=================================
  Seri : "Membangun Keluarga Indonesia" 
  =================================
  [EQ]
   
   
   
  CHRISYE : SEBUAH MEMOAR MUSIKAL
  [Naga Legendaris INDONESIA]
  Oleh : Alberthiene Endah
   
   
  Bermimpilah,
  sebab harapan akan memberi hidup
   
  Berkaryalah,
  sebab seni akan memberi makna
   
  [Naga belajar . . . sampai menutup mata]
   
   
  42. Selamat datang Dunia Baru!
  Awal pernikahan yang diwarnai perasaan kebat-kebit!
  Ya, sejujurnya jauh di dasar hati saya tersimpan rasa was-was. Mampukah saya 
jadi ayah yang baik bagi anak-anak saya kelak? Baik dalam arti saya bisa 
menghidupi mereka dengan layak.
   
  Untuk sementara, kami tinggal menumpang di rumah orangtua saya di Pegangsaan, 
setelah menikah. Mau tinggal di mana? Saya belum mampu membeli rumah. 
Kebetulan, Mami juga merasa berat jika saya keburu pergi dan rumah.
   
  “Joris sudah menikah. Rumah jadi sepi. hitung-hitung menemani Mami,” katanya.
   
  Yanti tak keberatan. Ia malah senang. Pada Yanti saya sempat membesarkan 
hati. Kelak, kalau tabungan saya cukup, kami bisa membeli rumah sendiri. Yanti 
berseloroh, itu membutuhkan berapa album laris karena royalti tidaklah banyak. 
Nah, repotnya jadi penyanyi dengan istri yang mengerti dunia musik. Tak bisa 
bicara bermuluk-muluk karena dia sudah mengerti dunia aslinya.
  Kami tinggal di paviliun rumah, dengan pintu yang terpisah dan bangunan 
utama. Sebuah kehidupan yang benar-benar baru pun dimulai. Saya merasakan 
sensasi yang luar biasa, saat bangun tidur dan melihat Yanti ada di sisi saya. 
   
  Dia hamil tak lama setelah kami menikah. Kebahagiaan saya makin terasa 
lengkap. Karena proyek musik sedang jeda, saya bisa mendampingi kehamilan 
pertama ini.
  Kami benar-benar menjalani hidup irit. Sebisa mungkin dalam kondisi 
sederhana, saya menciptakan hiburan yang tidak terlalu menguras uang. 
Untungnya, Yanti juga luwes menjalani hidup sederhana. Kami jarang masuk ke 
restoran mahal. Kami lebih suka keliling Menteng, mencari jajanan kaki lima. 
Kebetulan Yanti banyak ngidam jajanan di seputar kawasan ini. Biasanya kami 
nongkrong di pusat jajanan kaki lima di Jalan Besuki. Kalau tidak makan sate, 
Yanti biasanya mencari rujak atau gado-gado.
   
  Kadang, saat makan, saya ditegur orang-orang yang tidak saya kenal. Kejadian 
kecil ini kelak menjadi bahan pikiran saya setelah jadi artis yang dikenal 
banyak orang.
   
  “Mas Chrisye jajan di jalan juga,” kata mereka.
  Saya terheran-heran. Sambil menyikut lengan Yanti, saya berbisik. “Kenapa 
emang?”
  Yanti tersenyum ringan. “Kamu kan udah jadi orang terkenal. Barangkali mereka 
heran, kok kamu masih mau jajan di pinggir jalan.”
   
  Peristiwa itu sangat mengena di hati saya. Bukan perkara saya surprise karena 
dikenal orang. Tapi, lebih memikirkan nasib ke depan. Berat juga jadi artis 
atau penyanyi yang populer. Sudah harus berakrobat dengan nasib sendiri, harus 
berhadapan dengan tuntutan publik pula.
   
  Dan situ saya sudah membuat ikrar, saya tak akan pernah menjadi artis di luar 
keperluan karier. Di panggung saya boleh ajojing, pakai baju sesuai tuntutan 
panggung. Tapi, lepas dan situ, saya adalah Chrisye, orang sederhana (yang 
aslinya memang bokek) dan jujur dengan kondisi diri sendiri. Saya ngeri 
membayangkan diri saya kelak bisa terperosok ke dalam dunia selebriti yang 
banyak kepalsuan.
   
  Untuk menunjukkan iktikad baik sebagai anak-anak mandiri, tentu saja, saya 
rnenyetor uang belanja pada Mami. Intinya, saya juga tak mau menjadi benalu 
walau di rumah sendiri.
   
  Agar tidak terus-terusan merepotkan Mami. Yanti mengajak saya hijrah ke rumah 
orangtuanya, juga di kawasan Menteng. Setelah ibundanya meninggal dunia, ayah 
Yanti juga butuh ditemani. Kami kembali menjadi penduduk tumpangan di rumah 
keluarga besar Yanti.
   
  Kondisi ini, jangan dikira gampang buat saya! Perasaan saya sebagai laki-laki 
sempat tertampar. Rasanya malu, punya istri yang sedang hamil, dan kami masih 
saja menumpang. Baru kali itu, saya kritis berhitung masalah royalti. Dalam 
hati saya membatin, saya harus mencetak album laris, agar bisa segera memiliki 
rumah sendiri!
   
   
  [bersambung ]


    
  SONETA INDONESIA <www.soneta.org>

  Retno Kintoko Hp. 0818-942644
  Aminta Plaza Lt. 10
  Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
  Ph. 62 21-7511402-3 
   


       
---------------------------------
Boardwalk for $500? In 2007? Ha! 
Play Monopoly Here and Now (it's updated for today's economy) at Yahoo! Games.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke