http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2007062001370016

      Rabu, 20 Juni 2007 
     

      BURAS
     
     
     
     

Bara Optimisme Publik! 


       
      H.Bambang Eka Wijaya:

      "HARGA minyak goreng tak kunjung turun meskipun telah dilakukan operasi 
pasar, harga beras dan gula juga sejak naik tak turun lagi, minyak tanah selain 
mahal sering masih harus antre untuk mendapatkannya, kenapa koran malah 
membesar-besarkan berita pemilihan gubernur (pilgub) yang masih jauh, bulan 
Oktober tahun depan?" tanya Temin.

      "Alasannya, karena semua masalah yang kau sebut itu, dan banyak masalah 
lain lagi seperti kemiskinan dan pengangguran yang makin parah, hanya membuat 
nyala bara optimisme publik makin redup!" jawab Temon. "Jadi perlu dipompa 
dengan berita yang bisa membuat nyala bara optimisme publik itu marak kembali!"

      "Memangnya harus begitu jauh harapan yang bisa diiming-imingkan guna 
menyulut kembali bara optimisme publik itu?" kejar Temin.

      "Malah sebenarnya masih lebih jauh lagi, yakni pemilu legislatif dan 
eksekutif pusat pada tahun berikutnya!" jawab Temon. "Tapi, pilgub dipompakan 
sebagai penyulut bara optimisme hanya karena masa pelaksanaan pilgub mendekati 
pemilu pusat! Seperti orang dalam perjalanan Jakarta--Bandar Lampung lewat 
Bakau, begitu feri berlabuh di Bakau, optimistis makin dekat ke tujuan!"

      "Maksudmu harapan perubahan dari semua kondisi yang membuat kehidupan 
rakyat murung itu baru ada setelah pemilu pusat berikutnya?" kejar Temin.

      "Tepat sekali!" jawab Temon. "Yakni, ketika para pemimpin kembali 
meneriakkan janji untuk melakukan perubahan pada kehidupan rakyat ke arah yang 
lebih baik, seperti pada kampanye pemilu sebelumnya! Karena janji perubahan 
kampanye yang lalu malah terwujud sebaliknya, bukan berubah ke arah yang lebih 
baik, melainkan justru makin sulit hidup dengan harga semua kebutuhan pokok 
yang nyaris tak terjangkau lagi, janji lama itu tak bisa diharap lagi, sehingga 
diperlukan janji perubahan yang baru! Dan untuk itu harus menunggu pemilu 
berikutnya!"

      "Apa tak bisa arah perubahan yang keliru itu ditarik kembali ujungnya ke 
arah sesuai dengan yang dijanjikan semula?" kejar Temin.

      "Sebenarnya sih, kalau penguasa akomodatif terhadap kritik, hal itu 
mungkin!" tegas Temon. "Sayangnya, tidak akomodatif! Contohnya pada kurang 
tepatnya garis politik luar negeri yang dijalankan pemerintah untuk kasus Iran! 
Segala daya upaya DPR untuk meluruskannya kembali--termasuk dengan usaha ekstra 
lewat interpelasi--tampaknya tetap akan sia-sia! Begitu pula menyangkut nasib 
korban lumpur Lapindo, sejak awal dari segala penjuru mendesak agar pemerintah 
mengambil alih usaha menolong warga, tapi sampai dengan terpaksa dibuat 
interpelasi lain oleh DPR, harapan korban lumpur panas itu tetap sia-sia! Mudah 
diperkirakan, nasib interpelasi lumpur akan senasib dengan interpelasi kasus 
Iran!"

      "Tapi alangkah jauh titik harapan yang harus dijelang untuk menyulut 
kembali optimisme publik?" timpal Temin.

      "Untung saja, meskipun jauh sekalipun masih terlihat ada titik harapan!" 
tegas Temon. "Maka itu, pers menggenjot berita pilgub agar bara optimisme 
publik lebih marak, serasa lebih dekat titik harapan untuk perubahan ke arah 
yang lebih baik itu!" 
     


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to