Saya kira yang jadi pertimbangan Pemerintah Tiongkok bukan gaji buruh di 
Tiongkok sudah terlalu tinggi, jadi harus keluar mencari tenaga kerja lebih 
murah. Tapi adanya reaksi dari barang Made In China yang membanjiri pasar di 
Asean, yang katanya mematikan pabrik lokal dan membuat pengangguran melonjak 
tinggi dinegara-begara tetangga Tiongkok. Pemerintah Tiongkok tidak hendak 
melihat keadaan demikian berlangsung lebih lanjut. Jadi tidak hanya menjual; 
barang jadi, tapi juga membuka usaha untuk menampung tenaga kerja dinegara 
seberang.

Ada satu hal yang saya dengar dari seorang pejabat, pemerintah TIongkok 
menyimpulkan pengalaman politik pintu terbuka selama 30 tahun ini, salah 
satunya dinyatakan ada kesalahan dalam hubungan dititik beratkan pada 
Pemerintah dan Pemerintah, akhirnya yang lebih banyak diuntungkan hanya 
segelintir konglomerat saja, tapi tidak banyak dirasakan dan dinikmati 
mayoritas rakyatnya. Untuk memperbaiki kekurangan ini, akan dicoba kembangkan 
hubungan dagang dengan pengusaha menengah-bawah di TIongkok dengan pengusaha 
menengah-bawah di Indonesia, ... bagaimana realisasi kongkritnya, walahuallam. 
Tapi, kalau bisa berjalan tentu sangat membantu, maju dan berkembang bversama. 
Satu kebijaksanaan yanga bertolak belakang dengan cara imperialisme AS yang 
selama ini membuat Indodnesia hanya jadi budak dan kuli, membiarkan rakyat 
banyak tenggelam dalam kehidupan miskin.

Salam,
ChanCT


  ----- Original Message ----- 
  From: zho...@yahoo.com 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, January 15, 2010 10:01 PM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Tiongkok Pindahkan Pabrik Tekstilnya ke 
Sejumlah Negara di ASEAN




  Benar, Tiongkok sangat luas, jika upah buruh di pesisir timur dan selatan sdh 
tinggi, masih bisa dialihkan ke pedalaman barat yg relatif masih terbelakang.

  Sent from my BlackBerry®
  powered by Sinyal Kuat INDOSAT


------------------------------------------------------------------------------

  From: "iie_siang" <iie_si...@yahoo.com> 
  Date: Fri, 15 Jan 2010 10:57:22 -0000
  To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Tiongkok Pindahkan Pabrik Tekstilnya ke 
Sejumlah Negara di ASEAN


    

  suatu artikel koran...

  benarkah upah buruh Tiongkok sudah tdk efisien dng penduduk bermilyar jiwa?

  benarkah energi tiongkok sudah tdk effisien dengan batu baranya yang sudah 
mapan?

  yang sebenernya aku rasa HANYA take balance neraca perdagangan yang udah 
sangat njomplang..

  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "GELORA45" <sa...@...> wrote:
  >
  > http://jawapos.com/index.php?act=cetak&id=28
  > [ Kamis, 14 Januari 2010 ] 
  > Tiongkok Pindahkan Pabrik Tekstilnya ke Sejumlah Negara di ASEAN 
  > 
  > Indonesia Tujuan Utama 
  > 
  > BANDUNG - Tak selamanya pemberlakuan ASEAN - China Free Trade Agreement 
(ACFTA) mendatangkan masalah. Pasar bebas ASEAN-Tiongkok tersebut juga membuat 
Tiongkok bersiap memindahkan pabrik tekstilnya ke sejumlah negara di ASEAN. 
Indonesia, adalah satu dari sejumlah negara yang dilirik sebagai lokasi pabrik. 
  > 
  > Minister Cousellor Embassy of People's Republic of Cina Fang Qiuchen 
mengatakan, relokasi panbrik ke negara-negara di ASEAN sudah dikaji dalam 
beberapa tahun terakhir. "Kami terbentur persoalan tenaga kerja. Sekaranag 
industri tekstil kami telah mulai memindahkan perusahaannya" kata Fang Qiuchen 
di Bandung, kemarin (13/1). 
  > 
  > Fang Qiuchen datang ke Bandung menemani delegasi perdagangan negeri itu 
menghadiri Bussines Meeting West Java di Hotel Hyatt Bandung. Pertemuan itu 
juga dihadiri Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. 
  > 
  > Menurut Qiuchen, negara yang dilirik untuk lokasi pabrik adalah Vietnam dan 
Kamboja. Indonesia sendiri, rencananya akan dibidik setelah ACFTA resmi 
diberlakukan. Salah satu lokasi pabrik di Indonesia, diantaranya di Bandung, 
Jawa Barat. 
  > 
  > Qiuchen memastikan, basis perusahaan tekstil di negaranya terbentur ongkos 
tenaga kerja yang sudah mahal. Gaji buruh tekstil di Tiongkok saat ini 
terhitung lebih mahal dibandingkan membayar buruh di Indonesia. 
  > 
  > Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat Ade Sudrajat mengaku 
sudah memperhitungkan kemungkinan bergesernya industri tekstil Tiongkok menjadi 
industri yang lebih kompleks. Salah satunya karena gaji pekerja yang mulai 
mahal. "Kami sudah lihat trennya, bahkan (gaji buruhnya) sudah lebih mahal. 
Terus energi di sana juga lebih mahal dari kita," katanya. 
  > 
  > Menurut Ade, industri tekstil di Indonesia, minimal harus mempertahankan 
diri dalam tiga tahun ini. Tapi ini bukan soal gampang. Yang dihadapi pada masa 
transisi saat ini, tidak imbangnya barang masuk di antara dua negara. 
Dicontohkanya, nilai ekspor tekstil Indonesia ke Tiongkok hanya USD 200 juta, 
sebaliknya impor barang Tiongkok totalnya USD 1,2 miliar. 
  > 
  > Pada kesempatan terpisah, Menteri Negara Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan 
menyatakan, produk sepatu dan garmen (pakaian jadi) Indonesia telah siap 
bersaing dengan produk-produk asing terkait pemberlakukan perdagangan bebas 
ASEAN-Tiongkok. "Dari pengamatan di lapangan secara random, menunjukan produk 
kita khususnya garmen dan sepatu siap bersaing menghadapi ACFTA," kata 
Sjarifuddin Hasan di sela-sela kunjungan ke Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta, 
kemarin. (and/ivn/jpnn/kim)
  >






  


------------------------------------------------------------------------------



  Internal Virus Database is out of date.
  Checked by AVG - www.avg.com 
  Version: 9.0.722 / Virus Database: 270.14.123/2593 - Release Date: 12/30/09 
03:14:00

Kirim email ke