Sdr.Njoo,

saya menjadi tergelitik membaca tulisan anda.

Baca jawaban saya.

On Oct 17, 4:51 am, "haoliong njoo" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
> Dear All,
>
> Dibawah ini saya berikan komentar saya atas tulisan A. Dahana yang
> dikutip oleh Tantono Subagyo di "budaya tionghua", dan diforwardkan
> oleh pak Chan CT di Komunitas Tionghoa.  Supaya jelas, komentar saya
> diselipkan diantara tulisan2 A. Dahana/Tantono Subagyo/Chan CT.
> Selamat membaca.
>
> http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/
> Budaya_Tionghua_Confusianisme----- Original Message -----
> From: Tantono Subagyo
> To: [EMAIL PROTECTED]
> Sent: Monday, September 22, 2008 2:22 PM
> Subject: [budaya_tionghua] Tulisan A.Dahana
>
> TANTONO/DAHANA: Apakah simbol Confusianisme yang digunakan pada
> Olimpiade yang lalu adalah pertanda bahwa Confusianisme masih berakar
> di belakang faham komunisme, atau sekedar alat diplomasi pemerintah
> RRC ?.
>
> Ir.NJOO: Apakah yang dimaksud dengan "symbol Confucianisme yang
> digunakan pada Olimpiade yang lalu?"  Saya telah mengikuti dengan
> seksama upacara pembukaan Olimpiade di TV, kok saya tidak melihat
> dan/atau mendengar apa2 tentang Confucius?  Apakah gerangan yang
> dimaksud oleh penulis (A. Dahana) adalah symbol "yin & yang"?  Harap
> di jelaskan agar tidak menimbulkan salah-mengerti.  Jika benar yang
> dimaksud oleh pak Dahana adalah symbol "yin & yang", maka pak Dahana
> jelas SALAH-KAPRAH, sebab yin & yang adalah symbol kuno yang
> SAMASEKALI tidak ada hubungannya dengan Confucius atau Confucianisme.
> Sebagai bukti fakta: Silahkan kunjungi website resmi 
> [1]http://en.wikipedia.org/wiki/Yin_yang, dimana kita baca tidak ada satu
> kata pun tentang Confucius yang disebut dalam sangkuatn yin-yang.
> Sangkutannya dengan filsafat kuno Tiongkok BUKAN dengan Confucius,
> melainkan dengan Taoisme, yaitu dalam kitab I-Ching (Ref. 
> [2]http://www.wsu.edu/~dee/CHPHIL/YINYANG.HTM).
> Jika benar pak Tantono/Dahana salah-kaprah, maka kemungkinannya
> (hanya) ada dua:
>
> (a) pak Dahana sebenarnya tahu bahwa pendapatnya salah-kaprah, tetapi
> toh tetap menulis demikian dibawah autoritasnya sebagai "Guru Besar"
> UI.  Dengan demikian maka Dahana telah dengan sadar menyalah-gunakan
> posisinya untuk menipu dan menyesatkan orang lain, yang dianggapnya
> bodoh dan pandir hingga mudah ditipu (sayangnya ketanggor sama saya).
>
> Kemungkinan kedua:
> (b) pak Dahana sendiri tidak tahu bahwa symbol yin & yang itu
> samasekali tidak ada sangkut pautnya dengan Confucius dan/atau
> Confucianisme.
> JIKA (dan hanya jika) demikan halnya, maka jelas orang yang
> salah-kaprah sampai demikian parahnya ini tidak patut mengajari orang
> lain, jadi tidak pantas menjadi Guru Besar.  Menurut hemat saya, tidak
> ada kemungkinan lain yang rasional kecuali kedua kemungjkinan (a) atau
> (b) tersebut diatas.  Jadi, silahkan PILIH saja SENDIRI, yang mana
> yang di-inginkan, baik oleh pak Dahana, pak Tanoto Subagyo maupun pak
> Chan CT.
>
> Menurut penilaian saya, tulisan Tantono Subagyo dan/atau A. Dahana ini
> adalah tulisan yang samasekali tidak objektif, melainkan sangat
> SUBJEKTIF dan anti-ilmiah, tidak perduli bahwa A. Dahana mengaku
> sebagai "Guru Besar" sejarah/kebudayaan Cina, hal mana justru menambah
> nilai negatifnya sendiri.  Buat sebuah analisa yang benar, baca
> tulisan saya yang berjudul "Confucianisme dan Tiongkok (diskusi
> filsafat)"  di forum Komunitas-Tionghoa ini juga (ref. [3] tgl. 28 Aug
> 2008 ).  Saya tantang siapa saja untuk membantah analisa saya dengan
> sama ilmiahnya.
>

Saya jawab tantangan anda. HE XIE itulah yang dimaksud oleh
prof.Dahana. Jadi bukan Yin Yang seperti yang anda tuliskan.

Kemudian pada acara pembukaan ada acara 3000 murid Kong Zi yang
membacakan Lun Yu yang berbunyi "Si Hai Zi Nei Jie Xiong Di Ye ".

Jadi tantangan anda sudah saya jawab. Dan dari secuil tulisan anda,
menunjukkan bahwa anda TIDAK PAHAM CONFUCIUSM.

Kalau juga Yin Yang yang ditampilkan di acara itu, adalah seni
beladiri TaiJi.


