Lho bukannya mayoritas si cina benteng itu mengagungkan si 
Wahidin Halim waktu pilwako kemarin? Sampe kepincut-pincut
tuh cina benteg cuma gara-gara si WH dateng ke Bun Tek Bio. 



--- Pada Kam, 29/4/10, Erik <rsn...@yahoo.com> menulis:

Dari: Erik <rsn...@yahoo.com>
Judul: [budaya_tionghua] Forum Warga Miskin Kampung Cina Benteng Menolak 
Penggusuran Tanpa Musyawarah
Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Tanggal: Kamis, 29 April, 2010, 5:59 AM







 



  


    
      
      
      Insiden penggusuran "KAMPUNG CINA BENTENG" di Sewan akhir-akhir ini 
rupanya telah menarik perhatian banyak pihak. Macam-macam pakar tampil ikut 
berbicara, selain yang menawarkan solusi dan bantuan hukum, ada juga yang ikut 
menganalisa dari sudut pandang antropologis, sosiologis, historis dll, bahkan 
ada pula yang coba-coba menarik kesimpulan berdasarkan info nara sumber "asli 
orang sana". Dalam alam demokrasi, semua itu tentu sah-sah saja sejauh kita 
menghormati kebebasan orang berpendapat, namun kebebasan itu pun hendaknya 
didasarkan pada fakta lapangan yang telah diuji keabsahannya melalui proses cek 
dan recek. 
Agar rekan-rekan di milis BT bisa mendapat gambaran yang lebih jelas dan 
lengkap tentang latar belakang dan perkembangan terakhir insiden itu, izinkan 
saya berbagi pandangan, pendapat, pengalaman serta fakta-fakta yang saya 
peroleh langsung di lapangan sana.
Adalah benar bahwa pembenahan daerah sepanjang kali Cisadane merupakan bagian 
dari masterplan yang sudah disosialisasikan sejak lama berdasarkan Perda No.18 
?(saya agak lupa nomornya, tolong dikoreksi jika salah). Namun adalah fakta 
pula bahwa berdasarkan peraturan yang tingkatannya lebih tinggi daripada Perda, 
setiap penggusuran baru boleh dilakukan setelah adanya musyawarah dan 
tercapainya kesepakatan bersama antara Pemda dan masyarakat!
Kenyataan di lapangan adalah, yang dilakukan Pemda Tangerang kepada warga Sewan 
hanya sebatas sosialisasi dan pemberitahuan mengenai PENERTIBAN (euphemisme 
yang digunakan untuk mengganti kata PENGGUSURAN) . Warga yang sama sekali tidak 
pernah diajak musyawarah tiba-tiba harus dihadapkan pada arogansi Pemda dengan 
pengerahan pasukan Satpol PP lengkap dengan alat-alat berat seperti Beko, 
Buldozer dll untuk memaksakan secara sepihak penggusuran itu pada tgl. 13 April 
lalu. Oleh karena itulah, setelah bahu membahu, bergandengan tangan bersama 
seluruh warga Sewan, elemen-elemen pendukung dan para simpatisan menghalau dan 
berhasil menghentikan tindakan arogansi Satpol PP, bersama dengan LSM 
pendamping yang dikoordinir LBH Jakarta, WARGA MISKIN KAMPUNG CINA BENTENG 
menyatakan dengan tegas "MENOLAK PENGGUSURAN TANPA MUSYAWARAH"!! Itu adalah 
pernyataan resmi dari forum, tidak pernah ada pernyataan MENOLAK DIGUSUR, atau 
MENUNTUT GANTI RUGI sebagaimana diisukan dan
 diplintirkan.
Selain itu, warga Sewan yang mayoritas adalah Cina Benteng pun tidak pernah 
keberatan atau menentang program normalisasi kali Cisadane. Namun pertanyaan 
mereka adalah, normalisasi seperti apa yang akan dilakukan?! Adalah fakta bahwa 
kali Cisadane sekarang ini berada dalam keadaan tidak normal, ketidak normalan 
itu adalah akibat kelalaian Pemda yang selama ini membiarkan terjadinya abrasi 
kali, membuat kali Cisadane semakin melebar, sehingga rumah warga yang awalnya 
jauh dari kali, kini tiba-tiba menjadi berada di atas bantaran. Warga bertanya, 
bukankah lebih bijaksana jika "Normalisasi" itu dilakukan dengan mengembalikan 
kali Cisadane ke wajah aslinya, tanpa harus mengorbankan hak warga atas rumah 
tinggal? Fakta di lapangan memperlihatkan adanya sisa-sisa tembok dan juga 
sumur di tengah kali Cisadane yang membuktikan bahwa dulunya di sana pernah ada 
rumah tinggal. Hanya karena biaya penurapan jauh lebih tinggi dari pada biaya 
penggusuran, pemda memilih
 kebijakan mengorbankan warga atas kelalaiannya merawat sungai selama ini?? 
Warga disuruh bertanggung- jawab atas kesalahan pemda?!?!
 
