--- On Sat, 10/4/08, audifax - <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: audifax - <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [R-Mania] KEBETULAN YANG BUKAN KEBETULAN To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] Date: Saturday, October 4, 2008, 7:33 PM
Jawa Pos, Minggu 5 Oktober 2008, hal. 7 Kebetulan yang Bukan Kebetulan Oleh: Audifax Research Director di SMART Center for Human Re-Search & Psychological Development “There’s no accident”, demikian kata Sigmud Freud. Intinya, tak ada kebetulan murni di dunia ini. Setiap kebetulan adalah ‘kebetulan yang bukan kebetulan’. Filosofi inilah yang coba diusung James Redfield lewat Celestine Prophecy. Redfield mengajak kita merasakan adanya energi Ilahi yang bekerja dan muncul lewat kebetulan-kebetulan . Inilah bukti bahwa alam semesta mendengar ketulusan doa tiap manusia dan membantu lewat serangkaian kebetulan. Jauh sebelum konsep Law of Attraction dikemukakan Rhonda Byrne dalam ’The Secret’, Carl Gustav Jung sudah lebih dulu mengemukakan konsep sinkronisitas. Konsep Jung inilah yang tampak kental mewarnai trilogi novel ’Celestine Prophecy’ karya Redfield. Novel yang menjadi best seller di pergantian milenium itu telah menginspirasi banyak orang. Pada Juni 2008, Gramedia Pustaka Utama menerbitkan ’Celestine Vision’. Di buku ini Redfield memaparkan landasan teoritis dari novel ’Celestine Prophecy’. Dijelaskannya bahwa alam semesta adalah sistem dinamis yang digerakkan oleh aliran keajaiban-keajaiban kecil yang berlangsung secara terus-menerus. Bukan itu saja. Alam semesta juga merespon kesadaran kita melalui berbagai kebetulan yang dapat kita alami setiap saat. Hidup adalah Kemungkinan Kebetulan bisa menyangkut munculnya seseorang pada saat yang tepat dengan membawa informasi atau sesuatu yang memang kita cari. Bisa juga kesadaran mendadak bahwa hobi atau ketertarikan yang kita miliki di masa lalu, ternyata merupakan persiapan untuk menangkap kesempatan atau peluang kerja di depan mata. Psikolog Swiss, Carl Jung, adalah pemikir modern pertama yang menjelaskan fenomena misterius ini. Ia menyebut dengan istilah sinkronisitas. Jung berpendapat sinkronisitas adalah prinsip sebab-akibat dalam alam semesta, hukum yang menggerakkan umat manusia menuju pertumbuhan kesadaran yang lebih besar. Dalam ’Celestine Vision’, Redfield mengemukakan bahwa kunci paling penting dalam upaya memanfaatkan berbagai sinkronisitas dalam kehidupan kita, adalah tetap waspada serta meluangkan waktu untuk mengkaji apa yang sedang berlangsung. Kita mesti mulai melihat bahwa berbagai kebetulan dalam hidup kita, adalah misteri yang membawa kita berhadapan langsung dengan pertanyaan-pertanya an spiritual yang lebih dalam tentang kehidupan. Di sini kita bisa mensimetrikan pendapat Redfield dengan Martin Heidegger, yang mengungkapkan pemikiran bahwa barangsiapa mencari kedalaman, mulailah dengan yang dangkal-dangkal dan melihat kedangkalan dengan tatapan yang cermat dan dalam, maka kedalaman itu akan muncul dari hal-hal yang bersifat permukaan. Heidegger melihat bahwa manusia adalah entitas yang bergerak dalam pemahaman tentang Ada-nya di dunia. Maka dalam keseharianpun, manusia dapat memetik pemahaman tentang ‘Ada’ melalui kewaspadaan dan meluangkan waktu untuk mengkaji apa yang sedang berlangsung. Dalam ‘Being and Time’, Heidegger mengatakan ini sebagai mistik keseharian, yaitu bersikap mistis dalam keseharian; yang berarti menghayati keseharian secara mendalam sampai ke dasar-dasar Ada kita sendiri, dengan cara terus-menerus menanyakan Ada. Sinkronisitas dan Energi Ilahi Sinkronisitas bisa dirasakan ketika manusia bersikap mistis dalam keseharian seperti dimaksudkan Heidegger. Sinkronisitas adalah kesadaran tentang bagaimana hal-hal Ilahi terjadi dalam kehidupan kita. Dalam sinkronisitas, terjadi penyatuan antara transendensi dan imanensi. Tuhan tidak mengawang-awang di atas sana, melainkan hadir melalui kebetulan-kebetulan di keseharian. Kebetulan yang sejatinya merupakan jawaban atas doa kita. Berarti di sini manusia mesti terlebih dulu membuat keputusan mengenai arah hidup