Kolom IBRAHIM ISA

18 April 2008


Sekitar Zhou Enlai - Potret Seorang Intelektual Revolusioner, Sebuah 
Biografi oleh Han Suyin --


Dua hari yang lalu, 16 April, 2008, melalui pos-udara aku menerima 
sebuah buku, kiriman sahabatku dari Paris, Umar Said. Gembiranya hatiku. 
Ini realisasi janjinya padaku sebelumnya. Suatu ketika Umar Said 
menilpun aku. Dia cerita bahwa ia menerima 3 buah buku tulisan Han Suyin 
tentang biografi Zhou Enlai dari Jusuf Isak, pemimpin Hasta Mitra, yang 
meluncurkan buku tsb di Indonesia bulan Maret yang lalu. Menurut Hasta 
Mitra, buku Biografi Zhou Enlai, edisi Indonesia, diluncurkan dalam 
bulan Maret, adalah berkenaan dengan memperingati ulangtahun ke-110 hari 
kelahirannya pada tanggal 05 Maret 110 tahun yang lalu.


Hasta Mitra dalam keterangannya mengenai Edisi Istimewa ini (Penerjemah 
Harsutejo), menulis bahwa Zhou Enlai, adalah seorang politikus yang 
berkarakter, pemimpin teladan yang steril sebersih-bersihnya dari 
korupsi dan kepentingan diri sendiri. Sepanjang usianya ia berbakti 
tanpa pamrih bagi kebebasan rakyat Tiongkok dan pembangunan Persatuan 
dan Kesatuan Tiongkok Baru yang Sosialis.


Judul edisi pertama bahasa Inggris (1994), ialah 'Eldest Son, the Making 
of Modern China, 1898 – 1976'. Edisi Taiwan, 1995. Sedangkan aslinya 
terbit dalam bahasa Tionghoa di Beiijing (1992), berjudul 'Zhou Enlai yu 
Tade Shiji, 1898 – 1976'.


* * *


Tentu orang bertanya: Lalu, bagaimana saling hubungannya Umar Said, 
Jusuf Isak dan Hasta Mitra, dan sampainya buku tsb ditanganku beberapa 
hari yang lalu. Begini: Rupanya Umar Said, adalah 'kompanyon' Hasta 
Mitra di Paris/Eropah. Maka ketika Hasta Mitra sedang mengusahakan 
persetujuan penulis Han Suyin untuk menerbitkan edisi Indonesia, Umar 
Said diminta untuk menemui Han Suyin di tempat kediamannya di Lausanne, 
Swis. Berangkatlah Umar Said dan istrinya Ninon, berkunjung ke Han 
Suyin. Dan misinya sukses!


Umar Said bercerita mengenai pertemuannya dengan penulis kaliber 
internasional Han Suyin. Cerita Umar Said itu masuk di LAMPIRAN II buku 
Han Suyin tsb, atas nama Umar Said, Hasta Mitra – Paris. Makanya, begitu 
buku selesai dicetak dan diluncurkan, Jusuf Isak – bayangkan per pos 
udara - mengirimkan tiga eks ke Paris. Satu diantaranya diberikannya 
kepadaku.


Ini bukan tanpa kelanjutannya. Ada buntutnya juga. Aku lalu diminta 
untuk menulis sedikit mengenai peluncuran buku biografi Zhou Enlai tsb. 
Tambah lagi: Supaya menanyakan kepada sahabat-sahabat yang ingin 
memiliki buku tsb silakan mencatatkan namanya kepadaku.


Kufikir, nama Han Suyin sudah begitu terkenal dan tenar sebagai penulis 
sejarah, politik dan biografi dua pemimpin besar Tiongkok, Mao Dzedong 
dan Zhou Enlai, apa masih perlu lagi ada semacam resensi? Dan untuk 
membuat semacam resensi terhadap buku novelis, sejarawan cendekiawan Han 
Suyin, yang tebalnya 489 halaman, rasanya sulit sekali.


Dalam uku tsb didepan terdapat 'Pengantar Edisi Indonesia' oleh penerbit 
Hasta Mitra, Jusuf Isak; Epilog Penerbit dan surat terima kasih Han 
Suyin kepada semua fihak yang membantunya.


