Tadi pagi, menghadiri acara peluncuran buku RENUNGAN SEORANG PATRIOT INDONESIA- SIAW GIOK TJHAN, asyik deh, walaupun gue cuman ikut sesi pertama doank, ada banyak hal menarik yang gue catat dan pengen gue share disini. Ada beberapa pembicara, mulai dari Siaw Tiong djin sendiri, Surya Paloh sebagai key note speaker, Ratna Sarumpaet (yang gantiin Rieke Dyah Pitaloka), A. Dahana, Asvi Warman Adam, dan Harry Tjan. Ntar gue ceritanya dibagi jadi beberapa posting ya, soalle panjang bo!
Diawali dengan seremoni-seremoni, Indonesia banget deh, banyak seremoni nya, penyerahan buku dari penerbit kepada editor, eh apa editor kepada penerbit ya, gue kaga nyimak, sebab gue lagi asyik playing role jadi pedagang buku keliling. Kurir tepatnya, sebab khan banyak asuk dan engkong yang sudah duduk, lihat gue bawain buku buat seorang kawan, jadi tanya beli bukunya dimana, soalnya di pintu masuk enggak kelihatan, (harusnya ditarohnya di meja tamu kali ya, nyempil di pinggir pintu, jadi banyak yang nggak ngeh). Karena gue kaga tega kalau asuk2 dan engkong2 bolak-balik cuman buat beli buku, jadi gue menawarkan diri apa mau di ambilin. Dan ada beberapa asuk yang mau, titip uangnya sama gue, gue yang ambilin bukunya, lalu special delivery. Kebetulan, jadi gue bisa jalan-jalan dan lari-lari, hehehe. Gue baru duduk manis lagi sewaktu acara dimulai dengan sambutan editor, Siaw Tiong Djin. Sekilas aja ni buat yang belon tau, buku ini, Renungan, sebetulnya tulisan Siaw Giok Tjhan (SGT) almarhum, tapi lalu di edit ulang oleh sang editor yang tak lain adalah putranya sendiri dan diterbitkan dalam format bahasa yang lebih luwes. Sambutan editor,... rrrr.... gue mulanya sih kepingin excited menyimak, tapi setelah beberapa menit malah jadi asyik ngeliatin asuk-asuk dan engkong2 di sekeliling gue yang pada bobo... huehuehue. Mahaff, bukan ngeritik, cuman komentar aja nih.., ngelihatin gaya asuk-asuk bobo lebih menarik daripada nyimak sambutan yang monoton- baca dari text. Dalam sambutan dari Siaw tiong Djin ini diuraikan sekelumit isi buku, diantaranya menekankan bahwa dengan silih bergantinya kabinet dapat mengubah ubah undang undang yang menyangkut kewarganegaraan tionghoa, dan bila tidak diperjuangkan gigih bisa bisa banyak tionghoa yang tidak jadi WNI, bukannya karena enggak mau, tapi karena hal lain (korban keadaan). Sebetulnya gue mengharapkan Siaw Tiong Djin untuk bercerita sedikit "the story behind the scene" yang nyambung dengan beberapa topik yang ada dalam buku ini. Misalnya, di halaman 439, waktu di penjara SGT minta bantuan keluarga untuk menyelundupkan guntingan koran atau majalah asing, haiyaaa.... khan seru kalau misalnya Siaw Tiong Djin cerita gimana tuh caranya nyelundupin guntingan berita. Atau bagaimana setiap kali berkunjung ke penjara malah jadi acara 'diskusi' dan kuliah dari SGT kepada putranya, dan di dramatisir bagaimana SGT sewaktu dikunjungi di ruangan penjara yang sempit berpesan dengan suara lantang.... "Ingat selalu, Djin adalah orang Indonesia dan jangan hidup untuk diri sendiri..." (seperti yang pernah gue baca di buku yang lain) Tapi itu hanya khayalan gue, lamunan diantara akhir kata sambutan yang berbunyi: " ...diharapkan diskusi ini membuahkan pengertian mendalam tentang Nation Indonesia untuk generasi muda berikutnya." Hampir bersamaan dengan berakhirnya kata sambutan dari editor, baru dateng deh Key Note Speakernya, Surya Paloh dari Nasional Demokrat, sampai dipuji oleh MC "tepat pada waktunya...." sesuai slogan nasional Demokrat, huehuehue. (gue malah baru tahu slogannya nasional demokrat itu tah???) Tapi gue jadi curiga.... apa gara gara key note speakernya datengnya telat makanya sambutan dari editor terasa agak kepanjangan???? Berikutnya...apa yang diomongin Surya Paloh, yang kemudian di kritik habis-habisan sama Ratna Sarumpaet, di posting berikut.....