Website INTI: http://id.inti.or.id/ hanya saja sayang, nampaknya beberapa bulan 
ini tidak diupdate, terakhir bulan Juni saja, dan, ... agak lambat, harus 
tunggu agak lama baru bermunculan. Atau kebetulan jalur sedang sibuk?

Salam,
ChanCT

  ----- Original Message ----- 
  From: dennytan14 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, September 04, 2009 5:33 AM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: WINTI DALAM MULTIKULTURALISME


  saya sudah dengar lama organisasi INTI,
  apakah INTI memiliki Website sendiri ? Saya yakin organisasi INTI besar, 
sebaiknya dapat dikenali identitasnya melalui website. Sehingga lebih mudah 
berinteraksi dengan anggota2nya yg lain.
  Salam.


  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "HKSIS" <sa...@...> wrote:
  >
  > WINTI  DALAM  MULTIKULTURALISME
  > 
  > Oleh : Dali Santun Naga
  > 
  > SINERGI, Agusuts 2009
  > 
  >  
  > 
  > Pada tanggal 23 Juni 2009, Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) 
menyelenggarakan perayaaan ulang tahun kesepuluh. Ini menunjukkan bahwa INTI 
lahir pada tahun 1999 bersamaan waktu dengan kelahiran beberapa organisasi lain 
sejenis seperti Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI). Terdapat 
banyak kesamaan di antara INTI dan PSMTI. Kalaupun terdapat perbedaan, maka 
perbedaan itu hanya terletak pada gaya kegiatan mereka. Itulah sebabnya apa 
yang ditulis di sini berlaku juga untuk PSMTI.
  > 
  > Konstituen INTI adalah Warga atau Warganegara Indonesia-Tionghoa (Winti). 
Karena itu perjuangan INTI selama ini terkait erat dengan kepentingan suku 
Winti. Selama banyak tahun, kaum Winti merasa menderita karena dikekang oleh 
sejumlah peraturan yang dibuat oleh Pemerintah. Dengan demikian, perjuangan itu 
banyak tertuju kepada pencabutan berbagai aturan yang menjadi kekangan itu. 
Hasil perjuangannya cukup banyak, mulai dari pencabutan larangan penggunaan 
bahasa dan tulisan Han sampai ke penetapan tahun baru imlek sebagai hari raya 
nasional dan menjadi hari libur resmi.
  > 
  > Perjuangan INTI tentunya tidak terbatas kepada perjuangan terhadap 
penghapusan peraturan yang menjadi kekangan bagi kaum Winti. Perjuangan ini 
hanya merupakan salah satu sisi dari perjuangan yang lebih besar lagi. 
Perjuangan yang lebih besar itu adalah eksistensi kultur dan tradisi Winti di 
dalam kerangka multikulturalime di Indonesia. Perjuangan itu juga meliputi 
bagaimana kultur Winti berinteraksi dengan kultur lainnya. Secara ringkas 
padat, multikulturalisme di Indonesia tercantum di dalam lambang negara: 
bhinneka tunggal ika, berbeda tetapi satu jua.
  > 
  > Ada sejumlah hal yang dapat dilakukan oleh kaum Winti di dalam kerangka 
multikulturalisme agar eksistensi suku Winti dapat diakui dan diterima oleh 
kultur lainnya. Dan bersama itu diharapkan organisasi seperti INTI dan PSMTI 
dapat memimpin jalan ke arah itu agar multikulturalisme di Indonesia menjadi 
perpaduan yang harmonis  dan sinergis di dalam kerangka bhinneka tunggal ika. 
Dan di dalam multikulturalisme itu terdapat kultur Winti yang berperanan di 
dalam harmonisasi itu.
  > 
  > Langkah pertama yang penting adalah pembangunan wawasan kebangsaan. Kultur 
apa pun yang dianut, Winti tetap memiliki wawasan kebangsaan Indonesia. 
Bagaimanapun juga identitas Winti merupakan bagian dari multikulturalisme 
Indonesia sehingga oleh karenanya memiliki wawasan kebangsaan Indonesia. Hal 
serupa terjadi juga di negara tetangga kita.  Di Filipina, Corazon Aquino yang 
merupakan turunan imigran dari Fujian menjadi presiden dan memiliki wawasan 
kebangsaan Filipina. 
  > 
  > Di Thailand, Takhsin Sinawatra yang merupakan turunan imigran dari 
Guangdong menjadi perdana menteri dan memiliki wawasan kebangsaan Thailand. Di 
Papua Niugini, Julius Chan yang merupakan turunan imigran dari Tiongkok menjadi 
perdana menteri dan memiliki wawasan kebangsaan Papua Niugini. Imigran dari 
Tiongkok di Singapura kini membangun wawasan kebangsaan Singapura dengan 
menjadi bangsa Singapura. Winti di Indonesia juga harus berwawasan kebangsaan 
Indonesia. 
  > 