Walikota Tangerang, Wahidin Halim pernah berkilah bahwa penggusuran warga Sewan 
selain dalam rangka normalisasi kali Cisadane, juga demi pelaksanaan program 3K 
(Keindahan, Kebersihan, Kesehatan). Beliau juga menghimbau agar jangan karena 
egoisme segelintir warga Sewan, kepentingan umum justru harus dikalahkan. Wah, 
rupanya beliau belum paham prinsip demokrasi yang berbunyi "Majority role 
minority right". Bolehkah dengan dalih "Kepentingan Umum" maka "Hak Minoritas" 
bisa dikorbankan? ? Kiranya, program 3K harus ditambah lagi dengan K lainnya, 
yakni KEMANUSIAAN. 
Tak ada yang menyangkal bahwa beberapa penggalan kali Cisadane yang sudah 
"ditertibkan" kini memang nampak rapih, indah dan nyaman, namun sekali lagi, 
pertanyaannya adalah apakah program untuk mengindahkan, membersihkan dan 
menyehatkan itu harus dengan cara melawan nilai kemanusiaan? ? 
Dalam pandangan antropologi social, yang terjadi dalam proses penggusuran bukan 
cuma piranti keras berupa rumah, tetapi sekaligus juga telah tergusur piranti 
lunak seperti dinamika kehidupan sehari-hari, hubungan persahabatan dan 
kekerabatan antar warga, adat-istiadat serta budaya yang telah terbentuk di 
tanah gusuran tersebut, semua ini adalah kekayaan yang tak ternilaikan, dan 
terlalu mahal untuk digadaikan atas nama pembangunan. Sebagai seorang 
budayawan, hendaknya hal-hal seperti ini pun menjadi pertimbangan untuk 
menyatakan sikap mendukung atau menyetjui sebuah kebijakan penggusuran, bukan 
cuma keindahan dan kenyamanan artifial paska penggusuran! !!
Pengalaman romo Mangun dengan kali Code di Yogyakarta kiranya bisa dijadikan 
contoh pengalaman. Penggusuran bukan satu-satunya solusi. Di Yogyakarta, 
masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran kali Code target gusuran dulu, 
sampai sekarang tetap tinggal dengan aman dan nyaman di bantaran kali code yang 
telah dinormalkan, sambil menjaga kebersihan, keindahan dan kesehatan, (dan 
juga satu lagi yang telah dilupakan oleh Pemda Tangerang, yakni KEMANUSIAAN! !! 
) bahkan wilayah itu kini telah menjadi obyek wisata yang menarik serta menjadi 
favorit untuk melakukan Kuliah Kerja Nyata beberapa perguruan tinggi 
Yogyakarta.  
 
Adapun mengenai nama FORUM WARGA MISKIN KAMPUNG CINA BENTENG perlu saya 
sampaikan bahwa nama itu adalah kesepakatan bersama antar warga Sewan yang 
berasal dari pelbagai latar belakang suku dan agama. 
Terlepas dari ungkapan Cina Benteng itu sendiri bisa berarti Orang Keturunan 
Cina di Tangerang yang belum tentu seluruhnya miskin. Kenyataan di lapangan 
adalah bahwa mayoritas Cina Benteng di Sewan memang miskin bahkan sangat 
miskin!! Sebagaimana pernyataan seorang ibu di sana "Jangan kata 14 hari, 
dikasih 10 tahun juga kaga' sanggup saya bisa punya rumah lagi kalu digusur 
dari sini!" Selain itu, jika rekan-rekan sudi meringankan langkah bertandang ke 
lokasi target gusuran di Sewan, rekan-rekan akan dihadapkan pada pemandangan 
yang teramat mengenaskan dan memilukan, kita akan berhadapan dengan encim-encim 
tua pemulung gelas aqua yang sedang meratapi nasibnya kalau-kalau gubuknya 
benar digusur, belum lagi jika kita diajak ke Panti Rehabilitasi Penyandang 
Cacat Mental, di sana ada anak muda (lumayan ganteng) tapi tergagap-gagap jika 
diajak ngomong, juga ada orang tua terlantar yang cuma bisa melempar pandangan 
kosong saat disapa. Kemana mereka akan
 ditempatkan andai Panti Rehab pun harus kena gusuran kelak. Juga seorang encek 
veteran Trikora yang tiada henti-hentinya mengumpat "Saya ini veteran yang ikut 
perang ke Irian, sekarang bukannya diperhatiin, malah mau digusur!!" Si encek 
veteran itu sekarang hidup dari berjualan kue-kue dan minuman kecil di depan 
rumahnya.
 