> Saya pribadi, maupun semua orang yang sanggup berpikir rasional,
> umumnya setuju dengan kebijaksanaan Pemerintah Tiongkok, yang tetap
> menolak Confucianisme sebagai lambang maupun penyebab yang faktuil
> (nyata) dari keterpurukan Tiongkok di jaman lampau, sebab dampakanya
> negative buat masyarakat modern.  Sikap ideal yang diajarkan dan
> diwajibkan oleh Confucus faktanya justru telah membuat orang Cina di
> jaman lampau menjadi PARIAH dirumahnya sendiri: *Anjing dan orang Cina
> dilarang masuk di-taman2 kota di Shanghai.*   Buat para
> katak-dibawah-tempurung yang tidak tahu sejarah, atau mengira bahwa
> maklumat tsb dipasang oleh Bruce Lee dalam film2 kungfu nya, saya
> cantumkan disini BEBERAPA referensi, a.l. dari penulis yang benar2
> mengalami sendiri:
>
> [4]http://washingtonbureau.typepad.com/china/2008/03/no-dogs-and-chi.html
> "NO DOGS AND CHINESE ALLOWED". Petikan: It was the kind of sign that
> humiliated Chinese during the semi-colonial era before 1949. Signs in
> foreign-run concession areas would sometimes say: "No Dogs and Chinese
> allowed."
>
> [5] <http://www.ireport.com/docs/DOC-21702>
>  "CHINESE AND DOGS ARE NOT ALLOWED" this is the sign before 1949 when
> western colonized the China Shanghai. The park entry in Shanghai had
> this sign.
>
> [6] More about this history, read Robert Bickers "Dogs and Chinese Not
> Admitted"http://www.polonews.info/documenti_originali/Repubblica%20(1912%20-%2...
>

Memang itu adalah fakta yang terjadi pada masa agresi bangsa-bangsa
asing yang mau menguasai Tiongkok.
Apakah kondisi itu harus ditimpakan kepada Confuciusm ? Atau harus
ditimpakan kepada arogansinya bangsa barat ?

Mohon tanya sikap ideal apa yang diajarkan oleh Kong Zi sehingga
melahirkan kondisi yang menyedihkan itu ?

> Ir.NJOO:
> Perhatikan: Tahun 1949 adalah tahun berdirinya RRT; jadi kejadian tsb
> berlangsung hanya SELAMA Kuomintang berkuasa.  Yang mewarisinya hari
> ini jelas adalah Taiwan, bukan RRT.
> Juga di Indonesia Confucianisme telah menjadikan orang Cina menjadi
> Machiavellian penjilat Soeharto dan ikut2an menghujat kaumnya sendiri,
> bukannya bersatu melawan penindasan OrBa.  Dari sudut ini maka
> Confucianisme jelas punya arti negatif.
>

Apakah mereka yang menjadi penjilat Soeharto dari golongan lain juga
karena pengaruh ajarannya ?

Saya menjadi bingung, dimanakah mereka menghujat kaumnya sendiri ?

> Namun dipihak lain tidak bisa di ingkari bahwa Confucianisme memang
> benar adalah unsur yang mempersatukan Huaqiao dari seluruh dunia
> sebagai satu2nya warisan bersama.  Rakyat Tiongkok modern pun ikut
> mewarisinya, sekalipun mereka melihat Confucianisme dengan kacamata
> dan interpretasi yang berlainan/bertentangan denagn para Huaqiao
> (Awas, jangan salah-kaprah: MEWARISI dan MENYETUJUI (atau MENGANUT)
> adalah dua hal yang samasekali berlainan dan tidak
> saling-berhubungan).  Soalnya, adalah tidak mungkin diharapkan bahwa
> para Huaqiao bisa mengerti dan memaklumi ajaran Mao Zedong sebagai
> pembebas rakyat Tiongkok dan pembuka jalan bagi kemajuan masyarakat
> Tiongkok, sebab
>
> (a) para Huaqiao tidak ikut mengalami keterpurukan orang Cina dijaman
> lampau, kecuali beberapa gelintir cendekiawan yang sanggup mengatasi
> kerterbatasan pengalaman subjektif dengan belajar dari sejarah.
> Apalagi kaum Cina Indonesia dibawah penjajahan Belanda sebelum Perang
> Dunia s/d sekitar tahun 1949 malahan sebaliknya menikmati PRIVILEG
> yang lebih tinggi daripada penduduk Indonesia Asli (Inlander).  Oleh
> karena itu pada umumnya para Huaqioa tidak memaklumi ataupun memahami
> betapa ajaran Mao benar2 telah membebaskan dan mengangkat martabat
> rakyat Tiongkok.  Misalnya, Huaqiao di Indonesia menderita
> diskriminasi yang (jauh) lebih berat daripada Huaqiao yang tinggal di
> Eropa atau Amerika.  Mungkin tidak sampai seperti "Anjing dan Orang
> Cina Dilarang Masuk", tetapi barangkali sudah mencapai separo dari
> itu.  Tentu saja mereka tidak merasa, sebab seumur hidup dan
> turun-temurun hidup sebagai setengah "Anjing dan Orang Cina Dilarang
> Masuk".
>
> (b) Para Huaqiao tidak mengalami kemajuan Tiongkok dewasa ini secara
> materiel, hingga tidak memaklumi bahwa kemajuan Tiongkok dewasa ini
> samasekali BUKAN berkat Confucianisme, melainkan hasil ajaran2
> filsafat barat yang dicangkok oleh Mao Zedong (filsafat Materialisme
> Dialektik dan Histori, atau MDH) dan Deng Xiaoping (filsafat
> Pragmatisme).  Hal ini telah saya jelaskan berikut bukti2 FAKTA berupa
> referensi2 yang resmi.  Barangsiapa membantah, harap diserttakan
> dengan bukti fakta dan/atau refernsi.  Jika tidak, maka artinya
> bantahannya tidak ilmiah, melainkan hasil isapan jempolnya sendiri.
>

Anda pernah membaca komentar Mao terhadap ershisi ?