dan selanjutnya peka terhadap kebetulan-kebetulan yang menuntun pada arah yang dituju. Dengan menyadari sinkronisitas, diharapkan kita tak lagi melempar tanggung jawab hidup kita ke atas langit, namun berani menghadapi dan memutuskan apa yang mau kita tuju. Di sinilah kita diajarkan bertanggungjawab atas konsekuensi keputusan hidup. Melalui cara pandang Celestine, manusia diajak melihat bahwa alam semesta bukan bekerja atas dasar ”Manusia berusaha, Tuhan menentukan”, melainkan “Manusia menentukan, Tuhan mengusahakan”. Jika penentuan dianggap ada di tangan Tuhan, maka tak ada tanggung jawab manusia atas hasil keputusannya sendiri. Padahal, justru manusia mesti menentukan terlebih dahulu apa yang diinginkannya. Jika keinginan itu selaras dengan keseimbangan semesta, maka energi Ilahi itu akan membantu (mengusahakan) tercapainya keinginan lewat kebetulan-kebetulan yang sejatinya bukan kebetulan. Saya mengundang anda yang tertarik dengan fenomena ‘sinkronisitas’ ini untuk mendiskusikannya di milis Psikologi Transformatif. Sekilas Mailing List Psikologi Transformatif Posmodernisme atau Postrukturalisme, adalah aliran filsafat muncul setelah gebrakan pemikiran Friedrich Nietzche tentang matinya Sang Pusat atau segala Logosentrisme. Konsep ini memberi tempat pada pluralitas dan segala kemungkinan lain dari apa yang mampu terpikirkan oleh cara berpikir ’Aku’. Konsep postruktralisme ini kemudian disilangkan dengan Psikologi dan diterapkan dalam milis Psikologi Transformatif. Mailing List Psikologi Transformatif adalah ruang diskusi yang didirikan oleh Audifax dan beberapa rekan yang dulunya tergabung dalam Komunitas Psikologi Sosial Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Saat ini milis ini telah berkembang sedemikian pesat sehingga menjadi milis psikologi terbesar di Indonesia. Total member telah melebihi 2200, sehingga wacana-wacana yang didiskusikan di milis inipun memiliki kekuatan diseminasi yang tak bisa dipandang sebelah mata. Tak ada moderasi di milis ini dan anda bebas masuk atau keluar sekehendak anda. Arus posting sangat deras dan berbagai wacana muncul di sini. Seperti sebuah jargon terkenal di psikologi ”Di mana ada manusia, di situ psikologi bisa diterapkan” di sinilah jargon itu tak sekedar jargon melainkan menemukan konteksnya. Ada berbagai sudut pandang dalam membahas manusia, bahkan yang tak diajarkan di Fakultas Psikologi Indonesia. Mailing List ini merupakan ajang berdiskusi bagi siapa saja yang berminat mendalami psikologi. Mailing list ini dibuka sebagai upaya untuk mentransformasi pemahaman psikologi dari sifatnya selama ini yang tekstual menuju ke sifat yang kontekstual. Di milis ini anda diajak untuk mengalami psikologi. Anda tidak harus berasal dari kalangan disiplin ilmu psikologi untuk bergabung sebagai member dalam mailing list ini. Mailing List ini merupakan tindak lanjut dari simposium psikologi transformatif, melalui mailing list ini, diharapkan diskusi dan gagasan mengenai transformasi psikologi dapat terus dilanjutkan. Anggota yang telah terdaftar dalam milis ini antara lain adalah para pembicara dari simposium Psikologi Transformatif : Edy Suhardono, Cahyo Suryanto, Herry Tjahjono, Abdul Malik, Oka Rusmini, Jangkung Karyantoro,. Beberapa rekan lain yang aktif dalam milis ini adalah: Audifax, Leonardo Rimba, Mang Ucup, Goenardjoadi Goenawan, Prastowo, Prof Soehartono Taat Putra, Bagus Takwin, Amalia “Lia” Ramananda, Himawijaya, Rudi Murtomo, Felix Lengkong, Kartono Muhammad, Ridwan Handoyo, Dewi Sartika, Jeni Sudarwati, FX Rudy Gunawan, Arie Saptaji, Radityo Djajoeri, Tengku Muhammad Dhani Iqbal, Anwar Holid, Elisa Koorag, Kidyoti, Priatna Ahmad, J. Sumardianta, Jusuf Sutanto, Stephanie Iriana, Lulu Syahputri, Lan Fang, Yunis Kartika, Ratih Ibrahim, Nuruddin Asyhadie, Arif Nurcahyo, Sinaga Harez Posma dan masih banyak lagi. Jika anda berminat untuk bergabung dengan milis Psikologi Transformatif, klik: www.groups.yahoo. com/group/ psikologi_ transformatif Perhatian: Tidak ada moderator dalam milis ini sehingga upaya untuk masuk atau keluar dari milis ini mutlak tanggung jawab anda sendiri.