Tabe Looheng :) Pan owe soeda ada kataken bahwa itoe negeri kita Indonesch memang banjak salah kaprahnja.
Jah, apa maoe dikata? Kaloe soeda kaprah ya soedalah :) Kiongchiu, Hian Goan --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Erik" <rsn...@...> wrote: > > > Benar kata Robby, de fackto kenyataan dalam masyarakat Tionghoa Sin Cia > adalah peristiwa sosial budaya (berdimensi religius) yang tidak pernah > dan tidak perlu dikaitkan dengan agama tertentu. Sama halnya dengan > tahun baru Suro dan tahun baru Saka, tidak ada masalah selagi cuma > dirayakan dalam lingkungan masing-masing. > > Tapi, begitu ingin diresmikan menjadi hari libur nasional di Indonesia, > timbul masalah. Karena hari libur nasional di Indonesia hanya ada 2 > kategori, yakni yang berkaitan dengan peristiwa kenegaraan/kebangsaan > dan yang berkaitan dengan peristiwa keagamaan. Maka pada waktu Sin Cia > ingin ditingkatkan dari hari libur fakultatif menjadi hari libur > nasional, para pengambil kebijakan harus mencari-cari dalih untuk itu. > Diakui sebagai hari raya suku/etnis terbentur masalah hukum yang tidak > memungkinkan, pun pula terlalu banyak etnis/suku di Indonesia yang > memiliki hari raya masing-masing. Namun, keperluan untuk menyesuaikan > diri dengan derap langkah internasional (terutama Asia dan Asia > Tenggara) serta dorongan dalam masyarakat sudah begitu mendesaknya, > terobsan pun diambil, yang paling bisa diterima adalah menjadikannya > sebagai hari raya agama (Konghucu) maka jadilah sekarang di Indonesia > Sin Cia secara de jure adalah Tahun Baru mereka yang mengaku diri umat > Konghucu. > > Absurd? Edan atau gendheng?? Entahlah, tapi itulah kenyataan di > Indonesia. > > Salam, > > Erik > > ------------------------------------------------------------------------\ > ------------------------------------ > > In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "shinmen takezo" <wrw.hzh@> > wrote: > adalah patut memandang dengan bijaksana bahwa pijakan yang sah untuk > kondisi dan situasi di Indonesia. Imlek di anggap sebagai perayaan agama > (Kong Hu Cu). Walau pada prakteknya merupakan hari raya etnis , sebab > akan menjadi sulit bagi etnis tionghoa sendiri kalau imlek di posisikan > sebagai "tanggal merah" etnis. > Hal berbeda dengan tahun baru internasional yang mengambil patokan Anno > Domini atau Before Christ.....karena itu dianggap kalender internasional > (sama seperti alasan bahasa Inggris dianggap sebagai bahasa > internasional ) itu semacam "konsensus" yang pada gilirannya akan > berubah tergantung kekuatan "politis" dari budaya yang mendasarinya. > Jadi anggap saja Imlek itu de jure hari raya keagamaan walau de facto > merupakan "CHINESE new year" >