> Sudah barang tentu pihak asing yang TIDAK INGIN MELIHAT TIONGKOK
> BANGUN dan MAJU akan bergembira menyambut bangkitnya kembali ajaran
> Conficianisme, sebab hal ini cocok dengan harapan mereka yang ingin
> melihat Tiongkok dan orang Cina tetap terpuruk sebagai "the sick man
> of Asia" seperti di jaman lampau.  Jadi kesimpulannya, Cina2 Indonesia
> dan Huaqio yang ikut2an latah membela dan berusaha membangkitkan
> kembali Confucianisme, sebenarnya ingin meilhat rakyat Tiongkok
> kembali terpuruk sebagai the sick man of Asia yang menjadi orang
> pariah dirumahnya sendiri.  Dengan perkataan lain, mereka menerima
> nasibnya sebagai pariah, sebagai setengah "Anjing dan Orang Cina" yang
> dilarang masuk didalam rumahnya sendiri.
>

Anda juga harusnya membuktikan dengan jelas, korelasinya antara
Confuciusm dengan "Chinese and dogs not allowed".

Apakah sekedar satu tulisan yang anda kutip TIDAK ADA KEBERANIAN
saja ?

> TANTONO: Dibawah ini A. Dahana menulis demikian 
> :http://www.inilah.com/berita/celah/2008/09/05/48026/kong-hu-cu-juga-a...
> 05/09/2008 09:27
> Kong Hu Cu Juga Alat Diplomasi
> A. DAHANA
> PADA artikel pekan silam penulis mengungkapkan bagaimana Cina dengan
> sangat cerdik menggunakan pengalaman masa lalu sebagai alat diplomasi.
> Tokoh sejarah Cheng Ho yang tujuan misi tujuh pelayarannya masih
> menjadi perdebatan, telah digunakan untuk menunjukkan bahwa
> kebangkitan negara itu adalah bertujuan damai.
>
> Ir.NJOO: Fakta sejarah: Cheng Ho (Zheng He) adalah orang kebiri, yang
> sepanjang sejarah Tiongkok yang 5000 tahun lamanya itu terkenal
> sebagai orang ambisius yang tidak disukai oleh para pembesar istana,
> baik sipil maupun militer, tetapi seringkali menjadi orang kepercayaan
> sang kaisar.  Salah satu tujuan Kaisar serta para pembesar istana
> mengirimkan Zheng He keluar negeri adalah menyingkirkan Zheng He dari
> kancah persaingan perebutan kekuasaan diantara mereka.  Ini kira2 sama
> dengan Columbus yang dikirim oleh Ratu Spanyol Isabella agar tidak
> ikut mengacau perebutan kekuasaan, terutama sebab Columbus keturunan
> Yahudi yang juga tidak disukai.  Sudah barang tentu kepergian Zeng He
> itu harus dimanfaatkan dengan membawa misi lain, yaitu memperluas
> hubungan dagang, terutama juga karena Zheng He kebetulan beragama
> Islam, sesuai dengan fakta dijaman itu dimana negara2 Asia Tenggara
> pada umumnya sudah jatuh dibawah kekuasaan Islam.  Ini kira2 sama
> dengan administrasinya Bush yang mengangkat Condoleeza Rice sebagi
> Secretary of State (sebelum itu, Collin Powell, juga sama2 berkulit
> hitam) untuk menarik simpati negara2 dunia ketiga yang pada umumnya
> berkulit berwarna.  Itu juga lah yang dewasa ini menjadi motifnya para
> penyokong Obama, sekalipun yang belakangan ini sudah keblinger ingin
> dipuji anti-rasis (tidak tahunya, mereka sendiri justru rasis), hingga
> tidak-bisa-tidak nanti akan ketanggor akibat negatifnya dari pilihan
> mereka yang rasis dan anti-rasional.
>

Fakta :
1.pengiriman ekspedisi Zheng He ditolak oleh beberapa pejabat negara
karena menguras keuangan negara.
 2.orang-orang Muslim sudah banyak yang menduduki kedudukan penting
pada masa dinasti Yuan
3.Zheng He adalah orang kepercayaan kaisar ChengZhu, dan salah satu
tujuannya adalah memperkenalkan dinasti Ming ke banyak negara dan
mengembangkan negara-negara vassal.

