Kasian sekali ya Mang Ucup.. Apa sudah berhasil ditolong anak ini?
Sama Romo Gani ditolong nya? salam dan doa, th --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "mangucup88" <mangu...@...> wrote: > > Seorang bocah melipat tubuhnya kedinginan di sudut taman kota yang > lusuh. Wajahnya, gelap tiada bersemangat. Mulutnya, nampak > mengharapkan sesuatu di tengah malam seperti ini. Sudah seharian, > orang-orang tiada mengulurkan tangannya. Ia, memang selalu kalah > dengan anak-anak pemulung lainnya yang jauh lebih tinggi dan kekar. > Badannya terlalu kecil untuk menjadi seorang pengemis jalanan. Air > matanya menetes ke tanah, penuh kelelahan. > > Saelan nama saya. Apabila turun hujan badan saya gemetar kedinginan, > karena rumah maupun pakaian hangat tidak saya miliki. Satu-satunya > pakaian yang saya miliki hanya kaos oblong yang melekat di badan > saya, sepatu hanya merupakan impian yang tidak pernah tercapai sejak > saya lahir. Tempat tidur kami adalah batu trotoir yang keras dan > kotor. Sering kali kami harus tidur dengan perut kosong, karena tak > ada makanan saya miliki, sehingga seringkali saya bertanya untuk apa > saya dilahirkan di dunia ini? Saya hanyalah seorang anak jalanan > yang tidak di inginkan, bahkan dianggap sebagai lalat maupun sampah, > yang harus dijauhi bahkan kalau bisa dibuang. > > Sejak saya lahir tidak pernah saya mendapatkan belaian kasih, > ataukan pelukan lembut dari seorang ayah maupun ibu, rasa lapar > masih bisa saya tahan, tetapi dahaga akan kasih, siapa yang bisa dan > mau memberikannya kepada kami anak jalanan? > > Satu-satunya manusia yang tertarik akan nasib kami, adalah seorang > Romo, ia adalah pengganti keluarga kami, ia adalah pengganti ayah > kami. Ia tidak menjejali saya dengan segala macam ayat, tetapi ia > mempraktekan apa yang tercantum di dalam ayat, kami tidak > membutuhkan agama, yang kami butuhkan ialah kasih dari seorang ayah, > kasih seorang kakak, kasih seorang ibu yang tak pernah kami dapatkan > dan Romo inilah satu-satunya manusia yang masih perduli akan nasib > kami dan yang masih mau memberikan kasihnya kepada kami. > > Ia selalu menasehati dan menegor kami, agar kami bisa menghargai > tubuh kami, karena itulah satu-satunya yang masih kami miliki > seutuhnya, ia selalu menasehati agar kami tidak menjual tubuh kami. > Kami memanggil dia Mo Gani, pakaiannyapun tidak beda jauh dengan > kami, kaos oblong yang dekil dan sendal jepit, karena ia memberikan > dan membagi semua yang ia miliki dengan kami. Hampir tiap hari ia > makan bersama dengan kami dan ia makan apa yang kami makan. Bahkan > tidak ragu-ragu ia turut mencari makanan dan makan dari tempat > sampah di resto-resto mewah seperti Mc Donald. > > Cita-cita saya ingin menjadi seorang pemain sepak bola, tetapi > bertepatan pada hari Natal kemarin, saya ditabrak oleh motor yang > lagi ngebut dan setelah ia menabrak saya ia minggat. Ia tidak > perduli bahwa saya luka parah dan darah mengalir tiada hentinya, > untung ada si Udin kawan saya, yang membantu menitih dan membawa > saya kerumah sakit. Walaupun saya menggerang kesakitan, tetapi tidak > ada seorang Dr maupun perawat yang perduli akan nasib saya, dalam > saat tsb saya berpikir kenapa anjing saja mendapatkan lebih banyak > perhatian daripada kami anak manusia. > > Untung beberapa saat kemudian Mo Gani dtg sehingga timbul kembali > harapan saya, tetapi rupanya ia juga tidak bisa menolong banyak. > Bahkan ia juga dianggap seperti kami anak jalanan, karena > penampilannya yang serupa dengan kami, sehingga pihak rumah sakit > tetap bersikeras menuntut jaminan biaya terlebih dahulu. Apalagi > biaya yang dibutuhkan sangat banyak sekali sekitar Rp 6 juta. > > Mo Gani tidak memiliki uang, karena apa yang ia miliki selalu > diberikan dan dibagikan kepada kami anak-anak jalanan. Menurut Dr > kalau kaki saya tidak segera di operasi, maka saya akan menjadi > cacad seumur hidup. Saya harus jalan dengan tongkat seumur hidup, > saya tidak akan bisa berlari-larian lagi, saya tidak akan bisa > bermain lagi dan musnahlah harapan saya satu-satunya untuk bisa > menjadi pemain sepak bola. > > Saya pikir menjelang Natal ini mungkin masih ada sedikit rasa kasih > diantara sesama manusia, tanpa melihat agama apapun yang kita anut, > adakah pembaca yang rela mau membantu saya? Saya tidak mengharapkan > untuk mendapat pendidikan yang tinggi, satu-satunya harapan ialah > saya bisa sembuh dan berjalan lagi. Apakah harapan saya terlalu > tinggi? Ataukah saya sudah ditakdirkan untuk menjadi pincang dan > cacad seumur hidup???? > > Apabila ada pembaca yang rela dan bersedia membantu saya untuk > meringankan pergumulan Mo Gani harap bantuan dikirimkan ke rekening > dibawah ini: > > Sumbangan mohon dikirimkan > ke Rekening BCA 222 001 036 1 > atas nama Robertus Agus Waskito > > Saya akhiri tulisan ini dengan ucapan banyak terima kasih sebelumnya > berikut Ucapan Selamat Hari Natal > > Salam kasih dengan tabik jabat tangan erat > Mang Ucup > Email: mangu...@... > Homepage: www.mangucup.org >