--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "theresa_gong" <theresa_g...@...> wrote:

Dear members,

Saya ingin meminta penilaian dari para member semua.
Apakah tulisan dibawah ini adalah penghinaan terhadap Vatican dan
mengadu domba antara umat Katolik dengan org Tionghoa ?

Yihe tuan tidak lahir begitu saja karena kebencian pada orang asing
terutama agama asing.
Sejarah Tiongkok membuktikan bahwa filosofi Tiongkok tidak menabukan
kepercayaan lain. Arti kata jiao tidak mengacu kepada arti agama
seperti yang kita kenal sekarang ini. Kata jiao adalah pengajaran.

Kasus terjadinya gerakan Yihe karena faktor-faktor kolonialisme dan
imperialisme.
Gerakan Yihe tuan bermula dari Shandong, dan Shandong merupakan
propinsi yang mengalami hal-hal pahit akibat kolonialisme dan
imperialisme Eropa pada abad ke 19 di Tiongkok.
Gerakan ini tidak dapat dikatakan bermula karena anti agama Kristen,
tepatnya gerakan anti barat.

Sejak perang candu hingga tahun 1900 terjadi 4000 lebih perkara agama
½Ì
°¸. Banyak yang percaya kalau bentrokan itu lebih dari 6000 kasus.
Banyak orang yang salah mengira bahwa Yihe tuan adalah gerakan anti
Kristen,
Banyak tulisan selalu menulis korban-korban dari pihak Kristeni tapi
tidak pernah mau berpikir netral atau adil dengan melihat faktor-
faktor dibelakang timbulnya gerakan itu dan korban-korban dari
akibat
perjanjian tidak adil tidak disebutkan secara jelas.
Banyak jari menuduh gerakan Yihe tuan sebagai gerakan anti Kristen.

Perang CanduѻƬսÕù 1840-1842 hasilnya perjanjian NanjingÄϾ©ÌõÔ¼
Perang Candu 2 µÚ¶þ´ÎѻƬսÕù856-1860 menelurkan perjanjian
Aihun è¨çõÌõÔ¼, perjanjian Tianjin Ìì½òÌõÔ¼, perjanjian Beijing±±¾©Ìõ
Ô¼
Perang Sino PerancisÖз¨Õ½Õù1883-1885 melahirkan perjanjian Sino
PrancisÖз¨ÐÂ
Ô¼
Perang Sino Jepang ¼×ÎçÖÐÈÕÕ½Õù1894-1895 buahnya perjanjian Maguan Âí
¹ØÌõÔ¼.
Dengan begitu banyaknya perjanjian-perjanjian dari peperangan antara
dinasti Qing dengan banyak negara, yang mengalami penderitaan parah
adalah rakyat jelata.

Puncaknya adalah kemarahan rakyat sehingga gerakan Yihe tuan bisa
mendapatkan simpati dari masyrakat luas.
Awal gerakan ini adalah bertujuan mengenyahkan invasi dan dominasi
bangsa asing yang menginjak-injak harga diri rakyat jelata, terutama
di konsesi-konsesi asing dan wilayah-wilayah asing ( gereja dapat
dikatakan termasuk wilayah asing, dimana hukum dinasti Qing tidak
berlaku. Banyak pelaku kejahatan berpura-pura masuk agama Kristen
dengan tujuan mendapat perlindungan dari gereja dan pihak barat.)
Pelopor atau pendiri Yihe tuan adalah Zhao Sanduo ÕÔÈýÕÔÈýdan Yan
Shuqin ÑÖÊé
ÇÚ. Zhao adalah ketua generesi ke 14 dari perguruan tinju Mei ÷»¨È­
dan
Yan adalah praktisi beladiri aliran HongºéÈ­.

Mereka sebenarnya adalah anggota perlawanan dinasti Qing, tapi
berubah
pemikiran ketika melihat betapa parahnya akibat imperialisme barat.
Slogan awal perlawanan mereka adalah "Kembalikan tanah airku dan
kekuasaanku" »¹ÎÒ½­É½»¹ÎÒȨ. Saat pemerintah Qing melakukan represi
terhadap
gerakan mereka, baru kemudian slogannya ditambah, yaitu Dukung Qing
enyahkan Barat·öÇåÃðÑó.

Terlibatnya Zhao dalam gerakan ini bermula dari kasus perebutan
tanah
di desa Liyuan ÀèÔ°ÍÍ, propinsi Shandong.
Tahun 1869, komunitas Katolik (  mereka adalah minoritas ) di desa
Liyan dan para penduduk desa Liyuan berunding dan mereka sepakat
untuk
membagi tanah desa dibagi menjadi 4 bagian, 3 bagian adalah milik
penganut kepercayaan orang Tionghoa (  kepercayaan Tridharma rakyat,
bukan dalam bentuk organisasi keagamaan resmi seperti Taoism,
Buddhism
dan Ruism) dan 1 bagian adalah milik komunitas Katolik.
Umat Katolik kemudian menyerahkan tanah tersebut kepada father Liang
Mingde ÁºÃ÷µÂ (orang Italy), father Liang kemudian berkeingian
membeli
tanah yang menjadi kelenteng Yuhuang dan memberi uang sebanyak 150
tael perak kepada 3 umat Katolik bermarga Zhang, Yang dan Wang di
desa
Liyuan, tapi uang itu tidak pernah diberikan kepada para pemuka desa
dan kelenteng. Father Liang tentunya tidak tahu akan hal ini, ia
mengira tanah itu sudah menjadi miliknya dan memerintahkan umat-
umatnya untuk menghancurkan kelenteng itu (menurut versi lain dan
menurut saya kurang akurat, father Liang tidak menyerahkan uang tapi
memaksa merampas tanah kelenteng).

Rakyat desa menjadi marah dan mengadukan kasus ini ke kantor
pemerintahan ÑÃÃÅ, tapi mereka dikalahkan. Tahun 1881 terjadi
bentrokan
lagi dan pemerintah Qing memutuskan bahwa gereja itu berdiri diatas
tanah pinjaman. Tahun 1887, terjadi lagi kasus perampasan sehingga
membuat rakyat desa itu menghancurkan gereja.

Permasalahan menjadi bara pemicu yang akan meluas di desa Liyuan dan
akhirnya menarik Zhao dalam gerakan ini.
Pengaruh Zhao sebagai ketua perguruan membuat rakyat desa memohon
bantuan Zhao dan Zhao sendiri sudah muak melihat kesewenangan pihak
barat terutama isi perjanjian yang tidak adil.
Zhao memutuskan untuk merekrut para pesilat dan pada tanggal 2 bulan
April 1896 ia mengadakan pertemuan besar dengan para pesilat di desa
Liyuan.
Ia memperagakan tinju Bunga Mei, ilmu Baju Besi Ìú²¼ÉÀ (ilmu
pernafasan
untuk kebal senjata tajam ). Selain perguruan Tinju Bunga Mei, juga
ada Serikat Golok Besar ´óµ¶»á( suatu organisasi anti dinasti Qing
kemudian serikat ini juga ikut melawan Jepang) dan Serikat Tinju
Dewa Éñ
È­»á( aliran ini menggunakan kebatinan untuk ilmu kebal, dan
pembacaan
mantra untuk bisa beladiri, cara ini dalam kebatinan Tiongkok sering
disebut ilmu Shenda).
Setelah pertemuan 3 hari dengan para pesilat, mereka memilik
kesepatakan bahwa semua ilmu beladiri yang mereka kuasai akan mereka
gunakan untuk melawan orang barat. Untuk itu mereka namakan ilmu
beladiri yang mereka gunakan menjadi satu nama yaitu Tinju Keadilan
dan Keharmonisan ÒåºÍÈ­.

Mereka tidak menyebut diri mereka sebagai Laskar Keadilan dan
Keharmonisan, sebutan itu dari pejabat Qing  Zhang Rumei. ÕÅÈê÷
dalam
laporannya kepada kerajaan. Gerakan Yihe tuan dengan senjata
sederhana
seperti golok, panah, tombak. Yihe tuan juga menggunakan senapan,
meriam panggul dalam jumlah yang amat kecil berani menyerbu wilayah
konsesi barat di Tiongkok dan dalam beberapa petempuran mereka bahu
membahu dengan tentara Qing melawan tentara asing yang ditempatkan
di
Tiongkok. Uniknya, banyak wanita yang mendirikan serikat seperti
Landeng zhaoÀ¶µÆÕÕ Hongdeng zhaoºìµÆÕÕ dan bergabung dengan Yihe
tuan,
bahkan dalam beberapa pertempuran, para wanita ini ikut berperang
melawan 8 negara. Dalam banyak pertempuran, anggota Yihe tuan
menggunakan senjata-senjata tajam untuk melawan senapan dan meriam.

Banyak pejabat dinasti Qing yang diam-diam mendukung gerakan mereka,
walau ada perintah dari kerajaan untuk membasmi Yihe tuan.
Untuk mengurangi represi dari pemerintah, Yihe tuan kemudian
menambahkan satu slogan lagi yaitu dukung Qing basmi barat, walau
dalam prakteknya mereka terkadang juga bersemboyan enyahkan barat,
barat enyah, giliran Qing dihantam.

Pembantaian dan perampasan dilakukan oleh para tentara asing ketika
menguasai Beijing, bahkan bishop Fan Guoliang Ö÷½Ì ·®¹úÁº juga turut
merampok.
Beijing, Heilong jiang, kabupaten Aihun, Tianjin dan dibanyak tempat
rakyat dibantai oleh tentara 8 negara.

Kalau saja saat itu Yuan Shikai Ô¬ÊÀ¿­mau membantu gerakan, tentu
hasilnya beda.
Kegagalan Yihe tuan lebih disebabkan tidak adanya persenjataan yang
memadai dan juga tikaman balik dari dinasti Qing itu sendiri.
Akibat gerakan Yihe tuan ini melemahkan dinasti Qing dan memuluskan
jalan Sun Yatsen.

Tess

--- End forwarded message ---


Reply via email to