Dongeng atau desas-desus yang lain adalah mencari kaisar Jian Wen yang
melarikan diri. Selain desas-desus pengiriman Zheng He, juga ada satu
desas-desus yang dikaitkan dengan pembangunan luar biasa di satu
daerah di Tiongkok yang bertujuan mencari kaisar Jian Wen. Tapi karena
anda begitu paham, tentunya tahu di wilayah mana pembangunan itu
dilakukan. Dan sewajarnya anda harus bisa menjawab, sehingga saya bisa
mengetahui kredibiltas lawan bicara saya, bukan dengan segudang kata-
kata bahwa dirinya adalah ini itu, tapi jawaban secuil yang benar-
benar tepat itu lebih berguna dari segudang kata-kata.

> DAHANA: Sementara itu Cina masih tak kekurangan alat untuk tujuan itu.
> Kong Hu Cu (Konfusius) yang hidup pada sekitar abad ke-5 Sebelum
> Masehi dengan ajarannya tentang susunan masyarakat merupakan alat baru
> untuk itu.
> Sebenarnya sejak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 pamor dan nama
> Kong Hu Cu di daratan Cina sudah melorot. Itu disebabkan oleh pendapat
> umum, terutama pemuda, yang mengatakan bahwa keterpurukan Cina di
> bawah pemerintahan Dinasti Qing (1644-1911) adalah akibat dari
> pemerintah dan rakyat Cina yang tunduk pada pendiktean Konfusius.
>
> Ir.NJOO: Ini bukan se-mata2 "pendapat", melainkan adalah FAKTA.
> Barangsiapa mengingkari fakta, dia tidak ilmiah, tidak perduli apapun
> jabatannya.  Bahkan lebih celaka lagi, jika orang sperti itu mengaku
> Guru Besar, itu justru menandakan bahwa Universitasnya tidak memiliki
> mutu ilmiah, sesuai dengan mutu universitas2 lain di Indonesia yang
> sejak jaman Soeharto memang sudah merosot turun terus menerus sampai
> hari ini.  Terbukti dengan tidak diakuinya Indonesia dalam penilaian
> internasional, hal mana tidak bisa ditolong dengan sekedar main
> Olimpiade2an taraf taman kanak2.  Baca tulisan saya (ref. [7]:
> <http://groups.yahoo.com/group/HKSIS/message/33803> yang berjudul :BJ
> Habibie dan Yohanes Surya tidak diakui oleh dunia IPTEK internasional"
>  di forum HKSIS message no. 33803 - 17 Januari 2008) seputar penilaian
> dari professor Hoodbhoy (Pakistan) yang pernah muncul dimajalah
> professional yang bermutu global/internasional.  Barangsiapa
> membantah, harap disertai dengan referensi yang membantah penilaian
> saya maupun Prof. Hoodbhoy, agar tidak mengakibatkan penilaian bahwa
> bantahannya adalah isapan jempolnya sendiri.
>

Anda tidak mencari tahu latar belakang wusi yundong ?  Cari tahu
dahulu baru bicara. Jadi anda tidak sekedar mengisap jempol ketika
menulis.


> DAHANA: Para penguasa Cina pada masa pemerintahan Mao bahkan
> menggunakan segi negatif dari ajaran Konfusias untuk menyerang lawan
> dalam kampanye politik untuk perebutan kekuasaan.
> Liu Shoqi, Zhou Enlai, dan Marsekal Lin Biao pernah dituduh sebagai
> pengikut ajaran Konfusius. Sebaliknya di kalangan komunitas etnik Cina
> di luar Cina ajaran 'Guru Kong' berkembang pesat. Bahkan di beberapa
> negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, ia telah menjadi agama
> dan diakui pemerintah sebagai salah satu agama resmi.
>
> Ir.NJOO: Nah ini dia! A. Dahana (dan Tantono Subagio?) ketangkep
> basah MENGISAP JEMPOL!  Harap buktikan dengan referensi bahwa Zhou
> Enlai dan Lin Biao pernah dituduh sebagai pengikiut Confucius.  Jika
> tidak sanggup, artinya cuma isapan jempol belaka.  Bahkan lebih jahat
> lagi, dengan isapan jempol demikian ini pak Dahana, Tantono Subagyo
> dan Chan CT, telah berusaha menipu dan menyelewengkan para pembaca
> dari kebenaran.
> Perbuatan pak Dahana yang jelas tidak bertanggung jawab ini
> menunjukkan tidak adanya CHECK & BALANCE, dalam benaknya maupun dalam
> msayarakat Indonesia.  Seharusnya, semakin seseorang berkedudukan
> autoritas, ia harus semakin hati2 dan bertanggung jawab, bukannya
> malah bicara seenak udelnya sendiri karena toh tidak ada yang berani
> menyanggah/mengkritik.  Dinegara maju orang demikian itu pasti akan
> KETANGGOR oleh CHECK & BALANCE.  Rupanya, penyakit tipikal buat para
> penguasa dan konglomerat Indonesia itu kini sudah menjalar ke dunia
> ilmiah.  Tsk, tsk ….  Dampaknya hari depan kalian semakin hitam dan
> gelap saja semuanya …..  Ketiadaan Check & Balance inilah yang menjadi
> sebab utama, kenapa Indonesia terus terpuruk sampai hari ini.
>

Rupanya anda tidak mempelajari kejadian WenGe sehingga begitu enaknya
menulis bahwa prof.Dahana mengisap jempol ketika menuliskan Lin Biao
dituduh pengikut Confucius.
Bisa anda tanyakan kepada prof.Xu KeQian apakah benar Lin Biao dituduh
pengikut Confucius pada masa Revolusi Kebudayaan ?

