From: ibcindon [mailto:ibcin...@rad.net.id] 
Sent: Thursday, February 11, 2010 4:14 PM
To: 'budaya_tionghua@yahoogroups.com'
Subject: 2010 UNESCO Asia-Pacific Heritage . ?? PENGGANTI NYA . UP Pk Suma 
Miharja.

 

Yth Pak Suma Miharja  y.b.,

 

Terima kasih untuk penjelasannya serta usulan untuk objek historis yang patut 
diajukan. Saya baru saja sempat baca-baca persyaratan dari UNESCO secara detail.

 

Dari perincian syarat pengajuan UNESCO agaknya yang boleh diajukan adalah objek 
yang telah mengalami prose perbaikan, pekerjaan preservasi.  

Bukan sekedar bernilai sejarah atau berumur sudah tua sekali ( boleh mulai dari 
50 tahun keatas).

 

Maaf, saya tidak familiar dengan objek yang Bapak sebut semuanya, baik untuk 
jenis distinguished  maupun excellent. Hanya pernah baca dan dengar cerita 
mengenai nilai bersejarahnya saja. Juga saya tidak tahu bagaimana criteria 
menetapkan kedua klasifikasi mutu tsb.

 

Mohon penjelasan dari Bapak yang agak lengkap mengenai hal ini. Syarat nya 
UNESCO pekerjaan selesai sesudah tahun 1998 ( jadi batas terlama yang boleh 
diajukan ).

 

Apakah Bapak memiliki data lengkap, gambar site plan , foto sebelum pekerjaan, 
foto sesudah pekerjaan, terlibatkah Bapak selama proses tersebut ?  ( syarat 
syarat ini dicantumkan pada persyaratan dari UNESCO).

 

Agaknya kalau saat ini detail belum ada ;sudah tidak sempat, untuk diajukan. 
Batas pemasukan 31 Maret 2010 diterima  di Bangkok.

 

 

Terima kasih untuk  perhatiannya.

 

 

 

From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] 
On Behalf Of sumamihardja
Sent: Monday, February 08, 2010 3:37 AM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: 2010 UNESCO Asia-Pacific Heritage . SOWN BENG 
KONG, KLENTENG TALANG ??? PENGGANTI NYA ?????

 

  

Dari perjalanan saya selama ini ke seluruh pelosok Jawa (minus daerah bagian 
ujung Timur Jawa terhitung dari Probolinggo), saya merekomendasikan Lasem, 
kelenteng Maco Thian Siang Seng Bo (sekitar 1838). Kelentengnya masih terawat 
baik (dan kondisinya agak berbeda dengan dua kelenteng lainnya). Usianya pun 
tua. Selain itu, ada kegunaan besar lainnya, yaitu mengingat Lasem sebagai 
salah satu pemukiman Tionghoa tertua di nusantara, sehingga bisa menggelorakan 
seamangat untuk menjaga warisan budaya (kelenteng tua dari komunitas tua 
lainnya seperti Ngma Banten, dan bisa dikatakan semua kelenteng tua di Jakarta 
masih perlu penyempurnaan renovasi). Itu untuk tingkat excellent. Bisa juga 
dipertimbangkan Tek Hai Bio Tegal, dengan mengabaikan gedung sekolah di 
sampingnya yang dibangun jauh belakangan.

Kalau untuk distinguish, saya merekomendasikan kelenteng Maco Rembang (namun 
perlu sedikit perbaikan akibat pembongkaran gerbang semasa orba), Kong Tek Su 
Semarang (perlu koordinasi mengenai terjadinya penambahan fungsi dari ruangan 
bekas kantor Ci Lam Cay yang mempengeruhi struktur dan perubahan suasana karena 
renovasi halaman depan Tay Kak Sie yang mempengaruhi lanskap kompleks kedua 
kelenteng itu). Kelenteng Tan dan Lim (sekaligus rumah) di Sebandaran ( LASEM 
??? )  juga menarik, tapi karena rumahan, mungkin terjadi perubahan struktur 
yang saya tidak bisa identifikasi selama kunjungan saya ke sana. Selain itu 
kelenteng Gudo ( dimana ?????)juga masih orinisinil, kecuali bagian depan dan 
pinggir (mungkin bisa ditoleransi).