Potret Cina Benteng kampung Sewan yang miskin dan termarginalkan inilah yang 
membuatnya menarik perhatian banyak pihak. Direktur LBH Jakarta Nurkholis 
berkata "Mengapa kita harus selalu dihinggapi oleh Inferioty Kompleks dengan 
menyangkal etnisitas sendiri? Kalau memang Cina Benteng, ya katakanlah Cina 
Benteng! Tak perlu ditutup-tutupi atau disangkal!" Demikian juga beberapa LSM 
lain pun menyatakan bahwa mereka terpanggil untuk memberikan dukungan, justru 
karena identitas Cina Benteng yang melekat pada warga Sewan ini. Bagi mereka, 
Cina Benteng di Sewan memang adalah masyarakat yang termarginalkan, selain 
hidup miskin mereka juga pernah dirampas hak sipilnya (termasuk hak budaya) 
selama puluhan tahun, dan kini hak mereka atas tempat tinggal pun mau 
dirampas!! Karena itulah mereka rela datang jauh-jauh (ada yang dari Makasar 
Sulawesi) untuk mendukung warga Sewan melawan arogansi diktator Pemda 
Tangerang. Selain itu, mereka juga merasa prihatin dan
 menyayangkan jika sampai benar kampung Sewan tergusur, maka keunikan budaya 
masyarakat Cina Benteng di Sewan pun akan tergusur dan hilang untuk 
selama-lamanya.  
 
Kalau dikhuatirkan semua ini bisa berkembang menjadi isu Etnis, seakan Cina 
Benteng saja yang ngotot menolak penggusuran, maka saya perlu kabarkan bahwa 
yang pertama-tama menghembuskan isu itu justru adalah Wahidin Halim sendiri 
selaku Walikota Tangerang, beliau pernah berkata pada media bahwa "Aksi warga 
Sewan ini kalau diteruskan bisa berekses negatif, dan berpotensi menimbulkan 
benturan antar etnis"!! Ini adalah pernyataan adu-domba yang sangat keji, 
jangan kita ikut-ikutan membeo membenarkannya! !
Kenyataan di lapangan adalah masyarakat luas justru mendukung perjuangan warga 
miskin kampung Cina Benteng di Sewan! Buktinya, ketika ada isu kelompok FBR 
akan dikerahkan oleh pemda untuk menghentikan perlawanan warga Cina Benteng, 
bang Boim dari BAMUS justru membantahnya. Saat dikonfirmasi oleh pihak LBH, 
bang Boim tertawa terbahak-bahak " Dari mana elu orang dapet kabar itu?? Masa' 
kita dibilang mau menindas Cina Benteng. Justru kalo diperlukan, kita orang 
akan datang bergabung sama mereka melawan penggusuran yang semena-mena itu!!" 
Jadi, so what kalo Cina Benteng???!! ! 
  
Update terakhir kondisi di Kampung Cina Sewan adalah sbb: 
-          Sikap warga adalah jelas yakni "MENOLAK PENGGUSURAN TANPA 
MUSYAWARAH": 
-          tercapai kesepakatan bahwa coordinator warga yang terdiri dari 16 
orang bersifat kolektive kolegial (tak satu orang pun memiliki posisi lebih 
dari yang lain); 
-          setiap tindakan yang dilakukan oleh salah seorang koordinator wajib 
diberi-tahu kepada koordinator lainnya; 
-          sambil menunggu keputusan akhir, secara bergilir warga melaksanakan 
ronda tiap malam untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tak diinginkan; 
Selain itu, kabar dari DPRD Tangerang adalah bahwa DPRD siap menjadi mediator 
untuk pertemuan dan dialog antara warga dengan Wali Kota;  
Komisi III DPR juga menyatakan telah melayangkan surat kepada Wali kota 
Tangerang, mengundangnya untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi di Sewan; 
Menjawab pertanyaan anggota Dewan dalam dengar pendapat dengan Komisi III, 
Kapolri Bambang Hendarso Danuri menyatakan telah ditundanya penggusuran di 
Sewan Tangerang; 
  
Demikian dari saya, Teriring salam Perjuangan dari warga Sewan Tangerang; 
  
Erik 
------------ --------- --------- --------- --------- --------- --------- 
--------- --------- --------- --------- --------- -


    
     

    
    


 



  





Kirim email ke