> DAHANA: Perubahan politik dan ekonomi setelah Mao mangkat dan setelah
> Deng Xiaoping merebut tampuk kekuasaan Partai Komunis Cina (PKC) dan
> pemerintahan telah mengubah semuanya, termasuk pandangan terhadap
> Konfusius dan ajarannya. Kini segi positif dari ajaran Konfusius
> ditonjolkan.
>
> Ir.NJOO: Sekali lagi isapan jempol:  Sejak kapan Deng Xiaoping pernah
> "merebut tampuk kekuasaan PKT?"  Harap buktikan dengan fakta
> (referensi).  Jika tidak sanggup, anda mengisap jempol dan berusaha
> menyesatkan para pembaca dari kebenaran.  Ajaran Deng adalah
> interpretasi teori MDH yang seratus persen sesuai dengan filsafat
> Marxisme dalam perkembangan baru ekonomi global.  Baca tulisan saya
> yang berjudul "Confucianisme dan Tiongkok (diskusi filsafat)"  di
> forum Komunitas-Tionghoa ini juga (ref. [3] yg tsb diatas tadi ).
>

Anda pernah mendengar ujar Mao kepada Hua GuoFeng yang diangkat
menjadi penggantinya ?
Baca saja sejarah Tiongkok modern untuk membuktikan ucapan
prof.Dahana. Jangan langsung menulis isapan jempol.

Bisa anda tanyakan lagi kepada prof.Xu KeQian dari Nanjing Shifan
Daxue.

> DAHANA: Semangat bekerja keras dan berusaha, hemat, tunduk pada aturan
> senioritas, dan tata cara kehidupan yang konon menjadi tulang punggung
> keberhasilan etnik Cina di luar Cina kini diagungkan.
>
> Ir.NJOO: Nah, Dahana sekarang kliatan „belang"nya!  „Semangat bekerja
> keras dan berusaha, hemat," samasekali BUKAN ajaran Confucius!  Coba
> buktikan!  Siapa saja yang berotak waras akan sampai kepada kesimpulan
> yang sama TANPA bantuan/ajaran Confucius.  Satu2nya ajaran Cionfucius
> adalah „tunduk kepada aturan senioritas".  Tetapi aturan ini justru
> terang2an ANTI-demokratis, dan oleh karena itu ditolak mentah2 oleh
> masyarakat dunia bebas (free society).  Dalam hal ini ajaran Confucius
> pun juga bertentangan dengan ajaran komunisme, Marxisme, juga
> bertentangan dengan filsafat barat (Aufklaerung) yang berlandasan pada
> RASIO.  Jadi ajaran Confucius ini tidak punya tempat dalam masyarakat
> modern diseluruh dunia.  Sebaliknya pak Dahana disini menganjurkan
> keterbelakangan, jelas tidak objektif serta bertujuan egois
> memenangkan dirinya sendiri.
>

Anda yakin bahwa satu-satunya ajaran Confucius adalah Tunduk kepada
aturan senioritas ?
Benar anda yakin ?
Sudah membaca Lun Yu dengan baik ?
Pernah mendengar istilah Jian ?

> DAHANA: Kecenderungan ini terjadi pada era 1970-an ketika 'keajaiban
> Asia' yang ditandai dengan munculnya apa yang disebut sebagai Newly
> Industrialized Countries (NICs). Itulah negara-negara dalam wilayah
> 'huruf Kanji' seperti Taiwan, Hong Kong, Korea Selatan, dan Singapura
> yang pada dasawarsa 1970-an itu menunjukkan prestasi ekonomi yang
> sangat mengagumkan.
>
> Ir.NJOO: Hahaaaa …  Sekali keblinger tetap keblinger …. Sekali
> membual, tetap membual ….  Lebih "ajaib" dan "mengagumkan" lagi
> tentunya adalah Krismon 1997-1998, dimana kegagalan NIC adalah biang
> keladinya, terutama dipelopori oleh Indonesia (terutama Cina2
> Indonesia) yang sebagai satu2nya terdakwa sampai hari ini masih belum
> sanggup bangkit kembali dari keterpurukannya, jika bukannya malah
> semakin terpuruk saja.  Perlu sekali dicamkan, Cina2 Indonesia,
> termasuk A. Dahana, dan Tantono Subagyo, tidak punya kontribusi barang
> secuwilpun bagi kemajuan Tiongkok dewasa ini.  Jadi sebaiknya tutup
> mulut saja, supaya tidak dituduh tidak tahu diri dan tidak tahu malu,
> mengaku2 prestasi orang lain.  Orang yang tidak punya kontribusi tidak
> patut ikut membonceng kemajuan, apalagi coba2 me-ngaku2 prestasi orang
> lain.  Itu bukan perbuatan yang mulia; apa mungkin hasil ajaran
> Confucius?
>

Sekarang ini USA menghadapi krisis ekonomi, apakah itu karena
Aufklarung yang anda agung-agungkan ?
Atau pemimpinnya salah menerapkan jalan pemerintahan ?

> DAHANA: Dan semuanya itu dihubungkan dengan asumsi bahwa rakyat dan
> para penguasa negara-negara itu mengamalkan ajaran Konfusius. Di Cina
> kini telah didirikan suatu lembaga khusus yang melakukan penelitian
> atas kehidupan Kong Hu Cu dan ajarannya.
>
> Ir.NJOO: Berdirinya CI itu justru adalah pertanda bahwa PKT dan
> pemerintah Tiongkok hari ini sudah tidak perlu kuatir lagi bahwa
> Confucianisme akan sanggup bangkit kembali.  Kemajuan tekonologi dan
> peradaban modern Tiongkok sudah cukup kuat sebagai BENTENG untuk
> mencegah Confucianisme bangkit kembali, apalagi sampai membawa kembali
> keterpurukan jaman lampau.   Sebagai bukti fakta: Silahkan baca ajakan
> diskusi resmi dari Prof. Keqian Xu dari Universitas Nanjing
> (Ref.[8-d]).  Hanya orang yang merasa dirinya kuat, berani menantang
> untuk diskusi bebas.
>

Saya tambahkan kepada anda, bahwa nama yang benar adalah Xu Keqian
dari Nanjing National university atau dengan bahasa lain adalah
Nanjing Shifan Daxue.
Anda ini seolah-olah mengenal Xu Keqian boshi ? Benar anda kenal ?
Jika anda mengenalnya, anda SEHARUSNYA TAHU bahwa di NANJING ada
beberapa universitas dan tempat dimana Xu KeQian mengajar adalah di
Nanjing National University.

Hati-hati karena ada nama yang sama dibacanya yaitu Xu KeQian tapi
berasal dari universitas berbeda di Nanjing. Yang satunya adalah
peneliti yang berkaitan dengan teknologi.

Jadi orang sekaliber anda jangan asal menulis. Dan tentunya orang
sekaliber anda bisa mengetahui bidang teknologi apa yang dikuasai oleh
Xu KeQian satunya.

> Dalam hal ini, omongan atawa pendapat para Huaqiao yang keblinger,
> termasuk A. Dahana dkk,  tidak punya bobot samasekali, sebab tidak
> punya kontribusi barang secuwilpun; tidak dimasa lalu, tidak dimasa
> kini, juga tidak dimasa yang akan datang.  Fakta bahwa Dahana dkk
> tidak punya kontribusi barang secuwilpun buat kemajuan Tiongkok,
> tetapi sekarang ternyata berusaha MENUNGGANGI kemajuan itu dan malahan
> berusaha MENYELEWENGKAN arahnya, itu sih namanya bukan saja TIDAK TAHU
> DIRI, tetapi sudah termasuk gerakan SUBVERSI.   Kafilah kemajuan
> Tiongkok modern akan berjalan terus, tidak perduli betapa santernya
> kalian menggonggong-gonggong.
>

Anda juga tidak memahami bahwa sekarang ini gerakan kebangkitan
Confuciusm begitu gencarnya, bahkan di Beijing Normal University ada
upacara kelulusan dengan upacara dan penghormatan kepada Confucius.
Dan gerakan itu meluas di berbagai daerah seperti Hang Zhou, Nanjing
dan dibanyak tempat.
Anda pernah dengar itu ?

Dan apakah tujuan pemerintah PRC mencanangkan gerakan penghormatan
Confucius dimana-mana di daratan Tiongkok ? Ingat jangan sekali-sekali
menulis dengan isapan jempol.

> DAHANA: Para perancang kebijakan global dengan cerdik menggunakan
> popularitas Konfusius itu untuk tujuan politik luar negeri. Langkah
> itu diuntungkan dengan kecenderungan global munculnya animo sangat
> tinggi untuk belajar Bahasa Cina dan keinginan tahu untuk mengetahui
> lebih dalam tentang kebudayaan Cina.
> Puluhan bahkan mungkin ratusan ribu pelajar asing dari seluruh dunia
> kini berhimpun di kampus-kampus universitas Cina untuk belajar bahasa
> dan kebudayaan Cina.
>
> Ir.NJOO: Ini fantasinya Dahana yang subjektif.  Minat orang2 barat
> itu sih bukan gara2 mereka mengagumi Confucius, melainkan se-mata2
> karena mereka mengagumi kemajuan ekonomi dan masyarakat baru Tiongkok,
> dan yang terutama, ingin kecipratan rejeki.  Pandangan mereka terhadap
> para Huaqiao pengikut Confucius sih tetap tidak berubah sejak jaman
> sebelum PD ke-2, yaitu, sebagai pariah, the sick man of Asia, seperti
> „Anjing dan orang Cina dilarang masuk" kedalam kebon dirumahnya
> sendiri.
>

Anda baca lagi dengan teliti tulisan prof.Dahana.

> DAHANA: Sebagai hasilnya Dewan Bahasa Cina Internasional (Hanban)
> mendirikan Confucius Institute. Misi dari badan yang sepenuhnya
> ditunjang pemerintah itu adalah untuk mempopulerkan Bahasa Cina dan
> memberikan penerangan tentang kebudayaan Cina. Organisasi itu telah
> berdiri di beberapa universitas di Amerika dan Eropa. Ia bertugas juga
> untuk mengusahakan agar Bahasa Cina tampil bersanding bersama Bahasa
> Inggris sebagai bahasa asing kedua di dunia.
>
> Ir.NJOO: Sekali pak Dahana telah terbukti MENGISAP JEMPOL, yah tetap
> saja pak Dahana MENGISAP JEMPOL ....  Silahkan baca sendiri referensi2
> tentang berbagai Confucius Institute diakhir tulisan ini ([8-a –
> [8-d]], dimana SAMA SEKALI TIDAK TERCANTUM tujuan atawa misi untuk
> membangkitkan kembali ajaran Confisius, melainkan untuk mempopulerkan
> bahasa dan kebudayaan Cina.
>

Anda tidak tahu bahwa salah satu akar kebudayaan Tiongkok adalah
Confuciusm ? Mereka yang memahami Confuciusm juga paham bahwa qi qin
shu fa banyak dipengaruhi Confuciusm, Taoism dan Buddhism belakangan.
Selain hal itu tentunya juga dipengaruhi oleh Mohism. Yang sebenarnya
pengaruh Mohism itu ada tapi jarang disebut.

