http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail&id=8912
Selasa, 10 Juli 2007, Gamkonora Meletus Ribuan Warga Mengungsi JAILOLO - Gunung berapi Gamkonora di Kecamatan Ibu Selatan, Kabupaten Halmahera Barat (Halbar), Maluku Utara, Senin kemarin, kembali mengeluarkan letusan beruntun yang cukup dahsyat disertai kepulan asap setinggi sekitar 900 meter. Akibat letusan itu, warga di enam desa di kaki gunung tersebut panik dan mengungsi. Gunung yang berjarak sekitar 90 kilometer atau dua jam perjalanan darat dari Jailolo, pusat pemerintahan Kabupaten Halbar itu, sebenarnya aktif sejak Minggu (8/7). Hanya, warga enam desa -yakni Desa Baru, Gamsungi, Adu, Ngawet, Jere, dan Nanas- masih menganggap gejala alam itu sebagai hal biasa. Warga mulai panik saat gunung tersebut mengeluarkan semburan api sekitar pukul 01.00 WIT kemarin. Dari arah puncak gunung terdengar suara dahsyat beruntun hingga sore kemarin. Warga semakin panik saat beredar isu bahwa jarak semburan lava semakin dekat dengan permukiman di enam desa tersebut. Berdasar informasi yang diperoleh Malut Post (Grup Jawa Pos) dari sejumlah warga, sebelum mengeluarkan suara letusan keras, terdengar suara gemuruh sejak Minggu (8/7), sehingga warga waspada dan tidak tidur. "Mulai Minggu pagi, suara gemuruh terdengar sayup-sayup," ungkap Martinus, salah seorang warga Desa Adu, Kecamatan Ibu Selatan, kepada wartawan saat mengungsi ke tempat lebih aman kemarin. Camat Ibu Selatan Julisu Marau menjelaskan, pihaknya telah menginstruksikan agar warga tetap siaga di tempat sebelum ada perintah untuk dievakuasi ke tempat yang lebih aman. "Kondisi di lapangan memang siaga satu, namun belum membahayakan. Saya sudah menginstruksikan melalui kepala desa agar warga jangan dulu mengungsi. Tetap siaga di tempat sampai ada perintah untuk evakuasi," jelasnya setelah melaporkan kejadian tersebut ke Wakil Bupati Halbar Ir Penta Libela Nuara. Namun, instruksi camat itu tak dihiraukan warga. Sekitar 2.000 warga dari enam desa di Kecamatan Ibu Selatan memutuskan mengungsi ke desa tetangga. Yakni, Desa Tosoa, Kecamatan Ibu Selatan, yang berjarak sekitar 20 kilometer dari permukiman warga enam desa di kaki gunung itu. Dengan bekal dan harta benda seadanya, warga yang sebagian besar ibu-ibu, lansia, serta anak-anak tersebut berjalan kaki karena terbatasnya angkutan. Di antara enam desa yang paling terancam, Desa Gamsungi merupakan desa yang paling dekat dengan Gunung Gamkonora karena persis di bawah kaki gunung tersebut. Hingga berita ini diturunkan tadi malam, belum diketahui jelas kondisi enam desa tersebut. Sampai siang kemarin, kepulan asap dan awan panas yang keluar dari Gunung Gamkonora sudah menutupi keenam desa itu, sehingga jarak pandang pun terbatas. Satuan Pelaksana (Satlak PB) Pemkab Halbar melaporkan, letusan Gunung Gamkonora belum menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan harta benda milik warga. "Sampai sejauh ini, berdasar laporan, tidak ada korban jiwa maupun harta benda. Warga hanya mengungsi," kata Kabag Infokom Setdakab Halbar Kalbi Rasyid kemarin. Berdasar data yang disampaikan Badan Geologi, Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung, Jawa Barat, yang masuk di kantor bupati Halbar, kemarin terjadi gempa beruntun. Tercatat, sejak 1 Juni 2007 hingga 7 Juli 2007, gunung tersebut telah mengalami sekali gempa vulkanik dalam dan tujuh kali gempa tektonik lokal serta 50 gempa tektonik jauh yang terjadi sekitar pukul 19.05. Berdasar hasil pengamatan kegempaan dan visual, terhitung 8 Juli 2007 pukul 19.30, BMG menaikkan status Gunung Gamkonora dari aktif normal (level I) menjadi waspada (level II). Dengan adanya peningkatan status menjadi waspada itu, BMG meminta agar warga di sekitar gunung tetap tenang dan tidak terpancing isu tentang letusan gunung. Warga juga dilarang mendekati kawah gunung, terutama bagi wisatawan. Hingga petang kemarin, belum ada bantuan dari Pemkab Halbar bagi warga yang mengungsi. Tidak ada seorang pun anggota Pemkab Halbar selain pihak kecamatan di lokasi. Akibatnya, warga pun bingung. Warga berharap ada bantuan alat transportasi berkapasitas besar serta tenda-tenda darurat untuk para pengungsi yang bertahan di Desa Tosoa, salah satu desa yang agak keluar dari kaki gunung. Saat dikonfirmasi tentang kondisi pengungsi, Wakil Bupati Halbar Ir Penta Libela Nuara menjelaskan, pihaknya telah menginstruksikan ke sejumlah instansi agar segera mengambil langkah penanggulangan terhadap warga. Terutama mereka yang bermukim di bawah kaki Gunung Gamkonora. "Saya sudah memerintah Dinas Sosial, Kesbang Linmas, dan Satlak untuk segera mengirimkan bantuan berupa empat atau lima truk, tenda-tenda darurat, serta air bersih, dan bantuan makanan," tegasnya. Kabaghumas dan Infokom Setdakab Halbar Kalbi Rasyid yang dihubungi sekitar pukul 21.00 menyatakan bahwa bantuan tersebut telah disalurkan ke lokasi. "Kami tetap memonitor terus lewat SSB," ujarnya. (m2/jpnn) [Non-text portions of this message have been removed]