Anda salah pak Anton,justruh org Singapore KIA SU (takut kalah) yg namanya primary SD,kalau mau nurutin kemauan ortu,selain disekolah ada CCA,ada remedial class,ntar dirumah les,kadang ada yg ke centre, week end les music,anak saya les piano+ biola sabtu kegereja,pulang sekolah sudah jam 5 sore,..baru 6 bln ini sy stop saya yg ngaterin aja ngak kuat,jd saya mikir lagi kasian anak saya,.. tdk byk kemajuan les kebykan,anak sy jenuh,jd sy suruh belajar kerjain PR sendiri,kalau musik masih terus. Nah bagaimana dg yg tingakt SMP,dan college,..tutor piano anak saya selain ngajar musik jga ngajar les pelajaran,muridnya tetangga dia, pulang sekolah sudah malam,masih les lagi selesai jam 12 am,jam 5 pagi kudu bangun buat pergi sekolah, mereka mengejar ini krn persyaratan masuk Junior college sangat berat kalau tdk memenuhi standard biasanya harus menempuh SMP yg 5 th,kalau nilai tinggi boleh ke Junior college,kalau ngak ya ke polytehnik,jd jalurnya agak lama baru bisa ke Univ,itu pun kalau kemampuan memnuhi,kalau tdk, tdk bisa kuliah di Univ lokal,biasanya mereka memilih ke luar negri kuliah,tingkat stress anak2 sini dan ortu sangat tinggi.
--- On Sat, 18/10/08, Anton Widjaja <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Anton Widjaja <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [budaya_tionghua] Pelajar kita To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Saturday, 18 October, 2008, 2:19 PM Pagi ini saya pergi kesekolah anak mengambil rapor mid semester pertama. DAri perbincangan saya dengan beberapa orang tua murid yang kebetulan Tionghoa baik di Jakarta maupun luar kota seperti di St Maria, Cirebon saya tahu bahwa banyak sekali pelajar Tionghoa yang berangkat ke sekolah sebelum jam 7.30 dan pulang ke rumah setelah matahari tenggelam. Bahkan ada yang masih berangkat les lagi pada pukul 8 malam. Kegiatan pelajar umumnya bersekolah, ex school, les pelajaran tambahan baik di sekolah maupun di luar sekolah, les lain lain seperti piano, balet, catur, selain itu juga les bahasa asing tambahan seperti bahasa Jerman dll. Sementara di sekolah sudah ada pelajaran bahasa Inggris dan mandarin. Kegiatan yang sangat padat bahkan melebihi kesibukan orang tuanya ini tidak terjadi di Singapura misalnya. Apakah kegiatan anak seperti ini sudah menjadi pola umum dikalangan Tionghoa dan apakan memang berdampak positif pada masa depan anak ? Atau justru merusak kemmpuan EQ mereka. Salam, Anton W Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com