http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2007061901050816 Selasa, 19 Juni 2007
BURAS Ceriyati, Potret Bangsa! H.Bambang Eka Wijaya: "TAK tahan lagi oleh siksaan majikan yang tak henti selama lima bulan, Ceriyati, tenaga kerja Indonesia (TKI) meluncur dengan tali lewat jendela lantai XV apartemen di Kuala Lumpur!" ujar Umar. "Ceriyati hanyalah satu dari 300 ribuan TKI di Malaysia, kebanyakan sebagai pembantu rumah tangga, yang tak pernah lengang dari kisah penyiksaan majikan!" "Nasib Ceriyati asal Brebes itu potret derita rakyat kita, potret bangsa yang serbasalah--di negeri sendiri tak ada pekerjaan, cari kerja di negeri orang malah lebih sengsara!" timpal Amir. "Kisah penyiksaan yang merendahkan martabat warga kita itu bukan cuma menyulut solidaritas kita, melainkan juga menyentuh rasa kebangsaan--nasionalisme kita! Apakah ras atau kualitas manusia Indonesia memang lebih rendah dari Malaysia, hingga selalu mereka perlakukan semena-mena?" "Soal ras, Indonesia dan Malaysia satu rumpun, Melayu!" tegas Umar. "Soal kualitas manusianya, bisa dilihat dari hasil Olimpiade Fisika terakhir, Indonesia meraih dua medali emas serta sejumlah perak dan perunggu, sedang Malaysia cuma meraih satu medali perunggu!" "Berarti bangsa Indonesia tidak lebih rendah, jadi tak layak direndahkan!" timpal Amir. "Pasti ada yang salah ketika kita terkesan harus menerima saja diperlakukan lebih rendah, selayak tuan dan budak begitu!" "Kesalahan terletak pada posisi kita sebagai kuli atau babu yang datang mendaulat mereka sebagai tuan!" sambut Umar. "Dalam struktur sosial, di mana pun itu, kedudukan kuli dan babu memang selalu lebih rendah dari tuan! Jadi, masalahnya, kenapa kita tak bisa menciptakan lapangan kerja yang cukup buat bangsa kita di negeri sendiri, agar tak perlu lagi mencari kerja ke luar negeri yang memaksa warga kita harus mendaulat sang pemberi kerja sebagai tuan besar!" "Kayaknya kesalahan bukan mutlak pada para tuan di luar negeri atau pada warga kita yang merangkak mendaulat bangsa lain sebagai tuannya!" sela Amir. "Secara jelas terlihat, kesalahan pada para pemimpin kita yang tak mampu mengelola negara, hingga negeri yang luas, subur dengan kekayaan alam berlimpah tak bisa menciptakan cukup lapangan kerja bagi rakyatnya!" "Malah berbanding terbalik, makin habis kekayaan alam dikuras, makin meningkat pula kemiskinan dan pengangguran!" tukas Umar. "Itu terjadi karena hasil pengurasan kekayaan alam itu tak dikelola dengan benar untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat! Selain dikorupsi tuntas dalam segala bentuk jaringan kekuasaan, juga untuk memperkaya orang lain--yang diberi fasilitas kemudahan untuk menyedot kekayaan alam sebanyak-banyaknya ke luar negeri! Bayangkan, untuk menguras kekayaan alam kita, ada yang diberi fasilitas dengan saham pemerintah kita nol persen!" "Itu dia, karena pengurasan kekayaan alam kita hasilnya dialirkan keluar negeri, lapangan kerja yang luas tercipta juga di luar negeri!" timpal Amir. "Akibatnya, warga kita yang harus menggapai lapangan kerja itu keluar, dan harus siap jadi kuli, babu atau malah diperbudak orang asing!" [Non-text portions of this message have been removed]