http://www.antara.co.id/arc/2007/9/18/ketika-wartawan-kepresidenan-lelah-menunggu-tanpa-berita/

18/09/07 01:11

Ketika Wartawan Kepresidenan Lelah Menunggu Tanpa Berita
Oleh Roike Sinaga


Padang (ANTARA News) - Sejumlah wartawan media cetak dan elektronik yang ikut 
mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meninjau korban gempa ke Bengkulu 
dan Sumatera Barat tampaknya tidak kuasa menahan rasa dongkol, terutama 
menyangkut jadwal yang tidak jelas.

Ketidakjelasan itu sudah terlihat sejak rombongan mau berangkat dari Jakarta 
melalui Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Senin pagi, yang jadwalnya molor 
dari pukul 07.00 WIB menjadi pukul 07.30 WIB.

Petugas jurnalistik yang dianggap bagian dari perangkat Kepresidenan memang 
kadang dihadapkan pada ketidakjelasan jadwal yang dikeluarkan Biro Pers dan 
Media Istana Kepresidenan.

Di satu sisi, wartawan selalu ditekankan harus tepat waktu, sesuai dengan 
jadwal yang ditetapkan, namun di sisi lain jadwal yang dikeluarkan terkadang 
kurang akurat, dan bahkan sering molor tanpa penjelasan.

Seorang wartawan LaTivi yang akan meliput kegiatan Presiden ke Bengkulu dan 
Sumatera Barat, misalnya, telah hadir di Pangkalan TNI AU, sejak pukul 04.50, 
meski jadwal keberangkatan pukul 07.00 WIB, yang disusul wartawan lainnya.

Presiden bersama rombongan termasuk wartawan menggunakan pesawat Kepresidenan 
akhirnya berangkat, walaupun waktunya molor setengah jam, dan tiba di Bandara 
Fatmawati Soekarno Bengkulu, sekitar pukul 09.00 WIB.

Kepala Negara yang didampingi Ibu Ani Yudhoyono dan sejumlah menteri seperti 
Menteri PU Djoko Kirmanto, Menkes Siti Fadilah Supari, Panglima TNI Marsekal 
TNI Djoko Suyanto, dan Wakil Ketua DPD-RI Bambang Suroso, langsung meninjau 
Satkorlak Provinsi Bengkulu, guna mendengarkan paparan dari Gubernur Bengkulu 
Agusrin M Najamudin, sekaligus memberi bantuan secara simbolis kepada korban.

Satu jam kemudian, Presiden bersama rombongan berangkat menggunakan empat 
helikopter menuju Kabupaten Muko-Muko di Bengkulu Utara, yang dilanjutkan ke 
Kecamatan Lunang Silaut, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, dan setelah 
itu menggunakan kendaraan mobil ke Balai Salasa, Kecamatan Rana Pesisir.

Gempa teknonik berkekuatan 7,9 pada Skala Richter mengguncang Bengkulu dan 
Sumbar pada Rabu (12/9) pukul 18.10.23 WIB dan diikuti beberapa kali gempa 
susulan di beberapa daerah termasuk Padang, Sumatera Barat. 

Hingga Minggu pagi, korban meninggal akibat gempa tersebut tercatat 23 orang, 
88 orang luka-luka, baik luka berat atau ringan.

Para korban meninggal dunia itu tersebar di sejumlah lokasi yakni di Bengkulu 
Utara enam (6) orang, Padang (3), Bengkulu (2), di Mentawai (3), satu orang di 
Jambi, satu orang di Solok dan tujuh orang di Kabupaten Mukomuko. 

Selain itu, bencana alam tersebut juga memporakporandakan sejumlah rumah 
penduduk, lahan pertanian, dan berbagai fasilitas umum.

Dari sisi pemberitaan, melihat lokasi dan korban gempa merupakan suatu 
pengalaman berharga yang bagus diwartakan kepada masyarakat. Namun, dari empat 
helikopter yang tersedia, wartawan yang bisa ikut meliput hanya tiga media. 
Bahkan, wartawan ANTARA News yang sedianya sudah dijadwalkan ikut bersama 
rombongan, terpaksa tidak bisa ikut serta.