Di sini kusarankan pembaca untuk dengan terfokus membaca Kata Pengantar 
dan Epilog yang ditulis oleh Jusuf Isak, pemimpin penerbit HASTA MITRA.


Di situ Jusuf mengangkat a.l yang terpenting segi KEMANDIRIAN tokoh Zhou 
Enlai, kemandirian Mao Dzedong, sebagai pimpinan Partai Komunis Tiongkok 
dan pemimpin revolusi dan negara Tiongiok Baru, dalam perjuangan, dalam 
menghadapi pelbagai masalah politik dalam negeri dan internasional. 
Jusuf Isak kemudian menulis tentang pemimpin nasion dan revolusi 
Indonesia, Bung Karno, yang selalu berpegung teguh serta mengajarkan 
pentingnya prinsip MANDIRI dan KEMANDIRIAN, dalam perjuangan melawan 
kolonialisme dan imperialisme, dalam membangun suatu Indonesia yang adil 
dan makmur.


Tulisabku ini, tak lain tak bukan, sekadar untuk menggugah pembaca 
supaya membaca sendiri buku Han Suyin mengenai Zhou Enlai tsb.


* * *


Barangkali ada baiknya untuk membaca apa yang ditulis Han Suyin pada 
akhir bukunya, untuk memperoleh gambaran bagaimana penulis Han Suyin 
memandang Zhou Enlai:

(Kutip) -- Han Suyin: 'Hampir dua dekade setelah wafatnya Zhou Enlai 
pada tahun 1976, seorang negarawan keliber dunia, PM Tiongkok, 
terjadilah banjir penerbitan buku-buku, dan puisi yang membicarakan 
pribadi Zhou (edisi Inggris, 1994 – HM).


'Ratusan orang setanah-air yang pernah bertemu Zhou, pernah bekerjasama 
dengannya, pernah merasakan daya tarik magis kepribadiannya, mereka 
semua merasa sangat terpengaruh oleh pemimpin Tiongkok berkharisma itu. 
Jutaan pelajar yang belum pernah mengenalnya membicarakan tokoh ini 
sebagai negarawan paling terhormat, penuh pengabdian kepada rakyat 
sepanjang sejarah Tiongkok. Kecintaan tulus, rasa kagum dan hormat 
terhadap tokoh ini sebagai 'yang tersayang', menyebabkan menulis buku 
biografi tentang dirinya menjadi pekerjaan cukup sulit.


'Saya sendiri berusaha menemukan berbagai kekurangannya, dan juga 
menuliskannya. Tetapi, di Tiongkok, mengungkap kekurangan Zhou malah 
justru dianggap bukti betapa besar perhatian Zhou Enlai pada orang lain, 
betapa besar kesediaannya melihat sudut-pandang orang lain, betapa ia 
mempercayai orang lain'.....(kutipan selesai).


Buku Han Suyin mengenai Zhou ini terdiri dari Lima Bagian:

Bagian Pertama (1898-1924), yang dimulai masa kanak-kanak dan pemuda 
Zhou , dan pengembaraan ke Eropah – Dari Komintern sampai Kuomintang;

Begian Kedua (1924-1935) Tentang Tugas dan Cinta sampai Long March, tiba 
di Yenan.;

Bagian Ketiga (1935-1949) Diplomasi Zhou menghadapi Chiang Kaishek 
sampai Proklamasi RRT; Bagian Keempat (1949-1966) Perang Korea sampai 
Perang Vietnam dan Bom Atom Tiongkok, dan Bagian Kelima ( 1966-1978). 
Dari Revolusi Kebudayaan sampai komplotan Gang of Four, perlawanan Zhou 
dan berakhir dengan meninggalnya Zhou Enlai.


