Isu asimilasi harus dicermati dalam konteks sosial politik waktu saat itu
(tahun
1960'an). Saya bisa memahami Shindunata dkk kenapa saat itu menganjurkan
asimilasi yang tujuan akhirnya 'melenyapkan' identitas dan budaya Tionghoa
agar
orang Tionghoa tidak dipermasalahkan terus oleh penduduk 'pribumi' termasuk
tekanan dari pemerintah menjelang dan sesudah tragedi 1965. Maklumlah, orang
militer sebagai pemenang tahun 1965 kan sukanya yang serba seragam dan Tionghoa
dianggap orang yang seragamnya berbeda dan harus disamakan dengan lainnya.
Bahkan seorang yang bernama Yunus Yahya (d/h Lauw Tjuan Tho) menganjurkan orang
Tionghoa masuk Islam agar persoalan asimilasi bisa berjalan lebih cepat.
Pendapatnya saat itu malah lebih membuat resah orang Tionghoa.