Serangan G30S Merupakan Serangan Komando !!!

Apa yang dilakukan dan apa yang terjadi akibat G30S selama ini
hanyalah berbagai analysis tentang penyebabnya, dan juga pendapat2
dari sisi pro dan contra kebijakan pemerintah pada waktu itu, hampir
tidak ada dan tidak pernah ada yang mampu meneliti aspek dari tehnik
yang digunakan para penyerangnya.

Setelah enam jenderal sekaligus terbunuh, Angkatan Bersenjata RI sama
sekali tidak lumpuh, jumlah jenderal2 yang dimiliki Indonesia ada
ratusan, bahkan mati enam tidak mungkin membuat system pertahanan RI
lumpuh secara keseluruhan.  Bahkan Nasution gagal dibunuh, dan dengan
pangkatnya, keseniorannya, bahkan dengan pengalamannya, seharusnya dia
bisa mengejar dan menangkap semua pelaku2nya.  Namun kenyataannya kita
sama2 tahu, Nasution sama sekali buta lebih buta dari Suharto yang
jauh dibawah ranking pangkatnya.

ABRI dimanapun diseluruh dunia tidak bisa keluar baraknya tanpa
laporan ataupun pengetahuan para jenderal2nya.  Hirarki vertikal dalam
ketentaraan dimanapun juga tidak memungkinkan adanya pasukan yang bisa
nyelonong untuk menculik, karena jangankan menculik, meminjam senjata
sekalipun tidak bisa, bahkan kalo ada senjatanyapun pelurunya hanya
bisa didapatkan apabila ada izin dari yang teratas.

Serangan Komando ini bergerak serentak bukan menculik satu2, setiap
rumah jenderal dijaga bukan cuma didepan dan dibelakang rumahnya,
tetapi juga dikedua ujung jalan masuknya.  Kalo saja ada pasukan tak
dikenal yang mencoba masuk pasti dalam sekejab secepat kilat laporan
sudah dikirimkan.  Singkatnya saya menyimpulkan, serangan ini adalah
serangan komando, senjata yang digunakan semuanya menggunakan peredam
suara.  Tidak ada tujuannya untuk menangkap atau menyandra tapi bunuh
langsung.  Setelah berhasil mayat2nya dibawa kelubang buaya.  Namun
kenapa ke Lubang Buaya???  Karena dilubang buaya inilah para pelaku
kabur dengan pesawat udara balik ke kapal induk.  Lalu apakah Omar
Dhani tidak tahu??  Bukan cuma Omar Dhani saja yang tahu, bahkan Bung
Karno juga tahu, itulah sebabnya kedua orang ini tahu dengan baik
pelaku2nya.  Bahkan yang lebih mengejutkan, bahwa Bung Karno ternyata
juga berada di Lubang Buaya pada saat kejadian.  Tentu, tak mungkin
Bung Karno dan Omar Dhani tidak tahu adanya penjagalan jenderal2 di
Lubang Buaya.  Dizaman Bung Karno, Halim Perdana Kusumah itu merupakan
lapangan udara militer, tak ada semarangan orang bisa masuk.

Itulah juga sebabnya Bung Karno menyatakan keyakinannya bahwa tidak
pernah terjadi penyiksaan2 terhadap para jenderal yang terbunuh !!!

Waktu di Mahmilub, Omar Dhani ditanya oleh hakim bagaimana bisa Bung
Karno berada di Halim.  Jawaban Omar Dhani hanya sederhana, katanya
apabila dibutuhkan, maka Bung Karno bisa segera diterbangkan ke Jogya.

Jelas, jawaban Omar Dhani cuma asal2an, darimana dia tahu keadaannya
itu sudah emergency atau belum ???  Apalagi pasukan penculik juga ada
bersama mereka !!!  Hanya satu yang bisa disimpulkan, Bung Karno juga
berhasil diculik meskipun tidak dibunuh melainkan disuruh balik ke
Istananya untuk mempersiapkan penyerahan kekuasaan.  Itulah sebabnya
Bung Karno tak mungkin bisa diterbangkan kemanapun juga karena dia
ditawan di Lubang Buaya bersama jenderal2nya yang terbunuh.  Dia
berada di Lubang Buaya bukanlah karena mau diterbangkan ke Jogya
melainkan dia dibawa oleh penculiknya sendiri.  Hal inilah yang juga
membuat Sukarno tahu bahwa enggak ada cerita Gerwani yang menari
telanjang sambil bernyanyi genjer2.  Semua detail gerakan komando ini
sama2 diketahui dan dilihatnya sendiri execusi para jenderalnya
didepan matanya Bung Karno dan Omar Dhani, sementara Suharto hanyalah
pemain figuran yang bertugas menggeser pasukan ke Istana dan kemudian
menangkapi mereka yang ada dalam list yang diserahkan oleh dutabesar
Amerika.  Itulah sebabnya banyak orang merasa aneh dengan peranan
Suharto, karena pada mulanya se-olah2 berhubungan akrab dengan Suparjo
dan juga dengan untung maupun Latif, namun koq kenapa kemudian dia
seorang2 jadi berlawanan.  Masalahnya bukanlah berlawanan atau tidak
tetapi karena dia sekedar diperintah, kalo mulanya dalam perintah itu
Suharto se-olah2 bekerja sama dengan pasukan G30S, belakangan se-olah2
justru berlawanan dengan G30S.

Tentara Indonesia tidak mampu berperang, karena persenjataan tentara
Indonesia semuanya tergantung dari import dari luar negeri.  Analisa
tentang adanya perbedaan pendapat antara Bung Karno yang ingin
mengganyang Malaysia dan Angkatan Darat yang katanya ogah2an bukanlah
demikian kenyataannya.  Masalahnya justru Angkatan Darat tahu
kemampuan persenjataannya tidak memadai untuk berperang sementara
Sukarno mau memaksakan perang.

Sekali lagi agar kita menyimak pernyataan Omar Dhani, bahwa belum ada
orang Indonesia yang mampu mendesign G30S, artinya belum ada orang
Indonesia yang mampu melakukan serangan komando yang begitu brillian.

Ada beberapa anak jenderal yang ayahnya dihukum mati akibat dituduh
terlibat G30S yang ternyata bisa menyelamatkan diri ke Amerika dan
tinggal disini.  Hal yang sama juga dikatakannya seperti apa yang
dikatakan oleh Omar Dhani setelah keluar dari penjara.  Hal inilah
yang membuat saya perlu menggali lebih dalam isi kata2 mereka.  Jauh
sebelm Omar Dhani dibebaskan, para anak2 jenderal yang dituduh
terlibat G30S tsb berhasil lari ke Amerika.  Mereka itulah yang
bercerita kepada saya, bahwa bapak mereka semua menyatakan bahwa
serangan itu bukan oleh orang Indonesia, belum ada orang Indonesia
yang mampu melakukan serangan sesempurna itu.  Seharusnya, kalo memang
Suharto itu otaknya, tentu semua akan membenci dia, tapi tak ada orang
yang benci kepadanya.  Bahkan kalopun Suharto terlibat, tentu Bung
Karno tak mungkin segan apalagi takut untuk menyatakannya setelah
berhasil selamat.  Dari mulut Bung Karno sendiri, tidak ada yang dia
salahkan.  Juga perlu kita simak, hingga saat akhirnya LetKol Untung
masih saja menganggap kesemuanya yang terjadi hanyalah sandiwara.

Ny. Muslim binti Muskitawati.





Kirim email ke