=================================
  Seri : "Membangun Keluarga Indonesia" 
  =================================
  [EQ]
   
   
  MIMPI ANAK JADI NAGA
  Oleh : Joseph LandRi
   
  [belajar sampai ke negeri China]
   
   
   
   
  MIAN FEI : 
  GRATIS
   
  Ajarilah anak kita sejak dini bahwa di dunia ini
  tidak ada yang gratis selain dari Mama, Papa, dan Tuhan. 
  Jadi, didiklah mereka untuk selalu berusaha sendiri,
  tidak tergantung kepada orang lain.
   
   
   
  53. Ingat, Tidak Ada yang Gratis di Dunia Ini Selain yang Berasal dari Papa, 
Mama, dan Tuhan
   
  Di dunia ini tidak ada yang gratis! Wah, kalimat ini sangat penting untuk 
dimengerti, disadari, dan dihayati oleh anak kita. Segala sesuatu di dunia ini 
memang tidak gratis, kecuali yang diberikan oleh orangtua dan Tuhan. Sering 
kita dengar kasih sayang orangtua tidak ada atasnya. Jangankan harta, jiwapun 
akan dikorbankan untuk anak. Kalau orangtua saja begitu, tentu Tuhan lebih 
hebat lagi. Banyak yang telah ia berikan kepada kita secara gratis sejak kita 
dilahirkan, terutama udara yang setiap saat kita hirup.
   
  Falsafah di balik kalimat itu adalah bahwa sebagai orangtua, kita bertugas 
mendidik, membimbing, dan mengingatkan anak bahwa segala sesuatu memiliki 
harga. Artinya, untuk mendapatkan segala sesuatu dibutuhkan usaha, tenaga, 
waktu, pengorbanan (adakalanya korban perasaan), dan juga perjuangan. 
Sebenarnya, ada banyak cara untuk mengajarkan hal ini. Sejak anak masih kecil 
pun falsafah ini sudah bisa diterapkan. Seorang teman saya mengajarkannya 
kepada anaknya sejak si anak masih duduk di bangku SD. Tiap kali si anak ingin 
membeli buku, mainan, atau sebagainya, ia memintanya menunda sampai akhir 
bulan, saat ia menerima gaji. Sebenarnya, ia mampu memenuhi permintaan anaknya 
setiap saat, tetapi ia ingin mengajarkan kepada anaknya untuk mau menunggu dan 
tidak memaksakan tiap keinginan langsung terpenuhi.
   
  Teman saya yang lain, saat anaknya ingin membeli mainan yang relatif mahal, 
mencoba menanyakan kembali apakah si anak benar-benar memerlukan mainan itu. 
Kalaupun akhirnya benar-benar membelikan, ia membuat perjanjian dengan si anak 
untuk tidak minta dibelikan barang yang relatif mahal lagi selama jangka waktu 
tertentu. Teman saya yang punya anak seusia SMP mencoba membandingkan harga 
barang yang diminta si anak dengan harga kehutuhan pokok yang sulit dibeli oleh 
orang miskin. Harapannya, si anak bisa memikirkan ulang apakah ia benar-benar 
memerlukan barang itu. Ternyata, hal-hal seperti itu memberi dampak yang sangat 
baik kepada si anak. Anak menjadi terlatih menghargai apa yang ia miliki dan 
menahan diri untuk tidak langsung menuntut semua keinginannya terpenuhi.
   
  Ada cara lain yang lebih keras. Anak diminta memenuhi persyaratan tertentu 
sebelum sebelum bias mendapatkan apa yang ia inginkan. Misalnya, ia harus 
berprestasi dulu di sekotah. Kalau berhasil masuk dalam peringkat lima besar di 
kelas, ia boleh jalan-jalan ke Bali. Kalau berhasil masuk dalam peringkat 
sepuluh besar di kelas, ia boleh jalan-jalan ke Jogja. Kalau tidak mendapat 
ranking tetapi mendapat nitai di atas rata-rata kelas, ia boleh jalan-jalan ke 
Bandung, dan seterusnya. Namun, perlu diingat bahwa persyaratan yang diberikan 
pun harus disesuaikan dengan kemampuan si anak. Jangan memberikan persyaratan 
yang terlalu berat dan sulit ia capai. Kalau persyaratan yang diberikan kurang 
berat dan si anak hampir tidak mungkin mencapainya walaupun sudah berusaha 
sekuat tenaga, anak bisa menjadi putus asa dan frustrasi. Hal itu tentu tidak 
baik untuk perkembangan si anak.
  
   
   
  [bersambung . . .]


    
  SONETA INDONESIA <www.soneta.org>

  Retno Kintoko Hp. 0818-942644
  Aminta Plaza Lt. 10
  Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
  Ph. 62 21-7511402-3 
   


       
---------------------------------
Sick sense of humor? Visit Yahoo! TV's Comedy with an Edge to see what's on, 
when. 

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to