Sekarang saya tanya kepada anda, apakah kebudayaan Cina itu ? Tentunya
anda bisa mengutip dari mesin pencari, dan menjawabnya dengan elegan
dan baik. Bukan sekedar copy paste saja.

> Terutama sekali, baca [8-c], pernyataan RESMI dari pejabat yang
> berwenang,http://www.radio86.co.uk/china-insight/from-chinese-media/5507/confuc...,
> yang intinya saya petik dibawah ini:
> "Actually our Confucius Institute DOES NOT IMPLY CONFUCIANISM; it is
> just an organ to promote Chinese language and culture," said Zhao
> Guocheng, Deputy Chief Executive of the Office of Chinese Language
> Council International, to CHINAFRICA. According to him, the core of
> CI's work is not to promote certain values, but to respond to the
> demands of foreign countries, and supply services and information
> about China to those who are interested in it.
> Nah, sekarang kelihatan khan, Udang-Dibalik-Batu nya Dahana dkk buat
> meyelewengkan para pembaca dari fakta dan kenyataan?  Bantahan dari
> pak Dahana dan para penyokongnya saya tunggu.
>
> DAHANA: Dalam programnya, Hanban juga telah merekrut para lulusan
> universitas yang memiliki keahlian dalam pengajaran Bahasa Cina
> sebagai bahasa asing untuk memperkenalkan Bahasa Cina di universitas
> bahkan SMA. Di Indonesia kini ada puluhan guru berstatus sebagai
> relawan yang mengajar Bahasa Cina di berbagai sekolah menengah negeri
> dan swasta.
> Kini puluhan universitas di Indonesia telah mengajukan diri menjadi
> tuan rumah Confucius Institute tersebut. Sekarang budaya Cina, kalimat
> populer seperti Ni Hao, Wo ai ni, dan Ni hen piaoliang tidak lagi
> barang atau kalimat asing di negeri ini. Huanying Huayu (selamat
> datang Bahasa Cina).
>
> DAHANA: Penulis adalah Guru Besar Studi Cina, Universitas Indonesia
>
> Ir.NJOO: Hahahaaaa …. Mengaku Guru Besar koq bicaranya amburadul
> kayak gitu?  Eh, pak Dahana, kemampuan seseorang itu, baik kemampuan
> ilmiah maupun kemampuan praktis, HARUS ditunjukkan dengan FAKTA,
> bukannya dengan mengaku ini - mengaku itu - setinggi langit.
> Kenyataannya, omongan pak Dahana semuanya NONSENS, tidak lain hanya
> fantasinya pribadi, sebab tidak cocok atau bahkan bertentangan dengan
> FAKTA, yaitu pernyataan2 RESMI dari berbagai Confucius Institutes
> diseluruh dunia, dimana terang2an dinyatakan bahwa misi nya CI itu
> BUKAN untuk mempromosi ajaran Confucius (Ref. [8-c]), melainkan justru
> sebaliknya untuk mempertanyakan dan mendiskusikan, apakah ajaran
> Confucius masih bisa berlaku dan bermanfaat dalam masyarakat modern
> (Ref. [8-d]).  Disini saya TANTANG pak Dahana serta para pengikutnya
> untuk mendiskusikan pertanyaan2 dalam ceramah Profesor Kejian Xu dari
> Nanjing University dibawah ini ([8-d]),
> <http://www4.ncsu.edu/~xkeqian/NCTAN%20workshop%20presentation20060626...>
> persisnya dengan butir2 berikut:
>
> SOME DISPUTED ISSUES:
> (a) What is the relation between tradition and modernity?
> (b) What kind of roles Confucianism might play in contemporary Chinese 
> society?
> (c) Will Confucianism be an obstacle or a useful resource in China's
> modernization, democratization, and market economy construction?
> (d) Is it possible for Confucianism and its practice to come back, at
> least in certain degree, to modern Chinese people's daily life?
> (e) What is the universal values in Confucianism?
> (f) And its significance to contemporary world?
>
> JAWABAN Ir.NJOOatas butir2 tersebut diatas akan dibahas dalam
> tulisan saya yang berikutnya.
>

Anda mengikuti workshop tersebut ? Atau hanya sekedar isapan jempol
dari hasil searching ?
Xu KeQian memberikan jawaban di workshop tersebut. Dan saya ingin tahu
dari anda langsung, apa jawaban Xu terhadap 6 butir yang ia tanyakan
itu. Saya sendiri tidak mengikuti workshop, jadi tidak bisa
berkomentar banyak.

