----- Original Message ----- 
From: zho...@yahoo.com 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Monday, December 21, 2009 9:33 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] [tempo] Barongsai Dilarang Tampil di Aceh

> Absurd!
> Inikah hasil dari berlakunya syariat islam dan otonomi

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Kalau saya melihatnya beritanya yang absurd!

Mana ada orang mau bikin kegiatan barongsai 'sibuk' minta ijin ke 'kiri-kanan', 
sampai ke kantor yang mengurusi agama!

Kalau minta ijinnya ke polisi, mungkin masih nalar, tetapi untuk main 
barongsai, minta ijin polisi pun tidak perlu.

Lalu, mana ada kantor yang mengurusi agama di mengeluarkan ijin penyelenggaraan 
kegiatan ini-itu atau melarang kegiatan ini-itu.

Juga, mana ada "Departemen Agama" di propinsi!

Jangan-jangan si Yuswar ini tidak mampu dan gagal bikin acara barongsai, 
padahal sudah terima duit cukong, lalu cari-cari excuse untuk kegagalannya. 

Mau bilang dilarang polisi tidak berani, takut ada buntut perkaranya.
Mau bilang dilarang instansi lain pun tidak berani juga.
Ya sudah deh, bilang saja dilarang suatu instansi yang tidak exist di tempat 
itu.

Wasalam.

============================

----- Original Message ----- 
From: zho...@yahoo.com 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Monday, December 21, 2009 9:33 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] [tempo] Barongsai Dilarang Tampil di Aceh

Absurd! Inikah hasil dari berlakunya syariat islam dan otonomi khusus? 
Peradaban mundur kembali.

-------------------------------------

From: King Hian <king_h...@yahoo.com> 
Date: Sun, 20 Dec 2009 18:13:49 -0800 (PST)
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: [budaya_tionghua] [tempo] Barongsai Dilarang Tampil di Aceh
  
http://tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/12/20/brk,20091220-214684,id.html 

Barongsai Dilarang Tampil di Aceh
Minggu, 20 Desember 2009 | 13:34 WIB
TEMPO Interaktif, Banda Aceh - Sejumlah warga Aceh etnis Tionghoa beragama 
Buddha, kecewa tak bisa menampilkan atraksi budaya, Barongsai saat menggelar 
doa bersama dalam memperingati lima tahun tsunami di Banda Aceh, Minggu 
(20/12). Atraksi tersebut masih dilarang oleh Departemen Agama di Aceh. 

“Kami jelas kecewa dengan pelarangan ini, karena barongsai itu sebenarnya hanya 
atraksi budaya, bukan agama,” kata Yuswar, Panitia Pelaksana peringatan lima 
tahun tsunami penganut Buddha. 

Menurutnya sesuai rencana awal, atraksi Barongsai akan ditampilkan dengan 
berkeliling kota Banda Aceh, dan berakhir di kuburan massal Ulee Lheu, tempat 
masyarakat penganut Buddha melakukan doa bersama. 

Yuswar mengatakan, pihaknya telah mengurus izin ke Departemen Agama dan juga 
kepolisian. Tetapi kemudian, Barongsai tetap belum diberikan persetujuan untuk 
tampil di Banda Aceh. “Alasannya karena kondisinya belum memungkinkan. Tapi, 
kami belum tahu kondisi yang dimaksud itu apa?” ujarnya.

Akibat pelarangan tersebut, tim atraksi Barongsai yang sudah dipesan dari 
Medan, Sumatera Utara, batal hadir memeriahkan peringatan tsunami. Etnis 
Tionghoa meyakini, atraksi Barongsai bisa menenangkan arwah penasaran dari 
keluarga mereka yang menjadi korban tsunami 26 Desember 2004 silam.

Sementara itu Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama di Aceh, Rahman TB 
mengatakan perlu waktu untuk dilakukan sosialisasi dulu kepada masyakat Aceh 
yang mayoritas muslim, terkait atraksi Barongsai. Selama ini Barongsai belum 
pernah tampil secara terbuka dalam berbagai kegatan di Aceh. 

“Kalau atraksi Barongsai ditampilkan, apa yang ditakuti?” tanya seorang 
wartawan. 
Menurut Rahman, belum bisa dan bukan karena ada yang ditakuti. “Itu sesuatu 
yang baru dalam masyarakat Aceh, kalau ada orang-orang yang tidak suka 
bagaimana? Kita kan tidak tahu hati manusia,” jelasnya. 

Untuk itu kata Rahman, demi kenyamanan, ketentraman dan kedamaian bersama, 
persetujuan untuk atraksi Barongsai belum diberikan. Pihaknya juga telah 
terlebih dahulu berkoordinasi dengan polisi dan institusi terkait lainnya. 

Kekhawatiran adanya masyarakat Aceh yang tidak bisa menerima atraksi Barongsai 
itulah yang menjadi alasan. “Tak hanya Barongsai, mungkin kalau ada konser 
musik di kampung-kampung, tetapi masyarakat belum bisa terima, juga tidak bisa 
dilaksanakan,” ujarnya. 

Rahman juga mengatakan, pihaknya selalu menjaga keutuhan kerukunan beragama di 
Aceh. Jangan sampai Aceh rusak kembali dengan benih-benih konflik. Apalagi 
selama ini, tidak pernah ada konflik agama di Aceh.

ADI WARSIDI

Kirim email ke