Jum'at, 15 Juni 2007 
     

      BURAS
     
     
     
     

Pemimpin yang Terlibat! 


       
      H.Bambang Eka Wijaya:

      "PRESIDEN Yudhoyono di Temanggung meminta gubernur, wali kota, dan bupati 
menerapkan kepemimpinan yang terlibat untuk mengembangkan ekonomi berbasis 
perdesaan di daerah masing-masing!" ujar Umar. "Mereka harus mau turun, 
melibatkan diri, dan memimpin langsung di lapangan untuk memberi arahan dan 
menyelesaikan persoalan-persoalan yang dialami masyarakat!" (Kompas, 14-1)

      "Kepemimpinan yang terlibat itu lebih mudah mengatakannya ketimbang 
prakteknya!" sambut Amir. "Sebab, ini menyangkut suatu karakteristik khas yang 
tak terlepas dari kepribadian seorang pemimpin!"

      "Memang, kebanyakan gubernur, wali kota atau bupati, baru rajin turun ke 
basis massa saat menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada langsung) guna 
mendapatkan dukungan!" timpal Umar. "Di luar itu, bahkan banyak kebijakannya 
kurang prorakyat!"

      "Tapi bukan berarti tak ada pemimpin punya karakter dasar prorakyat, 
dalam arti punya empati--kemampuan menempatkan diri dalam situasi dan kondisi 
kehidupan nyata rakyat!" tegas Amir. "Cuma, kapasitas itu sering jadi kurang 
konsisten ketika terbuai nikmat kekuasaan! Itu terjadi saat sang pemimpin 
merasa cepat sok tahu apa yang diinginkan dan dibutuhkan rakyat, ia merasa tak 
perlu lagi terlibat dengan kehidupan rakyat, lantas gegabah menentukan sendiri 
apa yang terbaik untuk rakyat!"

      "Berarti, dalam kepemimpinan yang terlibat itu ada dua dimensi harus 
dipenuhi, empatik dan demokratik!" timpal Umar. "Empatik, menempatkan dirinya 
secara lahir-batin menjadi bagian dari kehidupan rakyatnya! Demokratik, 
menetapkan pilihan kebijakan berdasar artikulasi dari keinginan rakyat yang 
sesungguhnya, sehingga kepemimpinannya benar-benar mengimplementasikan prinsip 
demokrasi--pemerintahan oleh rakyat--dalam sistem pemilihan langsung kini!"

      "Tapi untuk memimpin langsung di lapangan dengan memberi arahan dan 
menyelesaikan persoalan-persoalan, seorang pemimpin harus kritis, kreatif, dan 
inovatif!" tegas Amir. "Kritis karena pemimpin harus menilai setiap pilihan 
secara moral baik atau buruk! Ketika ada pilihan yang buruk secara moral, ia 
harus berani tegas menolak dengan memberi alternatif yang baik secara moral! 
Dalam keharusan menyajikan alternatif, pemimpin harus kreatif dalam arti 
membawa pandangan baru sebagai solusi dengan menanamkan pemahaman terhadap 
pilihan tersebut hingga bisa diterima rakyat! Agar kreativitas simpul baru yang 
dibuatnya itu bisa diterima rakyat, pemimpin harus inovatif, dalam arti mampu 
merangkai aspirasi dan pemikiran yang ada di kalangan rakyat tersebut dipoles 
menjadi simpul pilihan bersama, sehingga pada dasarnya, alternatif dimaksud 
tetap berakar pada aspirasi rakyat itu sendiri!"

      "Wah, kayaknya berat tuntutan kapasitas buat pemimpin yang terlibat!" 
timpal Umar.

      "Tanpa kapasitas itu, harapan Presiden tadi hanya akan jadi 
pseudomatika!" tegas Amir. "Artinya, hanya seolah-olah saja pemimpin dekat 
dengan rakyat, dekatnya cuma mencari dukungan bagi kekuasaannya! Bukan 
empati--karakter dasar yang sungguh-sungguh berorientasi pada kepentingan 
rakyat!" 
     


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to