  > Langkah kedua yang penting di dalam eksistensi kultur Winti adalah 
pengenalan dan pemahaman terhadap  kultur lain. Banyak seluk beluk yang 
terdapat di dalam berbagai kultur yang membentuk multikulturalisme Indonesia. 
Tanpa mengenal, memahami, dan menyelami kultur lain mungkin saja timbul 
benturan kultur yang tidak kita inginkan. Bahkan lebih dari itu, adalah hal 
yang menguntungkan kalau, meminjam pendapat Schumacher tentang pengetahuan 
ketiga, Winti  juga mengetahui bagaimana pandangan kultur lain terhadap kultur 
Winti. 
  > 
  > Pengenalan, pemahaman, dan penyelaman ini dapat diperoleh dari berbagai 
sumber. Ada sumber pengalaman pribadi dan ada pula sumber bacaan. Di dalam 
kultur terdapat tata nilai atau sistem nilai yang mendorong tindakan setiap 
orang atau kelompok orang menghadapi orang atau kelompok orang lain. Tata nilai 
semacam ini dapat diketahui melalui bacaan dan pengalaman. Mereka semuanya 
menjadi bahan berharga untuk masyarakat Winti agar tindakan yang dilakukan oleh 
masyarakat Winti tidak menimbulkan benturan yang merugikan.
  > 
  > Langkah ketiga yang juga penting di dalam eksistensi kultur Winti adalah 
pertemuan di antara kultur. Kultur bukan barang mati yang tidak dapat diubah. 
Seabad yang lalu perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan berusaha mengubah kultur para 
Winti yang dinilai terlalu boros. Kini seabad kemudian, kaum Winti dapat saja 
mengubah sebagian kulturnya untuk menemukan titik temu di antara berbagai 
kultur di dalam kerangka multikulturalisme. Tentunya perubahan ini perlu 
terjadi dalam suatu kriteria tertentu sehingga bukan merupakan asal ubah yang 
tidak mengena.
  > 
  > Salah satu kriteria yang layak di dalam pertemuan kultur adalah perluasan 
wilayah bersama di antara kultur yang berbeda. Kelak wilayah bersama di antara 
berbagai  kultur tidak lagi menjadi kultur suku melainkan menjadi kultur 
Indonesia. Secara ringkas wilayah bersama ini tercermin di dalam ungkapan satu 
nusa, satu bangsa, dan satu   bahasa yang dicetuskan oleh Sumpah Pemuda. 
Wilayah bersama kultur ini merupakan wialayah yang memadai untuk membangun 
sinergi bangsa. Misalnya, bahasa apapun yang digunakan oleh berbagai kultur, 
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tetap menjadi bahasa utama.
  > 
  > Langkah keempat yang sudah berlangsung lama adalah akulturasi di antara 
berbagai kultur di dalam kerangka multikulturalisme. Akulturasi yang terjadi 
hendaknya berkembang secara alamiah dan bukan akulturasi paksaan seperti 
gagasan asimilasi yang pernah dicetuskan beberapa dasawarsa yang lampau. Di 
dalam akulturasi itu kultur Winti dapat menerima dan memberi. Pemberian dan 
penerimaan ini hendaknya bermutu sehingga secara keseluruhan akan meningkatkan 
mutu bangsa.
  > 
  > Sangat dianjurkan agar Winti dapat mengambil bagian dalam usaha memajukan 
negara di berbagai bidang. Usaha itu dapat berlangsung secara perorangan atau 
secara kelompok. Namun sumbangan itu dapat juga melalui akulturasi. Akulturasi 
tidak hanya berlangsung dalam bentuk makanan atau seni melainkan dapat juga 
melalui karakter positif yang dapat memajukan kehidupan semua orang.
  > 
  > Organisasi seperti INTI dan PSMTI dapat merintis jalan untuk langkah 
pertama, kedua, dan ketiga serta menjadi pembina untuk langkah keempat. Dengan 
demikian kegiatan organisasi akan berlangsung lama meliputi sejumlah generasi 
mendatang. Kegiatan demikian memberikan sumbangan positif bagi perkembangan 
multikulturalisme di negara ini. Dirgahayu INTI
  >




  ------------------------------------

  .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

  .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

  .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

  .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

  Yahoo! Groups Links





------------------------------------------------------------------------------



  Internal Virus Database is out of date.
  Checked by AVG - www.avg.com 
  Version: 8.5.375 / Virus Database: 270.13.41/2277 - Release Date: 08/02/09 
05:56:00

Kirim email ke