Well, 

Setahu saya di gambar orang-orangan tersebut tidak pernah ditulis nama. Nah 
yang menjadi sasaran kemarahan juga bukanlah orang tertentu. Biasanya yang 
ditulis paling cuma "orang jahat", "musibah", "penyakit", "bencana".

Nah kalau bang Agoeng pernah melihat ada yang tulis nama orang langsung, 
mungkin adalah improvisasi si individu. Acara "pukul-pukul" kertas yang paling 
ramai pernah saya amati sewaktu masih di Medan. Waktu itu umur saya masih belum 
akil balig, yang pukul-pukul adalah nenek saya di depan harimau putih. Saya 
sendiri juga diajari pukul-pukul. Total kurang lebih ada 50an encim-encim pada 
mukul-mukul.

Seru juga sih.

Hormat saya,

Yongde


--- On Wed, 2/11/09, Tantono Subagyo <tant...@gmail.com> wrote:
From: Tantono Subagyo <tant...@gmail.com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Chinese Black Magic
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, February 11, 2009, 10:38 AM











    
            Saya masih agak bingung sdr Hendri, secara psikologis memang 
positif bagi yang mukul-mukul, tetapi bagaimana ya kalau ada orang yang tahu 
potretnya dipukul-pukul karena dia dianggap jahat.  Jadi nggak enak 'kali ya.  
Tapi bagus juga sih, kita bisa pasang gambar Osama Bin Laden, George Bush atau 
Sindhunata (asal anaknya nggak nuntut saja ) daripada melampiaskan 
kemarahan/uneg- uneg di milis yang bisa berdampak negatif dan menyinggung orang 
lain.  Tapi jangan dibagilah ilmunya nanti orang PDIP pasang gambar SBY atau 
sebaliknya ada yang pasang gambar Bu Mega.  Menarik sih, pengen lihat juga.  
Kalau di kuil Shinto di Nara ada  ruang banting barang untuk melampiaskan hawa 
negatif tapi nggak ada gambar orangnya.  Salam, Tan Lookay



2009/2/11 Hendri Irawan <heny...@yahoo. com>






Itu biasanya dilakukan di depan harimau putih, bisa juga gak di depan
harimau putih sih. Termasuk salah satu metode jixa. Yang dipukul-pukul
itu adalah orang yang dianggap bakal menjahati atau mencelakai, juga

kemalangan/musibah yang bakal terjadi. Katanya sih supaya abis
dipukul-pukul dimaki-maki yah mereka-mereka itu tidak datang.

Sebenarnya kalau mau didalami ini adalah salah satu cara penyaluran
pikiran-pikiran negatif. Dalam taoisme metode-metode pikiran ini

sangat rinci dan mendalam. Nah diajarkannya ke masyarakat awam adalah
dalam bentuk sederhana namun mengena. Dengan metode pukul-pukul ini
diharapkan pikiran-pikiran negatif ini tersalurkan dan ketakutan akan
adanya musibah atau kena celaka juga "sedikit terobati". Bagaimana

bisa menghadapi bencana kalau belum apa-apa sudah takut duluan karena
dibilang "lu tahun ini ciong gede".

Ini termasuk magic gak yah hue hue hue...

Hormat saya,

Yongde 


--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, agoeng_...@. .. wrote:
>
> Om Tan. Yg lebih penting itu kriteria tuhan apa label tuhan? Klo

kriteria misal ada kriteri A B C D klo seseorang apa sesuatu masuk
kesono bisa disebut tuhan. sedang klo berdasar label( nama) maka
hanya yg sebutan/ nama XXX aja yg dianggep tuhan, diluar itu tidak. 
Klo menurut g seh asal kriteria tuhan masuk yah g anggep tuhan,

walaupun labelnya raja setan sekalipun trus walaupun ada si XXX yg org
sebut dia tuhan tp klo ga masuk kriteria yah tetep aja ga dianggep
tuhan. Btw di klenteng di daerah pluit ada tuh ritual di depan salah
satu altar yg abis/ sambil berdoa mukul2 kertas merah yg ada gambar

org n dikasih nama sambil maki2 marah2 kadang sangking kesalnya ada
juga yg nangis. Itu bisa jadi contoh berdoa minta yg jelek2 di depan
tuhan? Hehehe klo nama ritualnya mungkin kang a kian yg bisa bantu. N
sekalian jelasin maksudnya apa. 







-- 
Best regards, Tantono Subagyo


 

      

    

           
  
    
        
         
        
        








        


        
        


      

Kirim email ke