> Catatan:  Penyanggah (Ir.Njoo) berpengalaman sebagai Guru Besar
> dengan gelar Full Professor di salah satu Universitas terkenal di
> Amerika Serikat, ilmuwan dengan gelar Ph.D. berpengalaman belasan
> tahun sebagai researcher disalah satu National Laboratory Amerika,
> yang dibuktikan dengan berpuluh karya yang di publikasi di berbagai
> journal profesional, sekarang menduduki jabatan resmi pada pemerintah
> USA yang bertugas menilai karya2 ilmiah dari para ilmuwan Amerika dan
> seluruh dunia, termasuk Profesor2 dari seluruh dunia.  Dengan demikian
> harap saja JANGAN ADA ORANG YANG BERANI BILANG, SAYA TIDAK BERWENANG
> ATAU TIDAK PUNYA KOMPETENSI BUAT MEMBANTAH PAK DAHANA. Jika mau
> diperbandingkan, maka soal mendiskualifikasi karya seorang guru besar
> dari UI seperti pak Dahana ini bagi saya sih cuma tergolong "piece of
> cake" saja.  Tidak percaya?  Mari kita berdebat menurut aturan, yaitu
> tanpa Logical Fallacy.
>
> TANTONO: Saya sendiri berpendapat sama dengan pak Dahana, bahwa dalam
> upaya globalisasi pemerintah Komunis berusaha menarik simpati Tionghua
> perantauan dengan menunjukkan perubahan kembali ke Confusianisme.
> Tetapi kepala sama hitamnya, pendapat bisa sangat berbeda.  Salam, Tan
> Lookay
>
> Ir.NJOO:
> Adalah sebuah fakta yang menarik bahwa pak Chan CT, pak Thio KB dan
> dan pak dokter Han HS, dulunya sama2 dikenal sebagai Maoist.  Bahkan
> menurut pak Thio KB, pak Chan ikut masuk barisan Pengawal Merah di
> Hong Kong.  Sekarang ketiganya berbalik haluan –FLIP-FLOP- menjadi
> Confucianist dengan tidak kalah fanatiknya seperti dulu sebagai
> Maoist.  Rupanya mereka menjadi Maoist maupun Confucianist atas dasar
> landasan yang sama, yaitu FANATISME dan DOGMATISME yang membabi-buta,
> yang membuat mereka telah salah-jalan dan salah-arah dalam hidupnya,
> hingga menjadi orang pariah seperti sekarang.  Flip-Flop demikian ini
> sama sekali bertentangan dengan pandangan hidup saya pribadi yang
> tetap (steady) dan tidak pernah goyah, sebab berlandasan kebenaran dan
> perikemanusiaan.  Sekalipun saya sampai hari ini mengagumi Mao dengan
> teori revolusionernya yang akan terus mengilhami dunia sepanjang masa,
> terutama mereka yang ingin merombak masyarakatnya yang sudah parah
> secara radikal, saya justru sangat anti dan tidak pernah latah ikut2an
> mengoceh MDH, seperti mereka bertiga, apalagi mengacung2kan buku merah
> kecil yang berisi ujar2 Ketua Mao, seperti yang dilakukan oleh pak
> Chan sebagai anggota Pengawal Merah.  Terus terang saja, bulu-kuduk
> saya sampai mengkirik menyaksikan kambrat2nya pak Chan dilayar TV yang
> teriak2 histeris sambil meng-acung2kan buku merah. Lucunya, mereka
> yang dulu menganut gerombolan Jiang-Qing dan Lin Biao, sekarang justru
> berbalik (flip-flop) menganut paham Confucius.  Rupanya, satu kali
> mereka kesasar salah jalan, tetap saja kesasar dan salah-jalan,
> meskipun flip-flop kemana pun juga.  Disini terbukti sekali lagi
> betapa benarnya filsafat Aufklaerung yang menganjurkan kita
> menggunakan rasio kita masing2, tidak membabi buta menjadi antek2
> gerakan yang sesaat sedang populer.  Semboyan (motto) yang dianjurkan
> oleh filsuf Aufklaerung Immanuel Kant maupun filsuf kontemporer Michel
> Foucault (Neo-Kantian) adalah "Sapere Aude", artinya, beranilah
> berpikir menggunakan akal sendiri 
> (Ref.[9],http://en.wikipedia.org/wiki/Sapere_aude) dan [Ref.[10], "Religion 
> and
> Enlightenment" oleh L. Assyaukanie di JIL
> <http://islamlib.com/en/article/religion-and-enlightenment/>).
>

Maaf, sekedar mengingatkan agar anda tidak mengisap jempol. Jiang Qing
dan Lin Biao bukan satu gerombolan.
Justru yang dihajar itu adalah pengikut Lin Biao dan Liu ShaoQi oleh
Jiang Qing.
Jadi tulisan anda  "Terus terang saja, bulu-kuduk
> saya sampai mengkirik menyaksikan kambrat2nya pak Chan dilayar TV yang
> teriak2 histeris sambil meng-acung2kan buku merah. Lucunya, mereka
> yang dulu menganut gerombolan Jiang-Qing dan Lin Biao," tentunya harus bisa 
> dipertanggungjawabkan dengan baik, bukan sekedar isapan jempol belaka.


> Sekian dulu wejangan saya.
> Salam
> Ir.HaoliongNjoo
>


Hormat saya,


Xuan Tong, yang bukan siapa-siapa



------------------------------------

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke