BENER KHAN,BANGHAYA LATEN ITUH DI-NII?
10 April 2007,selasa,
"Dan yang direkrut biasanya mereka 
yang keadaan sosial ekonominya
kurang bagus," tandasnya.

Godam tersenyum pahit pahit batrawali,

Ah,tamtunyah santri2 kere,mangkanan yang empuk,

Serta pengangguran bersorban ituh gampang di cekokin

Doktrin2 kebencihan bukan?

______________-


Hmm,daku baharu hajah membilang,

Sama biniku tercintah yang perempuan wanita,

Jenis betina buat sengbutan kewannyah.

DAKU INGIN MENYADARKEN BANGSAKU YANG DOGOL.

Bahuwasanyah, BANGHAYA LATEN BUAT BANGSA,

Bukanlah KOMUNIS ATHEIST,MELAENKEN ULER IJOH

YANG UGAMAK ISLAMNYAH SONTOLOYOH.

Cuba perhatiken deh, tunglisan2ku mengenain ULER IJOH.

Uler ijoh ituh emang berkedokkan UGAMAK ISLAM.

Jadi disinih,BUKANNYAH DAKU PEMBENCIH ISLAM,

Melaenken JUSTRU INGIN AGAR BANGSAKU

YANG MOSLIM ITUH BISAK SADAR,

Jingkalao merekah MANGSIH WARAS,

Bersatulah UNTUK MEMBUNUH IDE IDE PARA ULER IJOH

Yang berkianat pada nagari PANCASILA YANG NKRI.

Kerana PENGKIANAT BANGSA INDON ITUH

KINI ADANYAH DI TUBUH ULER IJOH

Yang ngotot mendiriken KERAJAAN DARUL ISLAM NAN SAKINAH??

Heheheh..katanyah KELOMPOK SAKINAH DI TANGERANGPUN

BERJAYAH??

Hehehe..uler ijoh TERBUKTIKEN BANGHAYA LATENNYAH

BANGSA NUSANTARAH TERCINTAH!

Tengoklah tunglisan singkat, padat yang bawa berkat inih.

______________

Selasa, 10 April 2007 NASIONAL

KISAH Menelusuri Rekrutmen Daarul Islam (1)
Diajak Diskusi, Dibaiat Lalu Bayar Mahar

SM/Juli Nugroho BARANG BUKTI: Sejumlah barang bukti yang di sita
anggota Densus 88 Antiteror dalam penangkapan kelompok teroris di
beberapa tempat.(30)

Penangkapan sekaligus pengungkapan jaringan teroris di Sleman,
Yogyakarta dan Sukoharjo membuka mata bahwa ancaman kejahatan
tersebut sangat serius. Wartawan Suara Merdeka melakukan investigasi
dan menuliskan dalam laporan berikut.

TEMUAN amunisi, senjata, sasaran pembunuhan membuat masyarakat harus
semakin waspada pelaku teror bisa saja sangat dekat dengan
masyarakat.

Bukan hanya pelaku, rekrutmen untuk menjadi pelaku teror atau paling
tidak mendapatkan anggota baru cukup rapi. Bisa jadi teman dekat
bahkan anggota keluarga pun tidak mengetahui. Terlebih kalau pola
rekrutmen dengan memanfaatkan orang-orang perantauan atau kos-kosan
seperti di Yogyakarta.

"Memang, mereka semula mengajak untuk melakukan diskusi mengenai
agama, lama-lama mengajak bergabung dengan kelompoknya dan setelah
calon anggota terlihat mantap akan diungkapkan bahwa kelompok
tersebut adalah Daarul Islam (DI)," ungkap sebuah sumber ketika
ditemui di kos-kosan di utara Jalan Lingkar Utara, Yogyakarta,
beberapa waktu lalu.

Dia sendiri mengaku pernah diajak bergabung dan sempat mengikuti
diskusi dengan mereka karena sebagian besar anak kos di tempatnya
sudah dibaiat menjadi anggota DI.

Namun karena kurang cocok, dia akhirnya menolak dan tak mau
bergabung. Apalagi setelah mengetahui kelompok itu bercita-cita
mendirikan Negara Islam Indonesia.

Door to Door

"Agak aneh pola rekrutmennya, mereka yang sudah menjadi anggota
mendatangi anak-anak kos secara door to door. Bermula dari diskusi
agama akhirnya membawa calon anggota untuk berjamaah dengan
seseorang yang mengaku sebagai ustad. Diskusi terbatas pada kelompok
kecil, 5-6 orang saja," papar sumber tersebut.

Setelah calon anggota tertarik, mereka akan dibaiat sebagai pertanda
memasuki organisasi. Ada syarat lain yakni membayar mahar untuk
membiayai keberlangsungan jalannya organisasi. Jumlahnya cukup
banyak bagi anak kos, minimal Rp 1 juta. Dengan baiat dan membayar
sejumlah uang, calon anggota sudah resmi menjadi anggota. Tugas
mereka kemudian mencari anggota di tempat lain. Inilah yang lantas
dikenal sebagai sistem sel.

Ekonomi Kurang

Mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI) Nasir Abas kepada Suara Merdeka
mengungkapkan sepengetahuan dia JI merupakan perwujudan DI yang
pernah hidup di Indonesia beberapa puluh tahun lalu. Ketika bergaul
dengan anggota JI di Afghanistan, dia mengatakan organisasi tersebut
memang berkeinginan memperjuangkan berdirinya NII seperti pernah
dilakukan DI.

Mengenai pola rekrutmen, dia mengungkapkan sebagian besar anggota JI
adalah keturunan DI. Artinya, mereka mempunyai ideologi yang sama
dengan moyangnya. Sebagian lagi adalah orang-orang baru yang
tertarik dengan paham keagamaan tokoh-tokoh JI seperti yang pernah
dikenalnya di Malaysia. Semula dia tidak mengetahui orang-orang yang
pintar mengenai agama tersebut ternyata adalah pelarian dari
Indonesia.

"Baru ketika saya berada di Afghanistan tahun 1987, teman-teman dari
Indonesia menjelaskan bahwa mereka yang menyeberang ke Malaysia
tahun 1980-an adalah orang-orang NII yang berusaha menyelamatkan
diri dari tangkapan aparat," jelas Nasir.

Konon kabarnya, ada pula sebagian anggota JI anak, cucu dari orang-
orang Partai Komunis Indonesia (PKI). Mereka mempunyai dendam
politik yang sama dengan Pemerintah Indonesia. Namun Nasir Abas
menolak anggapan tersebut. Dia berkeyakinan anggota JI adalah anak
keturunan DI bukan PKI.

"Dan yang direkrut biasanya mereka yang keadaan sosial ekonominya
kurang bagus," tandasnya.

Kalau kondisi ekonomi saja kurang baik bagaimana mereka bisa
menjalankan organisasi? Nasir mengatakan kemungkinan ada sejumlah
donatur atau mereka iuran. Namun bisa saja menggunakan cara lain
berupa tindak kriminal yakni perampokan untuk mendapatkan dana.

"Dana seberapapun untuk mereka akan kurang karena itu bisa saja
kemudian melakukan tindakan kriminal seperti terjadi di sejumlah
daerah," ungkapnya.(Agung PW-64)



Kirim email ke