Seorang wartawan media televisi swasta yang tidak bersedia menyebutkan jati 
dirinya mengatakan, "Percuma saja jauh-jauh dari Jakarta, kalau tidak bisa ikut 
meliput dari dekat".

Bahkan ia menengarai, ketidaksiapan Biro Pers menyediakan tempat bagi sejumlah 
wartawan karena banyak di antara rombongan yang ikut justru adalah "orang-orang 
yang tidak jelas".

Wartawan yang tidak bisa berangkat dengan helikopter Kepresidenan, akhirnya 
berangkat ke Sumbar dari Bandara Fatmawati Bengkulu sekitar pukul 11.20 WIB, 
dan tiba di Bandara Minangkabau sekitar pukul 12.00 WIB. 

Setelah itu, wartawan kemudian digiring ke salah hotel di kawasan Jalan Gereja, 
di Kota Padang. Di sini, lagi-lagi jadwal tidak jelas.

Wartawan sempat "istirahat" sekitar satu setengah jam, untuk selanjutnya dengan 
menggunakan mobil menuju ke kediaman atau rumah dinas Bupati Painan, Kabupaten 
Pesisir, Sumbar.

Dalam suasana puasa, perjalanan dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam itu tentu 
menambah lelah.

Berharap dapat bertemu dengan Presiden untuk menanyakan ihwal kunjungan ke 
lokasi gempa, wartawan tetap antusias karena sejak siang hari wartawan tidak 
memperoleh berita yang akan dikirim ke redaksi masing-masing.

Menurut informasi dari Biro Pers Istana, Presiden akan memberikan keterangan 
pers sekitar pukul 21.00 WIB, di hadapan para bupati, walikota dan unsur 
Muspida se-Sumbar.

Wartawan yang sebelumnya sedikit mengumpat karena jadwal yang tidak jelas 
tersebut, sedikit banyak terobati setelah mendapat suguhan buka puasa di 
kediaman Bupati.

Sekitar pukul 21.15 WIB, raungan sirine rombongan Presiden memasuki halaman 
rumah dinas Bupati.

Wartawan yang sudah lelah menunggu, sedikit memancarkan wajah sumringah karena 
berharap dapat berita dari paparan terkait kondisi tanggap darurat yang 
dilaporkan Gubenur Sumbar Gamawan Fauzi, termasuk arahan dari Presiden.

Di pendopo bagian belakang rumah Bupati Painan, tampak persiapan sudah 
dilakukan seperti kursi untuk para tamu, dan perangkat sound system.

Namun, sesaat kemudian diinformasikan bahwa Presiden dinyatakan tidak jadi 
memberikan keterangan pers.

Sontak wartawan yang sejak sore menunggu kembali lemas dan lunglai, meskipun 
diinformasikan bahwa Kepala Negara akan memberi keterangan pada esok harinya 
tanpa menetapkan waktu dan tempatnya.

"Kemungkinan di Bandara Minangkabau, bisa juga di rumah Bupati, tapi bisa juga 
di Halim, ah terserahlah," celetuk seorang wartawan media cetak.

Para wartawan yang makin merasa lelah, akhirnya keluar secara teratur dari 
lingkungan kediaman Bupati Painan, menggunakan mobil menuju kota Padang. 
Lagi-lagi menempuh perjalanan melelahkan karena melalui perbukitan dan pesisir 
pantai.

Tentu, inilah sebagian pengalaman meliput kegiatan Kepresidenan. Selain lelah 
tentu juga segudang pengalaman yang menggembirakan dan menyenangkan.

Namun, lelah yang dirasakan wartawan tersebut tentunya sangat tidak sebanding 
dengan lelah Kepala Negara yang tanpa hentinya bekerja menyelesaikan 
tugas-tugas demi bangsa dan negara. (*)


Copyright © 2007 ANTARA

    

<<send.gif>>

<<print.gif>>

Reply via email to