Sdr.semua,

beberapa hari yang lalu saya ditelepon oleh seorang kawan, yang
intinya mengatakan bahwa ada seorang pemerhati budaya Tionghoa di Jawa
Tengah, yang ingin sekali berdiskusi dasar konsep arsitektur di
kelenteng. Sayangnya saya amat sibuk sehingga dalam jangka waktu
beberapa bulan ke depan tidak bisa mengunjungi bapak Soenarto dan
berdiskusi tentang hal ini.

Dan saya yakin beliau juga mengikuti milist ini, sehingga saya mencoba
menuangkan sedikit pemikiran saya. Jika kita ada kesempatan, kita bisa
berdiskusi panjang.

Konsepsi 5 hubungan atau yang disebut wuxing, dimana dalam konteksnya
5 hubungan itu memiliki keterkaitan erat dengan sixiang atau 4 bentuk,
yang sering juga digambarkan dengan 4 macam binatang, yaitu naga
hijau, harimau putih, kura-kura hitam, burung que merah. Dan
ditengahnya itulah tanah atau juga terkadang digambarkan sebagai
kaisar kuning.

Sadar maupun tidak sadar, konsep 4 bentuk ini memiliki keterkaitan
erat dengan beberapa bentuk arsitektur Tiongkok termasuk kelenteng.
Dan konsep ini juga melandasi banyak aliran fengshui untuk menata rumah. 

Semua bicara dewa pintu ketika berbicara kelenteng, tanpa menyadari
bahwa dewa pintu itu melambangkan naga hijau dan harimau putih.
Ketika melangkah masuk kelenteng, sebenarnya kita memasuki pintu kiri
yang melambangkan naga hijau dan keluar dari pintu kanan yang
melambangkan harimau putih.

Tentunya ada yang bertanya, dimanakah letak kura-kura hitam dan burung
que merah ?
Tembok tinggi dibelakang adalah melambangkan kura-kura hitam dan
halaman depan melambangkan burung que merah, dibeberapa bangunan
ditaruh yingbi atau tembok bayangan sebagai lambang zhuque.

Dan yang menjadi pusat atau tanah itulah yang sering kita sebut tian
jing atau sumur langit.

Bagi mereka yang mempelajari fengshui tentunya di banyak kasus center
bangunan tidak diganggu gugat.

Pola ini juga melandasi bentuk kuburan Tionghoa.



Hormat saya,



Xuan Tong





Kirim email ke