2 biji nasi di mulut
> almarhum.
> - Semua anak cucu tidak boleh ada yg memakai
> perhiasan, pakaian merah dll selain putih (blacu)
> - kain kecil (warna putih + potongan semacam rumput
> kering) tetap harus nempel dilengan baju sebelah
> kiri.
> - Almarhum dibuatkan kamar mandi + aksesoris selama
> almarhum belum dikebumikan.
> - Sehari tiga kali, anak cucu harus sembahyang
> dengan
> tangisan untuk seolah2 membangunkan almarhum untuk
> menikmati persediaan makanan, kopi, teh, rokok. 
> 
> Hari pemakaman s/d 100 hari
> 
> - Kita sembahyang kue jembatan seolah2 Almarhum baru
> sadar bahwa dia telah meninggal dengan penampakan
> kukunya yg berubah warna hitam setelah melewati
> jembatan.
> 
> - Sembahyang terakhir untuk mengantar jenazah untuk
> dimakamkan, anak perempuan harus menyediakan kepala
> (maaf) babi untuk penyembahan. tapi saya lupa
> perbedaan kepala babi warna putih dan merah.
> kemudian
> ada ekor babi juga. Saya lupa artinya apa.
> 
> - Sederek prosesi pada umumnya dilakukan juga
> seperti
> tabur bunga, lempar tanah dll.
> 
> - Setelah selesai, potongan rumput kering kecil
> tetap
> harus tetap dikenakan selama 100 hari.
> 
> - Sembahyang 100 hari kembali dilakukan di kuburan
> dan
> harus sebelum ayam berkokok.
> 
> Hari ke 1 tahun
> 
> - Setelah sembahyang 100 hari, potongan rumput mulai
> dilepas dan tinggal kain putih saya. 
> 
> Hari 1 tahun ke 3 tahun
> 
> - Setelah sembahyang ke 1 tahun, potongan kain putih
> diganti dengan kain hitam.
> 
> Setelah lepasa dari 3 tahun, kami sebai anak baru
> dinyatakan bebas untuk memakai pakaian variasi warna
> merah.
> 
> Demikianlah sepengetahuan dan seingat saya pada
> tradisi kami. Mohon maaf jika ada kesalahan kata
> kali
> ini.
> 
> --- Purnama Sucipto Gunawan <HYPERLINK
> "mailto:east_road%40yahoo.com"[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
> 
> > Dalam lingkungan Tradisi masyarakat tionghoa;
> salah
> > satunya adalah
> > penghormatan kepada leluhur termasuk salah satu
> > bagian tradisi
> > masyarakat Tionghoa. Disini saya membahas
> bagaimana
> > tata cara
> > sembayang masyarakat tionghoa kepada orang yang
> baru
> > saja meninggal.
> > 
> > 1. Hari 1 Penguburan / pembakaran : Pada hari
> > pertama penguburan
> > diadakan upacara penguburan. Upacara penguburan
> > masyarakat Tionghoa ;
> > tidaklah jauh beda dengan masyarakat budaya
> lainnya.
> > Disini Dalam 
> > lingkungan Masyarakat Tionghoa biasanya akan
> dimulai
> > upacara resesi
> > sembayang, biasanya pemuka agama melakukan doa
> > kepada si meninggal dan
> > juga diikuti oleh keluarga si meninggal. Setelah
> itu
> > penurunan peti
> > mati; disini pihak keluarga dilarang melihat
> > penurunan peti mati dan
> > termasuk tamu pengunjung. (salah satu kepercayaan
> > masyarakat tionghoa,
> > bila melihat turunnya peti. ada kemungkin menyusul
> > si meninggal atau
> > usahanya jatuh atau meninggal). Setelah itu
> > penaburan kembang ke liang
> > kubur dengan dibarengi doa, dan setiap pihak
> > keluarga mengambil satu
> > gegam tanah dan dilempar kepeti mati sebagai tanda
> > menghormati si
> > meninggal. Setalah selesai resesi ini dilanjuti
> > pemuka agama dengan
> > pembagian gandum,koin, kacang ijo, jagung sebagai
> > simbolik si
> > meninggal memberikan berkah kepada pihak keluarga(
> > semangkin banyak
> > mendapatkanya semangkin banyak rejekinya). Dan
> > terakhir upacara si
> > pemuka agama melakukan doa kepada barang - barang
> > sembayang seperti
> > rumah rumahan dan material yang dibutuhkan oleh si
> > meninggal. (catatan
> 
=== message truncated ===



      
____________________________________________________________________________________
Be a better friend, newshound, and 
know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.  
http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ

Reply via email to