* * *


Dengan segala kerendahan hati sebagai sejarawan tanpa titel <karena 
studi dan profesi Han Suyin aslinya adalah di bidang kesehatan. Han 
Suyin bertahun-tahun berpraktek sebagai dokter di HK), Han Suyin, 
menulis sbb:


'Menulis biografi mendiang Zhou Enlai, sungguh rumit. Mengisahkan 
riwayat hidup apa adanya, perilaku dan wasasan pemikirannya, semangat 
dan emosinya, berat sekali dikerjakan hanya dalam beberapa ratus 
halaman. Bagi orang-orang baratpun, menulis biografi orang besar ini 
menjadi tantantangan yang nyaris tidak terkerjakan.


'Mengenai aktivitas sepanjang hidupnya, mau tak mau musuh-musuh 
politiknya pun serba memujinya. Itulah sebabnya bagi para penerbit barat 
menerbitkan biografi Zhou Enlain menjadi sangat sulit. Zhou Ehlai 
seorang politikus masyhur, kaliber dunia. Bukan saja kecerdesannya 
melebihi orang lain, dia kaya dan pemikat, mempersona dan mengesankan. 
Keberaniannya luar biasa, dan juga samasekali tidak mementingkan diri 
sendiri sedikitpun. Dia membaktikan segenap jiwa-raganya, 
mempersembahkan semua yang dimiliki kepada nusa dan bangsa. Orang macam 
ini susah ditemukan dalam dunia politik masa kini'


'Sekarang sejarawan barat suka sekali mencari-cari kesalahan orang-orang 
tersohor, apalagi komunis seperti Zhou Enlai. Selalu ada diantara mereka 
bertanya kepada saya: “Han Suyin, menurut anda, Zhou Enlai selalu adil 
dan jujur, tidak lemah dan tidak penakut. Apakah dia sedikit pun tidak 
penya kejelekan?” Saya sulit menjelaskan pada orang barat, mengapa Zhou 
Enlai setitik debu pun tidak bernoda, dan sama sekali tidak akan membusuk.'


'Seperti kita semua tahu, banyak orang ternama di dunia barat (juga di 
Indonesia – Ed HM), mempunyai kelemahan tidak sedikit, bahkan ada 
kalanya sangat egois dan keji. Mencoba mengorek-ngorek borok orang 
bermartabat tinggi seperti Zhou Enlai di tahun-tahun belakangan ini 
rupanya sudah menjadi sangat umum.


Sebagai seorang sejarawan yang berusaha obyektif dalam penulisan Zhou 
Enlai, Han Suyin segera menambahkan:


'Tentu saja seorang penulis biografi tidak bisa dan tidak boleh 
menjadikan tokohnya seorang nabi, memuji-muji doang tanpa ada kritik. 
Sang tokoh boleh adil, jujur, tidak kena suap, bergelimang sukses dalam 
perjuangan yang heroik, tidak-tunduk hebat dan cemerlang, namun penulis 
harus juga menunjukkan kelemahan, cacat dan kesalahan sang tokoh.


'Gambaran kelewat melebihi kenyataan, biografi yang penuh serba 
puji-puji seperti itu merupakan biografi yang tidak bagus, mesti dibuang 
jauh-jauh kata-kata indah gemerlapan. Biarlah masyarakat dengan obyektif 
menarik kesimpulannya sendiri'.


Kemudian Han Suyin tak luput mengeritik sementara penulis Tiongkok. 
Tulis Han Suyin: 'Sangat disayangkan di Tiongkok, dalam menulis biografi 
selalu ada semacam kecondongan 'melukis ular manambah kaki'. Terlalu 
berkelebihan mengobral kata pujaan. Hasilnya malah sebaliknya, bukan 
saja mengurangi kepercayaan umum terhadap biografi, tetapi malahan 
membikin pembaca tidak mengenal tokoh yang mau diperkenalkan'.


Baik dibaca juga bagaimana tokoh Zhou Enlai dan kata-katanya telah 
mengubah pandangan dan jalan hidup Han Suyin:


'Dalam buku saya yang lain, pernah dengan terbuka saya tulis tentang 
pertemuan pertama kali saya dengan Zhou Enlai bersama istrinya, Deng 
Ying Chao, perempuan yang sangat saya hormati. Ketika itu tahun 1956, 
saya berbicara dua jam dengan Zhou; dan pembicaraan pertama kali itu 
mengubah perjalanan hidup saya untuk seterusnya. . .


'Kesan saya yang paling mendalam adalah ketika Zhou Enlai berkata bahwa 
pandangan kita boleh berbeda, malah ia lebih suka pandangan yang 
berbeda. Zhou mengetahui, dunia ini beraneka ragam, ada berbagai 
pandangan yang tidak sama. Dia terima baik pemikiran yang berbeda 
dengannya, karena dia mengerti sekali melalui perdebatan, otak manusia 
barulah terasah menjadi lebih tajam. Sampai hari ini bila mengingat Zhou 
Enlai, mengingat suasana pertemuan-pertemuan kami, saya merasa sangat 
sedih dan menggigil mendengar berita duka dia meninggal. Itulah saat 
paling menyedihkan dalam hidup saya, bahkan melebihi pedih saat ayah 
saya meninggal dunia.'


Segera lagi Han Suyin bicara sebagai sejarawan yang berusaha berkepala 
dingin:


'Namun, penulis biografi harus bisa mengendalikan perasaasn sendiri. 
Kelewat terbawa perasaan pribadi, dapat mempengaruhi biografi yang 
digarapnya. Dalam buku ini saya sudah kesampingkan perasaan pribadi. 
Yang saya tulis adalah kenyataan – hanya kenyataan. Hal ini saya 
tekankan karena masih ada satu sebab lain penting mengapa saya menulis 
biografi Zhou Enlai secara realistis, yaitu harapan saya agar pemuda 
Tiongkok kenal dan mendalami pribadi Zhou Enlai.


* * *


Harapan Han Suyin dengan penulisan bukunya mengenai biografi Zhou Enlai? 
Sebagai berikut:

Buku ini merupakan kenangan dan penyataan kekaguman pribadi saya 
terhadap seorang tokoh besar. Saya percaya kebesaran Zhou Enlai akan 
abadi selalu, saya harap buku ini berperan sebagai 'melempar batu – 
mendapat giok'. Saya merasa seharusnya semua sekolah di Tiongkok harus 
mengajar riwayat hidup Zhou Enlai, karena beliau telah membangun sejarah 
revolusi Tiongkok dan pembebasan Tiongkok yang cemerlang. (Han Suyin, 1994).


* * *


Harapan Han Suyin agar generasi muda Tiongkok, diberikan pelajaran 
mengenai riwayat Zhou Enlai, bahwa hal itu dilaksanakan di Tiongkok, itu 
kusaksikan sendiri.


Pada musim semi tahun 1998, bersama isteriku Murti, kami berkunjung lagi 
ke Tiongkok atas undangan Chinese Association for Friendship With 
Foreign Countries, sesudah 10 tahun meninggalkan Tiongkok pindah ke 
Eropah. Saat itu pas di Beijing sedang berlangsung PAMERAN 100 TAHUN 
ZHOU ENLAI. Begitu lengkap dan menarik untuk disaksikan penyelenggaraan 
Pameran 100^th Zhou Enlai. Tanpa ditanya lebih dulu, kami ajukan kepada 
tuanrumah yang mengundang kami ketika itu untuk berkunjung ke Pameran 
100^th Zhou Enlai.


Pameran tsb setiap hari penuh-sesak dikunjungi dari pagi sampai malam 
hari, oleh rakyat Tiongkok tua dan muda, yang dari Beijing maupun dari 
kota-kota dan provinsi serta daerah lain di Tiongkok. Begitu juga para 
perantau Tionghoa yang datang berkunjung ke Tiongkok. Berduyun-duyun 
mengunjungi pameran tsb.


Kami meninggalkan Pameran 100^th Zhou Enlai, dengan kesan yang amat 
mendalam mengenai tokoh pejuang dan pemimpin besar Tiongkok, Zhou Enlai.


Namun, kunjungan kami ke Pameran 100^th Zhou Enlai di Beijing tempohari, 
dan beberapa buku yang telah kubaca mengenai Zhou Enlai, sedikitpun 
tidak mempengaruhi keinginan untuk membaca biografi yang ditulis oleh 
Han Suyin tentang Zhou Enlai.




* * *




------------------------------------

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke