waduh...gitu aja kok pada repot demo2x. kl memang punya dana yang halal yang 
tidak membuat rakyat jadi susah, silakan geto loh, but kl dananya ternyata 
hasil korupsi atau membuat rakyat jadi susah seperti krisis harga bbm saat ini, 
mbok ya...jangan di bangun geto loh.  salam.....

--- On Wed, 12/10/08, yulianto qin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: yulianto qin <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Desakan FPI dan LSM Proyek Patung Naga Dihentikan
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, December 10, 2008, 8:09 AM










    
            hehehehe...
makin hari makin aneh saja negara kita ini....prihatin

salam
Yulianto Qin

2008/12/11 Sunny <[EMAIL PROTECTED] se>

















    
            




Refleksi: Bagaimana kalau proyek patung Naga diganti dengan 
proyek unta atau pohon korma, apakah bisa demikian? Kalau saya  
disuruh pilih saya akan ambil pohon korma, sebab bisa berbuah dan bila banyak 
berarti  tidak perlu impor dari tanah gurun pasir  untuk 
konsumsi pada hari-hari besar,  kalau  pohon korma bisa banyak 
seperti kelapa sawit, hasilnya  bisa  mencukupi konsumsi dengan 
produksi dalam negeri, kwalitasnya  pasti lebih  manis dan juicy 
serta berkhasiat kencang  
urat otot..
 
 
http://www.sinarhar apan.co.id/ berita/0812/ 09/sh02.html


Desakan FPI dan LSM
Proyek Patung Naga 
Dihentikan


Pontianak - Kepolisian Daerah Kalimantan 
Barat mengakui Kapolres Kota Singkawang Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) 
Parimin Warsito telah mendesak Wali Kota Hasan Karman (Bong Sau Fan) 
menghentikan sementara waktu proyek pembangunan Patung Naga, sebagai salah satu 
daya tarik wisata.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Kalbar AKBP 
Suhadi kepada SH, Minggu (7/12) mengatakan, desakan kepolisian itu menanggapi 
demonstrasi besar-besaran Front Pembela Islam (FPI), Forum Pemuda Melayu (FPM) 
dan Lembaga Swadaya Masyarakat Perintis, menentang kelanjutan pembangunan 
Patung 
Naga di Singkawang, Jumat (5/12).

Suhadi mengungkapkan, surat desakan 
Kapolresta Singkawang kepada Wali Kota Singkawang, bernomor B/3284/XII/2008 
ditembuskan kepada Kapolda Kalbar, dan unsur Muspida Kota Singkawang. Intinya 
Kapolresta Singkawang mengharapkan tercapainya situasi keamanan yang kondusif 
supaya pembangunan di berbagai aspek bisa berjalan sesuai 
harapan.

Anggota DPRD Provinsi Kalbar Tobias Ranggie di tempat terpisah 
menilai aksi penolakan kelanjutan pembangunan Patung Naga di Singkawang, mesti 
ditanggapi dengan hati dan kepala dingin, tetap menghargai keberagaman sebagai 
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Ini karena implikasi 
permasalahannya sudah berada pada ranah yang sangat sensitif.
Menurut Tobias, 
"insiden Singkawang" sama dengan penolakan kelompok masyarakat terhadap rencana 
pembangunan patung bernuansa bukti fisik keberadaan kelompok tertentu di Batam 
beberapa tahun lalu. "Saran saya implikasi sosial di balik kelanjutan 
pembangunan Patung Naga di Singkawang, jangan sampai terkesan dianggap sepele," 
ujar Tobias.

Tobias meminta Wali Kota Bong Sau Fan bersikap arif dan 
bijaksana, harus mampu mengakomodasi kepentingan berbagai pihak, supaya 
keharmonisan antarmasyarakat bisa berjalan sesuai harapan. "Saya bukan pada 
posisi setuju atau tidak setuju, tapi lebih kepada melihat implikasinya di 
masyarakat. Peran Bong Sau Fan Hasan sebagai Pamong Praja yang mesti mampu jadi 
pengayom dan pelindung semua komponen masyarakat tengah diuji," ungkap 
Tobias.

Diungkapkan Tobias, ide pembangunan Patung Naga sudah diluncurkan 
sejak 2002 ketika Wali Kota Singkawang dijabat Awang Ishak yang kebetulan dari 
etnis Melayu beragama Islam. Waktu itu pun setelah akan direalisasikan, batal 
di 
tengah jalan, karena belum ada titik temu.

Ketika Wali Kota Singkawang 
dijabat Hasan Karman, terhitung Desember 2007 yang berasal dari etnis Tionghoa 
beragama Protestan, lanjut Tobias, ide pembangunan Patung Naga dikonkretkan. 
Permasalahannya menjadi rumit karena dalam perjalanannya ada indikasi berbagai 
kepentingan masyarakat masih perlu dibicarakan lebih konkret 
lagi.

Harmonis
Kota Singkawang berjarak tempuh 143 kilometer dari 
Pontianak, berpenduduk 210.000 jiwa dan 41,7% penduduknya berasal dari etnis 
Tionghoa. Setiap Perayaan Imlek dan Cap Goh Meh, Kota Singkawang selalu menjadi 
pusat perhatian masyarakat di Indonesia, karena dijadikan pusat kegiatan ritual 
bernuansa Tionghoa. 
Suhadi mengungkapkan, desakan penghentian sementara 
sambil mencari solusi terbaik, karena persoalan sebenarnya ada indikasi 
kurangnya komunikasi antarkomponen masyarakat, sehingga nuansa curiga satu sama 
lain lebih menonjol. 

Wali Kota Bong Sau Fan kepada wartawan di 
Singkawang, Sabtu (6/12) mengatakan, pihaknya akan mengakomodasi berbagai 
keinginan masyarakat, supaya proses pembangunan berkelanjutan di Singkawang 
berjalan sesuai harapan. Sejauh ini komunikasi Pemerintah Kota Singkawang 
dengan 
berbagai komponen masyarakat te-ngah berjalan. 

"Pembangunan Patung Naga 
murni keinginan masyarakat dan sepenuhnya atas swadaya masyarakat pula. 
Tujuannya sebagai salah satu daya tarik wisata di Singkawang. Tapi, Pemerintah 
Kota Singkawang tidak akan tutup mata terhadap implikasi permasalahan sosial 
tengah terjadi yang menyertainya, " ujar Hasan.

Praktisi hukum Universitas 
Tanjungpura, Rousdy Said menilai, polemik pembangunan Patung Naga di Singkawang 
mengharuskan Pemerintah Kota Singkawang pada khususnya dan Pemerintah Provinsi 
Kalbar pada umumnya bekerja sangat keras lagi menjalin komunikasi lebih 
komprehensif dengan berbagai komponen masyarakat, melalui tata kerja, 
kebijakan, 
tindak-tanduk, bahasa dan komunikasi politik menyejukkan. 
(aj

      

    
    
        
        
        
        


        


        
        
        
        
        




      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      

Reply via email to