IBU SUTIYOSOH DENGEUN 22 HEKTAR SAWAHNYAH?
30 agustus 2007, kemis laknat bangsa


"Kami memiliki lahan pertanian di Ciampea Bogor, sebetulnya sudah 
ada sejak Bapak jadi Danrem dulu, nantinya mengelola itu lebih 
diseriusi," kata Rini saat ditemui di Balaikota Jakarta, belum lama 
berselang.

>>>>>>>>>>>
KOMENTARANKU,

BAYANGKEN SEJAK JADI DAN-REM BAPAK UDAH BELI SAWAH!!!

LALU SEJAK JADI GOVERNOR? UDAH BELI APAAN HAJAH????

IMAGINE THERE IS NO HEAVEN!!! Kata the beatles mah

>>>>>>>>>>>>>

Hehehe,Sutiyoso melaluin bininyah,

Ketaukan punyak sawah 22 hektar,

Sementara Bung Karnoh membilang 2 hektarlah,

Udah cungkup meng-idupin satu kaluwargah.

Dan daku sendirih, dengeun seperempat hektar sawah,

Udah bisak meng-idupin dua kaluwargah?

Heheheh..JADI IBU TIYOSOH ITUH,

MEMANG BAGAE ISTRI PEJABAT YANG

BAUK KENTHUTNYAH MEWANGIH TAMPA MALU MALU.

Walao entahlah 22 HEKTAR ITUH, ADAKAH JERIH PAYAHNYAH

SAKBAGAE PEJABAT YANG BUKAN BANGSAT??

Ah..bacak sakkalih lagihÂ…22 HEKTAR SAWAHÂ…

Pigihmana membentangnyah TANAH AER KITA??

Tamtunyah ibu Tioyosohpun bicaraknyah tertawa tawa,

GENIT, PERCAYA DIRIH..BAHUWA DIA MAMPU

IDUP DI KAMPONG!!!!!!!!!

Sandiwara apaan pulak inih???

Dasar Tanah Indon, dipenuhin para PELAWAK MURAHAN!!

>>>>>>>>>>>>>>>>>>

30/08/07 04:23
Rini Sutiyoso Tak Khawatir Hidup di Kampung

Jakarta (ANTARA News) - Menjadi istri seorang tentara membuat Rini 
Sutiyoso harus selalu siap menghadapi perubahan lingkungan mengikuti 
kepindahan suaminya bertugas, termasuk saat Sutiyoso mengakhiri 
jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Oktober 2007.

"Kami memiliki lahan pertanian di Ciampea Bogor, sebetulnya sudah 
ada sejak Bapak jadi Danrem dulu, nantinya mengelola itu lebih 
diseriusi," kata Rini saat ditemui di Balaikota Jakarta, belum lama 
berselang.

Ibu dua anak perempuan itu menyatakan, dirinya tidak khawatir meski 
harus mengurus lahan pertanian yang letaknya masih di daerah 
perkampungan itu.

Lahan seluas 22 hektare itu selain ditanami berbagai jenis tanaman, 
seperti umbi-umbian, juga ada peternakan sapi perah.

"Meski hidup di kampung, bukan berarti kita jadi `katro` loh," ujar 
perempuan yang memiliki nama lengkap Setyorini itu sambil tersenyum. 
(*)




Kirim email ke