mas, rasanya seh gak aneh kale ya kalu getu, soalnye waktu itu katanye di airport cengkareng ada yg jualan mobil.
eh mendingan kita adain nonton bareng aje yuk --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Narpati Pradana" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > 2008/6/11 Ulysee <[EMAIL PROTECTED]>: > > > > > Gue jadi penasaran, emang Anton nya kenapa sih? > > dia jualan tiket? Calo tiket atau apa? > > hadoohhh besok gue nonton deh! > > > > Antonnya jualan tiket pesawat pada bulan Mei 1998. Tapi beli tiketnya pakai > sertifikat tanah dan semacamnya karena ATM2 rusak dan bank2 tutup. > > > > > > > > > > Gue tertarik kalimat yang ini : > > "Seakan-akan peristiwa memilukan di tahun 98 hanya sebuah mimpi bagi > > mereka." > > > > Gue nyengir, getir. > > Emang iya, buat sebagian yang mengalami memang kayak mimpi.... mimpi > > buruk yang nggak pengen diingat-ingat lagi. > > > > > > Lha memangnya diharapkan kayak apa toh? > > > > Tonton filmnya dulu deh, mBak Uly. > Nanti pasti terasa di bagian akhirnya. Terlalu dipaksakan happy end ^_^ > Filmnya layak untuk ditonton kok. Setidaknya digarap dengan serius (gak > kayak komedi2 selangkangan produksi Raam Punjabi yang kualitas kameranya > buruk banget) walau editingnya agak lompat-lompat. > > Tapi kalau gak sempat, silakan baca resensi dari Hikmat Darmawan di > RumahFilm, http://www.rumahfilm.org/resensi/resensi_may.htm .Lihatlah, ia > juga merasa nggak nyaman dengan akhir film. Tapi bedanya, beliau lebih > melihat ke musik film. > > Viva menutup *May* dengan sebuah pertanyaan terbuka tentang "akhir bahagia" > bagi sebuah film. Seperti saya duga saat menonton (dibenarkan oleh > keterangan Viva sendiri dalam konperensi pers, karena banyak wartawan film > kebingungan), musik bernada menekan dan menggelisahkan dari Dwiki Dharmawan > (yang menata latar musik film ini dengan piawai) yang mengiringi sebuah > adegan bahagia para tokoh film ini membuat kita curiga: benarkah akhir > bahagia ini yang "terjadi"? Apalagi kamera memang melakukan penyimpangan * > angle* dan tak stabil, seperti *nervous* (gugup, gelisah), untuk adegan ini. > > Adegan yang "aneh" dan tiba-tiba itu sangat pendek, sangat tidak memadai > bagi sebuah "akhir bahagia". Sampai-sampai seorang wartawan film masih muda > bertanya pada Viva, kalau *ending*-nya begitu, apa berarti Viva berpikir > akan ada sekuel bagi film *May *ini? Setelah sedikit tercekat, Viva menjawab > diplomatis, "*Nggak*. Sekuelnya biarkan ada di hati para penonton saja." > > > Tapi baca resensinya Hikmat Darmawan, jadi ingat satu kutipan lagi dari > filmnya > > "kita mau ngungsi ke mana? Kita sudah dua ratus tahun tinggal di sini" > > > > Oh iya.. aku lupa. > *water cannon* itu sudah dipakai di bulan Mei 1998 atau belum sih? > Seingatku, *water cannon* itu baru dipakai di demonstrasi Semanggi November > 1998. Yang aktivis saat itu siapa yah? Mas Suma Mihardja? > > Soalnya di film, di tayangan TV-nya ada adegan itu. > > Aku juga gak yakin saat itu ada politikus yang berani memajang poster Che > Guevara sangat besar di kantornya. Mau digrebek ama intel orba apa.. > > > > > > > > > > -----Original Message----- > > From: budaya_tionghua@yahoogroups.com > > [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Narpati Pradana > > Sent: Tuesday, June 10, 2008 4:46 AM > > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: karakter Anton dalam film May ===> > > Potogan beberapa artikel film May > > > > > > Jadi intinya, apakah karakter Anton itu beneran pernah ada? > > Karena jujur saja, aku kaget ada yang mencari untung dengan menjual > > tiket. Lebih kaget lagi, di film 'May' terlihat bahwa karakter Anton itu > > bermata sipit. > > > > Oh ya, tentang resensi dari KG (Kafe Gaul kah?) aku gak setuju kalau > > filmnya disebut tidak bertutur. Di filmnya sangat jelas mana bagian dari > > 10 tahun yang lalu, mana yang masa kini walaupun tidak pakai efek > > Sephia, BW atau efek2 yang biasanya sering digunakan untuk flash-back. > > Alur loncat-loncat itu sekarang sudah jamak digunakan. Paling gampang, > > lihat saja Batman Begins atau Irreversible. > > > > Paling gampang untuk tahu adalah dengan melihat model rambut tokohnya. > > Untuk mengesankan karakter May dan Antares muda (usia 20-an), rambut > > Jeanny Chang sengaja dibuat berponi, sementara jenggot Yama Carlos > > dibuat berantakan dan pakaian seadanya. Sementara untuk May dan Antares > > tua (usia 30-an), rambut Jeanny Chang disisir ke belakang sementara gaya > > berpakaian Yama Carlos lebih rapih dan jenggotnya lebih tercukur walau > > masih ada dan Yama menggunakan kacamata. > > > > Ide karakter-karakter di film juga cukup orisinil untuk film Indonesia. > > Ada Ganda (Lukman Sardi), "pribumi" yang merasa bersalah karena mencari > > untung saat kerusuhan. Ada Harriandja (Tio Pakusodewo) yang mewakili > > politikus yang sebenarnya gak terlalu perduli dengan nasib orang kecil. > > > > Ada beberapa kata-kata yang cukup bagus seperti > > "... dengan bekerja seperti ini, kamu masih punya kemewahan untuk > > memikirkan nasib kemanusiaan.." > > "Mas? Mas? Kau pikir di Indonesia ini cuma orang Jawa?" (sumpah.. aku > > tertawa ngakak pas kata-kata yang ini) > > > > Sayangnya, penyelesaian ceritanya tergolong naif dan memaksakan happy > > ending. Tidak ada yang salah dengan itu, hanya saja, penyelesaian naif > > tersebut membuat penonton tersadar kembali bahwa 'May' memang sekedar > > film fiksi. Di akhir adegan, aku sampai penasaran menunggu papan nama > > bakmi-nya masuk ke dalam kamera dan aku cukup kecewa menemui papan > > namanya masih sama, seakan-akan kehidupan May dan keluarganya seperti > > semula. Seakan-akan peristiwa memilukan di tahun 98 hanya sebuah mimpi > > bagi mereka. > > > > > > Lho.. kok malah jadi ngomongin filmnya sih.. > > kembali ke alasan aku bertanya.. > > jadi karakter "Anton" itu beneran ada atau tidak sih? > > > > > > > > > > > > > > 2008/6/9 Purnama Sucipto Gunawan <[EMAIL PROTECTED]>: > > > > > > > > > > Oleh KG film ini sangat oke, kalau bisa dikasih bintang KG memberikan > > 3 bintang. Di film ini memberi pesan moral bahwa bukan hanya > > orang-oranga yang meninggal akibat kerusuhan itu yang terluka dan > > menjadi korban tapi bangsa Indonesia juga termasuk korbannya. > > pengambilan gambarnya sudan terbilang oke, namun sayang alur ceritanya > > tidak bertutur, yang mana film ini melompat-lompat antara masa kini > > dan sepuluh tahun lalu. > > > > > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Narpati Pradana" > > <kunderemp@> wrote: > > > > > > Beneran ada kah karakter seperti "Anton" di film May ini? > > > Orang-orang yang mencari untung dengan menjual tiket? > > > > > > -- > > > > > > > > > > -- > help thy brother, just or unjust >