Kalau untuk pertimbangan ke depan, saya merekomendasikan kelenteng Hiap Thian 
kiong (Bandung), karena ada perombakan besar tahun 1971 yang mempengaruhi 
struktur keseluruhan kompleksnya, yang memerlukan sedikit upaya konservasi. 
Bisa juga Tay Kak Sie Semarang, yang mengalami perombakan besar tahun 2000-an 
sehingga lanskapnya sangat berubah (sudah itu perubahan warna atap kelenteng 
dan perombakan bagian sayap), kemudian Poo An Kiong Solo, Tian Kok Si Solo, Bun 
Bio Surabaya, dan Hok Tek Bio Jamblang semuanya bisa dipertimbangkan dengan 
sedikit pengembalian aspek bangunan modern yang sempat dibangun di dalamnya 
atau sebagai akibat pemotongan jalan yang menyebabkan kelentengnya tidak 
lengkap lanskapnya.

Meskipun demikian, saya juga merekomendasikan adanya jalan khas dari suatu 
daerah yang masih bisa dikonservasi (namun konsekuensinya masih harus 
dipertimbangkan mengingat "kegilaan" sejumlah pemkot atas alasan pembangunan 
dan otonomi untuk melebarkan jalan, mengganti bangunan tua yang dianggap kumuh, 
dan juga masyarakat yang umumnya berada di daerah pesisiran yang tergiur untuk 
membuat sarang walet). Kalau ini bisa dilakukan, saya masih berani (namun 
mungkin sebentar lagi berubah) untuk meminta buru-buru dicagarkan beberapa 
daerah di Lasem, Parakan (cirinya lebih indies), Jamblang.

Kalau rumah Tionghoa (atau setidaknya agak indies) bisa ditemukan di berbagai 
kota dan umumnya di tangan generasi ke-3. Moga-moga mereka masih mau menjaganya 
dan tidak tergiur untuk merombaknya dengan alasan ekonomi. Moga-moga ada 
masukan lain mengenai tempat-tempat yang berbeda, atau perubahan kondisi yang 
tidak sempat saya pantau selama dua tahunan terakhir (misalnya maraknya 
perbaikan kelenteng tua di berbagai daerah yang sebenarnya bukan renovasi, tapi 
modernisasi dan perubahan arsitektur [termasuk pendirian gedung tambahan dan 
pembukaan lanskap baru], suatu hal yang terang-terangan terbukti dalam kasus 
kelenteng Sam Po Kong). 

Begitu dulu info singkatnya.
Mungkin posting-posting selanjutnya di milis ini saya tidak akan tanggapi lagi. 
Bukan karena anda atau siapa. Hanya prioritas lain yang membawa saya menerbangi 
udara.

Kepada yang tidak mau bersungguh-sungguh, tidak perlu diberi petunjuk. Kepada 
yang tidak berterus terang, tidak perlu diberi nasehat. Kepada yang sudah 
diberi tahu tentang satu sudut tapi tidak mau berusaha mengetahui ketiga sudut 
yang lain, tidak perlu diberitahu lebih lanjut.

Banyak-banyaklah belajar, pandai-pandailah bertanya, hati-hatilah 
memikirkannya, jelas-jelaslah menguraikannya dan sungguh-sungguhlah dalam 
melaksanakannya. 

Suma Mihardja

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com 
<mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com> , "ibcindon" <ibcin...@...> wrote:
>
> Yth Pak Sumamihardja y.b.,
> 
> 
> 
> Terima kasih untuk infonya yang padat dan singkat, perjuangan bertahun 
> â€"tahun diceritakan dalam satu pesan email saja.
> 
> 
> 
> Agaknya Anda seorang arsitek pemerhati bangunan bersejarah juga .
> 
> 
> 
> Sekiranya Bapak kurang setuju untuk mencoba memasukan 2 objek tsb, apa usul 
> konkrit Pak Sumamihardja ?
> 
> 
> 
> Bangunan mana yang rasanya menurut Bapak memenuhi criteria untuk diajukan ?? 
> mengingat waktu persiapan yang sangat SINGKATtttt harus masuk 31 Maret 2010.
> 
> 
> 
> Sebaiknya yang data pendukungnya sudah ada saja. Tidak ada biaya dan waktu 
> untuk survey lagi …. J)
> 
> 
> 
> Ditunggu Pak ideanya yang cocok…
> 
> 
> 
> Terima kasih untuk perhatiannya.
> 
> 
> 
> Salam erat,
> 
> 
> 
> Sugiri.
> 
> 

Reply via email to